Tiga mahasiswa tewas, Rektor UII akui ada kekerasan

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiga peserta Mapala UII tewas dalam pelatihan dasar pecinta alam

Penyataan maaf dari Universitas Islam Indonesia yang dirilis melalui akun twitter mereka, Selasa (24/1). Foto diambil dari @UIIYogyakarta/Twitter

YOGYAKARTA, Indonesia — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Harsoyo mengatakan panitia pendidikan dasar pecinta alam di kampusnya mengakui ada kekerasan kepada para peserta sehingga menewaskan tiga orang mahasiswa.

“Bentuknya yang diceritakan anak-anak itu dipukuli pakai ranting, bukan rotan. Menurut cerita dari panitia, waktu itu kondisi hujan. Itu banyak kerikil pasir menggores, merangkak,” kata Harsoyo Selasa, 24 Januari 2017.  

Menurut Harsoyo, pendidikan pelatihan dasar pecinta alam yang dilakukan Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) UII berlangsung di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu diikuti 35 peserta. 

Pendidikan semula akan digelar hingga Minggu, 22 Januari 2017. Namun acara ini dihentikan pada Jumat karena salah seorang seorang peserta, yakni Muhammad Fadli, meninggal. Ia diduga tewas setelah dianiaya seniornya.

Pihak kampus kemudian langsung membubarkan acara tersebut dan mengirim sebuah bus ke lokasi untuk menjemput para peserta. “Jumat malam bus tiba di sana dan sampai sini Sabtu dini hari,” kata Harsoyo.

Saat itu, Harsoyo melanjutkan, semua peserta langsung diperiksa kesehatannya di Jogja International Hospital (JIH). Rencananya mereka akan kembali diperiksa pada Selasa, 24 Januari 2017. Namun belum sempat pemeriksaan ulang dilakukan, dua mahasiswa lain keburu tewas.

(Baca: Diduga dianiaya senior, tiga mahasiswa Mapala UII tewas)

Mereka yakni Syaits Asyam (19) dan Ilham Nurpadmi Listia Adi (20). Asyam meninggal pada Sabtu siang, sementara Ilham meninggal pada Senin tengah malam. Keduanya meninggal di RS Betjesda Yogyakarta. Sehingga total korban tewas menjadi tiga orang.

(Baca: Kisah tragis tewasnya tiga mahasiswa pecinta alam)

Pihak kampus telah menyatakan rasa bela sungkawa mereka melalui akun twitter pada Selasa, 24 Januari 2017. Dengan latar belakang hitam, mereka memohon maaf kepada keluara para korban dan memastikan kasus ini akan diusut hingga tuntas.

 

Selain tiga tewas, sejumlah peserta diklat juga mengalami luka-luka. Salah satunya Abiyan Razaki (19 tahun) yang sampai Selasa kemarin masih harus menjalani rawat inap di Jogja International Hospital (JIH).

Harsoyo mengatakan saat ini pihaknya telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini. Tim terdiri dari sejumlah pakar, seperti psikolog, dokter forensik dan juga pimpinan dari fakultas mahasiswa peserta diklat.

Menurutnya, saat diklat berlangsung, tak ada perwakilan kampus di lokasi. Pihak kampus hanya hadir saat pelepasan para mahasiswa tersebut menuju lokasi diklat yang jaraknya sekitar 3-4 jam perjalanan dari Kota Yogyakarta. “Dari Mapala semua. Sistem kita Student Government, tanggung jawab dari UKM masing-masing,” kata Harsoyo.

Keluarga korban tewas telah melaporkan kasus ini ke polisi. Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak bahkan telah membentuk tim untuk menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi akan segera dipanggil.

“Kami sudah terjunkan tim, hari ini mereka berangkat ke Yogyakarta untuk memeriksa 11 orang saksi, terutama teman-teman korban,” kata AKBP Ade Safri. “Saya harap mereka mau memberikan informasi yang benar.” —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!