climate change

Buntut tewasnya tiga mahasiswa, Mapala Unisi dibekukan

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mapala Unisi telah berdiri selama 43 tahun

PENYIDIKAN. Perwakilan dari Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan saat ini proses penyidikan terhadap peserta dan panitia kegiatan diklatnas mapala tengah dilakukan. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

YOGYAKARTA, Indonesia — Buntut tewasnya tiga anggota Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi) membuat rektorat universitas tersebut akhirnya membekukan sementara semua kegiatan Mapala Unisi.

“Mapala ini sudah terbentuk selama 43 tahun dengan anggota 2000an lebih,” kata Bactiar Nur Rahman, 48 tahun, anggota senior Mapala Unisi, kepada Rappler, Kamis 26 Januari 2017. Ia merasa sedih dengan pembekuan Mapala Unisi.

Pembekuan ini menyusul tewasnya tiga anggota mereka yang sedang menjalani pendidikan pelatihan dasar di hutan Gunung Lawu di Karanganyar, pekan lalu. Ketiga mahasiswa Mapala Unisi yang tewas tersebut yakni Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (20), dan Ilham Nurpadmi Listia Adi (20). 

Ketiganya diduga tewas setelah dianiaya oleh senior mereka selama pendidikan pelatihan dasar berlangsung. Ini bisa dilihat dari sejumlah luka di tubuh mereka.

(Baca: Diduga dianiaya senior, tiga mahasiswa Mapala UII tewas)

Selain tiga tewas, sejumlah peserta pendidikan pelatihan dasar Mapala Unisi juga mengalami luka-luka. Sampai kemarin, 10 peserta pendidikan dasar pelatihan Mapala Unisi masih dirawat di rumah sakit.

Saat ini kasus tersebut telah ditangani oleh polisi. Bactiar Nur mengatakan dirinya dan sejumlah senior merasa tercabik-cabik mendengar tewasnya tiga junior mereka. Namun ia tak ingin berkomentar banyak tentang penanganan kasus ini. “Kami sama-sama menunggu hasil evaluasi saja,” katanya.

Backtiar juga menyayangkan pembekuan aktivitas Mapala oleh rektorat. Sebab, menurutnya, Mapala Unisi telah berbuat banyak untuk membantu masyarakat. Ia menyebut mereka pernah terlibat dalam penanganan Tsunami Aceh tahun 2004, evakuasi Mbah Marijan, musibah Gunung Merapi tahun 2010, musibah Gunung Kelud 2014, dan juga banjir Bima. 

“Mapala juga memiliki empat desa binaan di lereng Merapi. Kegiatan kami adalah pengabdian masyarakat, penelitian, dakwah dan SAR (search and rescue),” kata Arif Setiawan (37), anggota Senior Mapala Unisi lainnya.

Arif menyebut prestasi terakhir yang diraih Mapala Unisi adalah juara ketiga pada even International Urban Search And Rescue (IUSAR) di Turki tahun 2016. —Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!