Bantu gendong lansia keluar kabin, pramugari Garuda diberi penghargaan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bantu gendong lansia keluar kabin, pramugari Garuda diberi penghargaan
Selain diberi penghargaan, kedua pramugari juga ditraktir makan siang oleh Menteri Budi di ruang kerjanya

JAKARTA, Indonesia – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan penghargaan kepada dua pramugari Garuda Indonesia, Vera dan Ninik Septinawati karena telah membantu seorang perempuan lansia keluar dari kabin pesawat. Vera menggendong perempuan lansia dalam pesawat tujuan Kuala Lumpur-Jakarta pada Sabtu siang, 7 Januari karena dia tidak mampu berjalan keluar.

Sedangkan, hampir semua penumpang telah keluar dari kabin. Vera dan Ninik kemudian menghampiri si nenek yang duduk di kursi 41C. Mereka terlibat pembicaraan ringan sambil menanti kursi roda dibawa oleh petugas darat (ground handling).

Tetapi, kursi roda yang dinanti tidak kunjung datang. Sementara, pesawat harus segera disiapkan untuk penerbangan selanjutnya.

Vera kemudian berinisiatif menawarkan diri untuk menggendong penumpang lanjut usia itu dari kursi belakang menuju ke depan. Vera tidak sendiri, tetapi turut dibantu Ninik yang bertugas sebagai Flight Service Manager (FSM).

Peristiwa itu diabadikan oleh seorang netizen dan viral di media sosial. Banyak netizen yang mengaku salut dengan sikap tulus Vera yang bersedia membopong perempuan lansia itu.

“Saya spontan saja menawarkan diri untuk membantu dan menggendongnya karena saya pikir ini sudah menjadi bagian dari pelayanan kami selaku pramugari Garuda,” ujar Vera seperti dikutip dalam keterangan tertulis Kementerian Perhubungan, Senin, 9 Januari.

Atas sikap cekatan dan kepedulian itu, Budi kemudian memberikan Vera dan Ninik piagam penghargaan. Keduanya juga diundang secara khusus oleh Budi untuk menikmati santap siang di ruang kerjanya.

Dia mengaku merasa perlu memberikan penghargaan atas apa yang dilakukan kedua pramugari Garuda Indonesia tersebut. Menurut mantan Direktur Angkasa Pura 2 itu apa yang ditunjukkan oleh Vera dan Ninik adalah bukti pelayanan yang profesional dan dapat dijadikan teladan oleh pramugari lainnya.

“Spontanitas untuk membantu penumpang yang membutuhkan pertolongan sangatlah perlu bagi pelayanan di industri jasa transportasi. Spirit melayani dengan tulus telah memberi warna tersendiri,” kata Budi sambil berpesan kepada kedua pramugari itu untuk tetap melayani penumpang dengan tulus.

Penghargaan ini diberikan di tengah upaya memulihkan kepercayaan publik pasca insiden pilot diduga mabuk di Bandara Juanda, Surabaya pada tanggal 28 Desember lalu. Pilot yang diketahui bernama Tekad Purna itu nyaris menerbangkan pesawat maskapai Citilink kendati kondisinya tidak fit. (BACA: Tiga pelanggaran yang dilakukan Citilink dalam insiden pilot diduga mabuk)

Dalam rekaman CCTV yang terpasang di Bandara Juanda, Tekad terlihat berjalan sempoyongan dan ngelantur saat memberikan informasi dari ruang kokpit kepada penumpang pesawat dengan nomor penerbangan QG800. Dalam kasus ini, Budi mengambil tindakan tegas dengan mencabut lisensi terbang pria berusia 32 tahun tersebut. Artinya, dia tidak akan lagi bisa menerbangkan pesawat dari maskapai apa pun di Indonesia.

Bukan sesuatu yang spesial

Sementara, di mata pengamat penerbangan Alvin Lie apa yang dilakukan oleh kedua pramugari itu bukan sesuatu yang spesial. Sebab, itu sudah sering kali terjadi.

“Yang dilakukan oleh pramugari tersebut adalah membantu penumpang yang membutuhkan kursi roda menuju pintu keluar pesawat dalam kondisi exit reguler dan bukan evakuasi darurat. Tapi, tak ada yang salah juga dengan inisiatif yang dilakukan oleh kedua pramugari,” kata Alvin melalui pesan pendek kepada Rappler pada Senin, 9 Januari.

Dia melanjutkan jika diperhatikan lebih jauh, kru kabin pesawat Garuda sudah mengenakan ID card. Artinya, mereka baru saja menjalani penerbangan terakhir dan harus bersiap-siap untuk penerbangan selanjutnya. 

“Inisiatif ini bisa juga didorong untuk mempercepat proses hand over (ke penerbangan selanjutnya),” tutur dia. 

Selain penerbangan Kuala Lumpur-Jakarta yang terjadi pada Sabtu kemarin, peristiwa semacam itu kerap terjadi. Apalagi jika lorong pesawat tidak muat untuk dilalui oleh kursi roda.

“Ini jadi spesial karena ada penumpang yang foto dan diunggah ke media sosial,” ujarnya.

Penyediaan kursi roda memang menjadi kewajiban maskapai yang bersangkutan. Tetapi, biasanya diserahkan kepada petugas ground handling yang mengurusi bagasi penumpang.

“Namun, kita tetap patut mengapresiasi inisiatif dan niat baik pramugari Garuda,” kata dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!