Menyelamatkan tembakau Indonesia dari serangan ‘tangan-tangan asing’

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menyelamatkan tembakau Indonesia dari serangan ‘tangan-tangan asing’
Petani tembakau mendesak Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk melobi anggota DPR RI agar segera sahkan RUU Pertembakauan

 

SEMARANG, Indonesia — Tridjoko mengernyitkan dahi saat berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Jawa Tengah di Jalan Pahlawan, Semarang, pada Senin, 9 Januari. 

Raut mukanya tampak resah karena Gubernur Ganjar Pranowo tak kunjung menepati janjinya untuk melobi para legislator di Senayan, Jakarta, supaya lekas mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan.

Baginya, lobi-lobi dari Gubernur Ganjar jadi asa terakhir untuk memperjuangkan tembakau Indonesia agar tetap lestari di tanah kelahirannya. 

Kekhawatirannya itu bukan tanpa alasan. Ia menganggap keran impor tembakau dari luar negeri secara perlahan mulai menghambat penjualan tembakau khas lereng Gunung Merapi di Boyolali.

“Dari pengalaman saya sejak kecil, baru kali ini ada banyak tembakau impor yang beredar di pasaran. Makanya, saya minta kepada Pak Ganjar segera melobi anggota DPR di Jakarta biar menyetop transaksi impor tembakau,” kata pria asli Kecamatan Cepogo, Boyolali ini kepada Rappler, saat menggelar unjuk rasa bersama 700 petani lainnya.

Menurutnya, tembakau sudah menjadi penopang hidupnya. Sejak kecil ia sudah bergelut di ladang untuk menebar benih-benih tembaku, lalu dipanen saat pertengahan tahun. Begitu seterusnya sampai ia beranak pinak dan menapaki usia 50 tahun.

Di Cepogo, ia mengaku punya belasan hektar ladang tembakau yang terhampar luas. Tahun ini ia mampu memanen 100 keranjang lebih daun tembakau kering untuk dijual ke pabrik-pabrik rokok. 

“Itu hasilnya sama dengan 15 ton,” ungkap Tridjoko.

Berdasarkan data yang ia sampaikan, Cepogo merupakan ladang tembakau yang begitu subur di lereng Merapi. Walaupun sekarang kerap dilanda perubahan cuaca yang ekstrem, tapi ia mengatakan hal itu tak masalah.

“Tiap tahun saya tetap memanen sekali, dan hasilnya sudah bisa menyejahterakan keluarga di rumah,” katanya seraya menambahkan bahwa kualitas tembakau hasil panennya lebih bagus dibanding tembakau yang diimpor dari negara lainnya.

“Lebih hebat di tempat saya,” ujarnya.

Saat ini, di desanya masih terdapat 200 petani yang tetap eksis menanam tembakau. Mereka kebanyakan tersebar di 10 desa. 

“Semuanya jadi petani tembakau,” paparnya. 

Sedikit banyak keberadaan barang impor memang sangat mengusik pikiran para petani di Cepogo. Selain memengaruhi harga jual di pasaran, ia berpendapat peredaran tembakau impor kini telah menggerus pangsa pasar lokal.

Tembakau impor kuasai mayoritas pangsa pasar Indonesia 

Rachim, petani tembakau lainnya, mengaku harus menanggung kerugian hingga ratusan juta akibat serangan tembakau impor. 

“Rugi banyak, sampai 30 persen, mau gimana lagi, pemerintah diam saja melihat kami menderita,” kata Rahim.

Ia sendiri dibuat kelimpungan, ditambah lagi daya serap masyarakat saat ini semakin menurun. 

“Saya ingin pemerintah secepatnya mengesahkan RUU Pertembakauan. Itu minimal bisa melindungi kami dari peredaran tembakau impor,” ucapnya.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jateng, Wisnu Brata, menyebut pemerintah telah mengimpor tembakau sebesar 150 ribu ton atau hampir 60 persen dari tembakau yang beredar di masyarakat.

“Tembakau impor bikin kami rugi besar. Kami harap ke depan pemerintah mau mengurangi impor atau sebisa mungkin menghentikan,” ujar Wisnu.

“Meski sudah masuk Prolegnas [Program Legislasi Nasional], tapi kami minta UU Pertembakauan disahkan tahun ini. Kami melihat UU itu berpihak pada kesejahteraan petani tembakau,” kata Wisnu.

Ia pun menegaskan bahwa apa yang telah dihasilkan oleh para petani kini mampu mencukupi kebutuhan tembakau nasional. Karena itulah, tak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk melindungi kelestarian tembakau lokal.

Sedangkan Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Pemprov Jateng, Heru Setiadie, saat menggelar pertemuan dengan para petani di kantornya berjanji akan menyampaikan semua keluhan tersebut kepada Ganjar.

“Akan saya sampaikan kepada Pak Gubernur, untuk saat ini beliau sedang berada di Magelang untuk melakukan kunjungan kerja,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!