Mengundang Jokowi mengenang Wiji Thukul

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengundang Jokowi mengenang Wiji Thukul
Film 'Istirahatlah Kata-Kata' akan ditayangkan secara serentak di seluruh Indonesia pada 19 Januari.

 

JAKARTA, Indonesia — Keluarga dan sahabat Wiji Thukul berencana mengundang Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk menonton film mengenai aktivis yang hilang dalam Tragedi 1998 itu, Istirahatlah Kata-Kata.

Film ini mengisahkan kehidupan Wiji, seorang aktivis buruh, semasa pelarian di Pontianak, Kalimantan Barat.

“Kami harapkan Presiden untuk nonton, karena dia punya kedekatan personal saat menjabat Wali Kota Solo,” kata adik Wiji, Wahyu Susilo, di Jakarta pada Minggu, 8 Januari. 

Konferensi pers untuk mengajak Presiden Jokowi menonton film 'Istirahatlah Kata-Kata' di Kedai Tjikini, Jakarta Pusat pada Minggu, 8 Januari 2017. Foto dari Twitter @FilmWijiThukul

Selain Wahyu, turut hadir putri sang aktivis, Fitri Nganthi Wani, dan rekan Wiji seperti Nezar Patria dan Raharjo Waluyo Jati dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Minggu.

Baik Wahyu maupun Fitri memang sering mengunggah ke media sosial cerita pertemuan mereka dengan Jokowi, yang khususnya membahas nasib Wiji dan aktivis lainnya yang masih hilang. Kepada mereka, Jokowi pernah berjanji akan mengusut tuntas kasus hilangnya Wiji dan aktivis lainnya yang hilang.

Bahkan, Jokowi beberapa kali mengaku kenal cukup dekat dengan Siti Dyah Sujirah alias Sipon, istri Wiji, dan anak-anaknya lantaran sesama orang Solo. Wahyu tak membantah pernyataan ini.

“Ia sering memfasilitasi pembacaan puisi Wiji Thukul setiap peringatan jatuhnya Orde Baru di rumah dinasnya waktu itu [Loji Gandrung],” kata Wahyu yang juga merupakan aktivis buruh migran. Saat sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta pun Jokowi menyatakan suka dengan puisi Peringatan karya Wiji, sang penyair pelo.

“Saya tahu Jokowi pengagum bapak saya,” kata Fitri.

Korban penculikan

Jokowi mengundang keluarga Wiji Thukul semasa menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Foto oleh Wahyu Susilo

Rekan Wiji sekaligus sesama korban penculikan 1998, Nezar Patria, mengatakan film ini adalah yang pertama mengangkat kisah korban penculikan. Sisi humanis seorang Wiji, aktivis sekaligus sastrawan, tercermin lewat akting Gunawan Maryanto.

Sutradara Yosep Anggi Noen mengatakan periode hidup Wiji inilah yang dipilih karena adanya persoalan kompleks. “Periode ini paling emosional karena jauh dari keluarganya, di Pontianak dengan orang-orang baru,” kata Yosep.

“Negara masih ada utang sejarah untuk mengusut kasus para aktivis,” kata sutradara muda itu. Sudah hampir 20 tahun berlalu, namun tak ada kejelasan nasib mereka, apakah hidup dalam penyamaran atau sudah tewas.

Film ini juga bertujuan mengelitik masyarakat untuk bertanya tentang nasib para aktivis. 

“Banyaknya orang yang bertanya akan mendorong negara menjadi gelisah sehingga menjalankan proses hukum,” kata Raharjo Waluyo Djati, aktivis 1998.

Menurutnya, sudah menjadi tugas masyarakat untuk bertanya dan mencari kebenaran nasib mereka yang masih hilang. Bagaimanapun juga, pemerintah pernah berjanji untuk mengungkap dan janji harus ditepati.

“Yang kejam dari penculikan adalah menghilangkan yang sudah ada,” kata Wahyu. 

Undangan nonton untuk Jokowi akan diantarkan langsung pada Selasa, 10 Januari 2017, ke Istana Negara.

Sebelum Jokowi, pejabat yang sudah menyaksikan film ini lewat penayangan terbatas adalah Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Film Istirahatlah Kata-Kata akan ditayangkan secara serentak di seluruh Indonesia pada 19 Januari.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!