SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Sepekan setelah gempa berkekuatan 6,5 SR menggoyang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, masih banyak warga memilih tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Di posko yang didirikan di Dayah (pasantren) Al-Muhajirin, misalnya, masih dihuni sekitar 560 Kepala Keluarga (KK). Mereka berasal dari tiga gampong, yakni Mesjid Tuha, Menasah Balek, dan Kuta Meuredu.
Ketiga gampong tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, daerah dengan tingkat kerusakan paling parah.
Koordinator para pengungsi di Dayah (pasantren) Al-Muhajirin, Jaya Junaidi, mengatakan warga masih enggan kembali ke rumah karena gempa susulan masih terjadi. “Warga takut bermalam di rumah,” kata Junaidi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memang mencatat ada 74 kali gempa susulan pasca gempa 6,5 SR yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu 7 Desember lalu.
Gempa tersebut menewaskan 101 orang dan menghancurkan rumah serta rumah toko. Dahsyatnya akibat gempa inilah yang membuat warga yang rumahnya tak hancur memilih tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Untungnya, bantuan makanan untuk para pengungsi cukup memadai. Hanya saja, Junaidi melanjutkan, mereka mulai kehabisan obat-obatan dan popok bayi sekali pakai.
“Yang kami butuhkan sekarang obat-obatan, tim medis dan pampers serta pembalut untuk ibu-ibu,” kata Junaidi. —dengan laporan ANTARA/Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.