Hikmah setahun peringatan bom Thamrin: Aksi teror jangan dibalas dengan kekerasan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hikmah setahun peringatan bom Thamrin: Aksi teror jangan dibalas dengan kekerasan

ANTARA FOTO

Pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan korban tindak kejahatan terorisme

JAKARTA, Indonesia – Tepat satu tahun yang lalu, Indonesia diguncang teror bom pertama di tahun 2016. Dua bom meledak di area Sarinah pada 14 Januari dan menewaskan 8 orang, termasuk di antaranya 4 pelaku.

Kini, setelah setahun berlalu, para korban selamat masih merasakan sakit akibat serpihan bom yang sempat melekat di tubuh mereka. Salah satunya adalah Ipda Denny. Ditemui di acara “Aksi Damai, Sahabat Thamrin Suara Para Korban Memperingati 1 Tahun Tragedi Bom Thamrin”, anggota Polantas Polda Metro Jaya itu mengaku terkena bom saat tengah bertugas di pos Polantas di seberang gedung Sarinah.

Akibatnya sebagian tubuh Denny sempat mengalami luka bakar. Sakit di kepalanya hingga kini belum sembuh. Usai dilakukan operasi, kini Denny menjalani perawatan jalan. (BACA: Kronologi ledakan Sarinah versi Polda Metro Jaya)

“(Kini masih) perawatan jalan. Cuma kalau kepala ini yang di dalam ini (membutuhkan waktu) dua tahun ke depan. Terus terang saya masih berat. Di dalam sini (menunjuk ke kepalanya), hanya sebelah kiri enggak apa-apa. Kalau setiap hari ini (menunjuk ke tangan) terasa sakit sampai kaki, tidur kalau enggak minum obat, maka saya sulit tidur,” ujar Denny seperti dikutip media pada Sabtu, 14 Januari.

Dia mengaku setahun pasca tragedi itu berlalu, tak ada trauma yang tersisa.

“Saya kena bom saya sadar, hanya saja masih sakit. Tapi, saya enggak mengeluh sakit, karena itu sudah takdir,” katanya.

Sementara, juru bicara komunitas Sahabat Thamrin, Dwieky Siti Rhomdoni mengatakan aksi damai yang digelar oleh kelompok Aliansi Indonesia Damai, Sahabat Thamrin dan Yayasan Penyintas Indonesia, sengaja bertujuan untuk menjalin kebersamaan dalam melawan aksi kekerasan.

“Kebersamaan ini melawan aksi kekerasan, agar tidak dibalas dengan kekerasan,” ujar Dwieky.

Dia juga meminta kepada pemerintah supaya dapat lebih memperhatikan para korban tindak terorisme.

“Penanganan korban belum tuntas, terutama penanganan psikis korban,” kata dia.

Dalam aksi teror itu, polisi menyebut aktor di baliknya adalah Bahrun Naim, warga Solo yang diduga telah berada di Suriah. Bahrun juga disebut-sebut menjadi otak aksi pemboman lainnya di Indonesia, termasuk rencana peledakan di depan Istana Negara. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!