Tiga pelanggaran yang dilakukan Citilink dalam insiden pilot diduga mabuk

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiga pelanggaran yang dilakukan Citilink dalam insiden pilot diduga mabuk
Muncul tanda tanya di benak publik mengapa pilot yang terlihat tidak fit tetap bisa masuk ke dalam kabin pesawat

JAKARTA, Indonesia – Maskapai Citilink nyaris meloloskan penerbangan dengan nomor QG800 jurusan Surabaya-Jakarta pada Rabu, 28 Desember yang dikemudikan pilot Tekad Purna. Permasalahan muncul, ketika pilot berusia 32 tahun itu ternyata tidak fit untuk menunaikan tugasnya pada Rabu kemarin.

Dari rekaman CCTV yang terpasang di Bandara Juanda, Surabaya dan beredar di media sosial, Tekad terlihat jalan dalam keadaan sempoyongan. Publik menduga Tekad mabok dan tidak dalam keadaan sadar.

Dugaan itu semakin menguat ketika memberikan pengumuman di dalam kabin, kalimatnya terdengar ngelantur. Para penumpang pesawat QG800 yang mendengar suara itu kemudian protes, lantaran khawatir keselamatan mereka terancam.

Permasalahan ini kemudian menjadi perbincangan publik. Mereka tak habis pikir bagaimana mungkin anak perusahaan Garuda Indonesia itu meloloskan pilot yang diduga dalam keadaan mabuk mengemudikan pesawat.

Pengamat penerbangan, Alvin Lie menyayangkan peristiwa semacam ini terjadi. Apalagi maskapai Citilink baru saja diizinkan untuk terbang ke langit Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 2016. Dalam pengamatannya ada 3 hal yang dilanggar sehingga pilot Tekad bisa masuk ke dalam kabin, yakni:

1. Datang terlambat dan tetap diizinkan masuk ke kabin
Dalam jumpa pers yang disampaikan pada Jumat, 30 Desember, CEO Citilink Albert Burhan, mengakui pilot Tekad sudah terlambat tiba di Bandara Juanda. Dia baru tiba 15 menit sebelum jadwal keberangkatan pesawat. Sementara, idealnya seorang pilot sudah harus tiba 1-2 jam sebelumnya.

“Ini kan penerbangan pertama pada pagi itu sekitar pukul 05:00. Dia punya kewajiban untuk memeriksa pesawat sebelum masuk ke dalam kabin. Itu namanya walk around. Kemudian, sebelum masuk ke dalam pesawat, dia wajib melakukan briefing kepada seluruh awak kabin, termasuk melakukan check list sebelum dia menghidupkan mesin,” tutur Alvin yang dihubungi Rappler pada Jumat malam, 30 Desember 2016.

Kapten pilot juga yang memberikan lampu hijau kepada kru kabin untuk boarding penumpang.

“Bahwa dia sudah telat dan tidak digantikan oleh pilot yang stand by saja, manager station Citilink sudah keliru. Apa pun alasannya, kalau pilot datang terlambat, maka pilot yang stand by harus menggantikan,” tutur pria yang juga menjabat sebagai anggota Ombudsman tersebut.

Alvin mendesak agar maskapai Citilink mencari tahu siapa pihak yang mengizinkan pilot Tekad tetap masuk ke dalam kabin pesawat. Masalahnya, Alvin menjelaskan, pilot yang datang terlambat akan tergesa-gesa, sehingga menganggu fokus ketika akan menerbangkan pesawat.

2. Satpam bandara seharusnya melarang masuk
Dalam rekaman CCTV yang beredar luas di publik, satpam bandara seharusnya sudah menghentikan pilot Tekad agar tak masuk menuju ke kabin. Sebab, sejak awal mereka sudah melihat gelagat pilot Tekad yang sudah tak beres. Jalan dalam keadaan sempoyongan, belum lagi dia terlihat tidak fokus dengan tak menyadari barang di dalam tasnya berhamburan keluar.

“Jangankan pilot, jika yang bermasalah adalah penumpang pasti langsung ditarik,” kata dia.

Menurut Alvin, tidak ada pandang bulu apakah yang dianggap menganggu penerbangan itu pilot atau penumpang. Awak kabin memang diberi jalur khusus ketika dilakukan pemeriksaan keamanan di bandara, tetapi hal itu dilakukan supaya mereka tidak perlu antre.

3. Lemahnya sistem perekrutan SDM di Citilink
Direktur SDM Citilink, Devina Veryano mengakui ketika merekrut Tekad Purna, mereka tidak meminta referensi ke maskapai AirAsia, tempat dulu Tekad bekerja. Dia mengatakan proses perekrutan dilakukan secara diam-diam. Apalagi Tekad memiliki license pilot untuk pesawat jenis A-320. Jumlah pilot dengan license tersebut, kata Devina memang terbatas di pasaran tenaga kerja.


Dalam pandangan Alvin berarti ada kelemahan dalam sistem perekrutan pegawai di maskapai Citilink. Sebagai perusahaan yang bergerak di industri penerbangan, Citilink harus melakukan pemeriksaan terhadap semua pegawai yang bersentuhan dengan pesawat.

Alvin juga mempertanyakan sistem pengawasan kesehatan yang seharusnya dilakukan setiap 6 bulan sekali kepada awak kabin di Kemayoran.

“Bagaimana mungkin dia bisa lolos? Oleh sebab itu, saya mendesak agar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk ikut bertanggung jawab,” kata dia.

Berdasarkan informasi yang Rappler peroleh dari seorang sumber, Tekad memilih berhenti bekerja dari maskapai Air Asia Indonesia karena tertangkap basah membawa zat psikotropika ke dalam kabin pesawat. Namun, Alvin membantah jika pilot lekat dengan penggunaan zat psikotropika.

“Pada dasarnya pilot juga tidak ingin celaka saat menerbangkan pesawat, termasuk insiden kecil. Sebab, jika itu yang terjadi, mereka bisa digrounded. Ketika digrounded, mereka tidak bisa memperoleh jam terbang dan berdampak ke gaji,” tutur Alvin.

Pada dasarnya jika ada pilot yang menggunakan zat psikotropika bukan disebabkan tekanan pekerjaan, melainkan gaya hidup individu itu sendiri.

Tak miliki kewenangan

Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura I yang membawahi Bandara Juanda, Israwadi mengatakan petugas keamanan di bandara tidak memiliki kewenangan untuk menghentikan pilot dan bertanya apakah kondisinya dalam keadaan baik.

“Petugas keamanan bandara (Avsec) kan bukan polisi yang dapat langsung menginvestigasi. Itu diserahkan kepada petugas operasional,” ujar Israwadi yang dihubungi melalui telepon pada Senin, 2 Januari 2017.

Petugas keamanan juga tidak berhak menilai apakah awak kabin dalam keadaan fit atau tidak. Sebab, hal tersebut membutuhkan pemeriksaan medis lebih dulu.

Sementara, dalam kasus pilot Citilink, Israwadi berdalih walaupun petugas keamanan tidak menghentikan Tekad, tetapi hal itu sudah dilaporkan kepada maskapai.

“Petugas keamanan yang berada di security check point (SCP) 1 langsung melaporkan hal itu,” katanya.

Ke depan untuk mencegah peristiwa serupa terulang, pihak AP I tidak akan mengubah operasi standar prosedur (SOP) yang sudah ada karena itu telah ditetapkan dari Kementerian Perhubungan. Namun, mereka berjanji akan lebih ketat dalam penerapannya.

Minta maaf

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi akhirnya meminta maaf kepada publik atas insiden pilot Citilink yang diduga mabuk itu. Dia mengakui apa yang terjadi di Bandara Juanda di luar kepatutan.

Budi mengatakan peristiwa tersebut bisa dicegah, seandainya maskapai Citilink menjalankan prosedur yang ditetapkan seperti cek kesehatan dan melakukan pengarahan kepada kru sebelum terbang. Mantan Direktur Angkasa Pura (AP) 2 itu juga mengakui ada aturan yang telah dilanggar oleh Citilink.

“Saya prihatin dan minta maaf kepada masyarakat atas kejadian yang tidak patut ini serta mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah kritis dan melaporkan kejadian tersebut,” ujar Budi yang ditemui ketika tengah meninjau perluasan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur.

Dia berjanji Kemenhub akan melakukan restrukturisasi cara pendelegasian wewenang kepada maskapai penerbangan. Manajemen Citilink pun sudah memecat Tekad sebagai pilot mereka, kendati hasil investigasi belum rampung dilakukan. Albert Burhan dan Hadinoto Sudigno juga sudah mengajukan pengunduran diri masing-masing sebagai CEO dan COO Citilink. – dengan laporan ANTARA, Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!