Elektabilitas Ahok tertolong kepuasan masyarakat

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Elektabilitas Ahok tertolong kepuasan masyarakat
Elektabilitas Ahok-Djarot capai 44%, di atas Agus-Sylvi (22,3%) dan Anies-Sandiaga (19,9). Tapi, bagaimana menjaga keunggulan selama cuti kampanye?

JAKARTA, Indonesia — Pasangan Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat memuncaki survei elektabilitas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang diadakan Saiful Mujani Research Center (SMRC) selama 1-9 Oktober 2016.

Elektabilitas pasangan petahana ini mencapai 44,4 persen.

Selisih dengan pesaing mereka cukup jauh, di mana pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni hanya mendapat 22,3%, sementara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di angka 19,9%. Sedangkan 11,6% masih belum tahu akan memilih siapa atau merahasiakan pilihan mereka.

“Kuatnya dukungan terhadap Ahok ini terkait erat dengan tingkat kepuasan warga DKI yang terus meningkat terhadap kerja Ahok,” kata Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas saat memaparkan hasil survei di Jakarta, pada Kamis, 20 Oktober.

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja gubernur pada Oktober 2016 mencapai 75%. Hasil ini meningkat dari survei serupa pada Agustus 2016, di mana hasilnya adalah 70%.

SMRC mengambil sampel 648 responden dengan metode sampling acak multitingkat dengan wawancara tatap muka. Margin of error dalam survei ini sebesar 3,9%.

Indikator

SURVEY KINERJA PETAHANA OKTOBER 2016.

Penilaian adalah dari bagaimana petahana menjalankan pemerintahan; kondisi perekonomian Jakarta; serta kondisi DKI Jakarta saat ini. Ahok mendapatkan nilai rata-rata di atas 50 persen; dengan nilai rendah hanya pada bidang kelancaran transportasi (49%) dan kondisi perkonomian (42%).

Nilai tinggi didapatkan dari kondisi sarana dan prasarana yang ada. Mayoritas warga menilai:

  • Kondisi rumah sakit dan puskemas baik 92 persen
  • Pelayanan di kecamatan dan kelurahan 90 persen
  • Ketersediaan air bersih 89 persen
  • Jaringan listrik 89 persen
  • Kondisi jalan 88 persen
  • Kebersihan dan pengelolaan sampah 80 persen

Seluruhnya berada di kategori baik hingga sangat baik.

Untuk pembenahan Jakarta, 70% warga puas dengan penanganan banjir; 79% dalam penanganan sampah; 51% untuk program beasiswa bagi keluarga miskin, yang seluruhnya berjalan dengan baik.

“Faktor kinerja petahana ini yang tidak dimiliki oleh Agus maupun Anies,” kata Sirojudin.

Politisasi isu

Belakangan ini, Ahok memang tengah diterpa isu mulai dari penggusuran, dugaan korupsi pengadaan lahan Rumah Sakit Sumber Waras, reklamasi Teluk Jakarta, hingga dugaan penistaan agama. Meski demikian, elektabilitasnya tetap tinggi.

“Ini membuktikan ada harapan di demokrasi kita ke depannya. Masyarakat tidak lagi mudah terpengaruh isu agama,” kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris. Bahkan, menurutnya, politisasi isu oleh pihak tertentu dapat menjadi senjata makan tuan.

Namun, tak dapat dipungkiri masih ada faktor emosional lain yang bermain seperti wajah bakal calon gubernur yang enak dipandang, hingga kesantunan. Dalam hal ini, Ahok kalah dari Agus dan Anies.

“Apalagi nanti kalau Ahok-Djarot cuti kampanye dari 28 Oktober mendatang, bagaimana cara mereka menjaga keunggulan ini yang akan menentukan,” kata Syamsuddin.

Karena bagaimanapun juga, masih ada 4 bulan menuju Hari-H pemilihan, dan situasi Jakarta dapat terus berubah. Bukan mustahil kalau suara untuk calon lainnya meningkat dan menyaingi Ahok.

Sirojudin menyimpulkan kalau keunggulan Ahok hingga 23% di atas penantangnya tak lepas dari positifnya penilaian masyarakat atas kinerjanya. 

“Namun, penantangnya juga menunjukkan kinerja baik dalam sosialisasi, mengingat mereka relatif baru [Agus-Sylvi],” kata Sirojudin.

Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem DKI Jakarta, Wibi Andrino, menyambut baik hasil ini. Menurutnya, tim sukses Ahok-Djarot akan menjaga hasil ini. Bahkan meningkatkannya hingga 50+1 persen agar Pilkada berlangsung satu putaran saja.

“Harapan kita, supaya bisa satu putaran saja, butuh kerja keras dari tim pendukung untuk 50+1 itu,” kata Wibi yang partainya menjadi salah satu penyokong Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI.

Hasil survei aneh

Meski demikian, survei yang memenangkan Ahok ini sempat dikritik masyarakat lantaran hasil akhir elektabilitas 3 calon melebihi 100 persen, atau tepatnya 100,1 persen.

Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando mengatakan hal tersebut wajar saat hasil survei keluar dari komputer.

“Kalau ada yang mempermasalahkan itu, artinya dia tidak paham bagaimana survei bekerja,” kata Ade saat dihubungi Rappler.

Dalam survei ini, ada angka yang dibulatkan ke bawah, karena SMRC sudah memprogram komputer untuk mengeluarkan hasil survei dengan pembulatan satu angka di belakang koma.

Hal senada diungkap Sirojudin, yang mengatakan kalau survei ini dibiayai sendiri oleh SMRC, dan bukan pesanan pihak manapun.

“Silakan dipertanyakan saja metode penelitiannya, semua kami buka kok,” kata Sirojudin.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!