Sepekan Gempa Aceh: Di tengah duka, mereka masih mengingat sesama

Habil Razali

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sepekan Gempa Aceh: Di tengah duka, mereka masih mengingat sesama
Di salah satu posko pengungsian, warga memotong seekor sapi untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad

PIDIE JAYA, Indonesia – Sepekan setelah gempa berkekuatan 6,5 SR menggoncang Kabupaten Pidie Jaya, ribuan orang masih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Banyak dari mereka kehilangan keluarga, rumah, serta kendaraan.

Jejak kesedihan pun masih tergurat jelas dari wajah-wajah mereka. Maklum, semua milik mereka hilang hanya dalam hitungan detik, saat gempa datang pada Rabu pagi, 7 Desember 2016.

Sampai Selasa, 13 Desember 2016, 83.838 orang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian di Kabupaten Pidie Jaya. Selain karena rumah hancur, warga juga memilih tinggal di tenda karena trauma. Selain itu, gempa susulan juga yang masih kerap datang.

Namun, di tengah keprihatinan tersebut, warga di Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, masih sempat menyembelih seekor sapi untuk merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad, Senin lalu.

“Pembelian sapi ini hasil patungan dari warga,” kata Kepala Desa Deah Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Munawir, Selasa 13 Desember 2016.

Ratusan nasi bungkus dari warga Desa Jijiem siap dikirim untuk warga korban gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Senin (12/12). Foto oleh Habil Razali/Rappler

Munawir mengatakan, meskipun tak semeriah tahun-tahun sebelumnya, perayaan maulid kali ini cukup disambut warga dengan antusias. Terbukti, mereka mau menyisihkan uang untuk membeli sapi.

Sementara di posko pengungsian lain, para pengungsi juga bisa menikmati hidangan maulid meskipun mereka tidak merayakannya. Sebab makanan maulid berupa bu kulah, nasi yang dibungkus daun pisang, banyak dikirim dari daerah-daerah yang tak terdampak gempa.

Bu kulah, antara lain, datang dari Desa Pulo Mesjid, Kecamatan Tangse, Pidie. Mereka mengirimkan atusan bu kulah ke Pidie Jaya yang jaraknya dari Tangse mencapai 70 km.

“Kami dulu pernah dilanda banjir bandang. Saat itu banyak yang mengulurkan tangan memberi bantuan. Kini berarti wajib bagi kami untuk membantu saudara yang kena musibah,” kata salah seorang warga Pulo Mesjid.

Bu kulah, antara lain, juga datang dari beberapa desa lain, seperti desa Jijiem. Setelah menggelar perayaan Maulid Nabi Muhammad, warga Desa Jijiem memberikan ratusan bungkus bu kulah untuk para korban gempa.

Gempa memang meluluhlantakkan ratusan bangunan di Kabupaten Pidie Jaya, namun kebersamaan tak ikut terkubur dalam reruntuhan puing bangunan. Di tengah duka, mereka masih saling mengingat sesama. —Rappler.com   

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!