Luhut: Mungkin lebih pas Jokowi bertemu SBY setelah Pilkada

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Luhut menegaskan tidak ada satu pun orang yang dapat mengatur dan menghalangi Presiden Jokowi. Semua keputusan berasal dari Presiden sendiri.

BERSALAMAN. Presiden Joko Widodo bersalaman dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di peresmian gedung baru KPK, Selasa, 29 Desember 2015. Foto oleh Humas KPK

JAKARTA, Indonesia – Teka-teki soal rencana pertemuan antara Presiden Joko “Jokowi” Widodo dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai menemukan titik terang. Kemungkinan pertemuan keduanya akan terealisasi setelah Pilkada 2017.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Panjaitan, mengatakan jika pertemuan dilakukan dalam waktu dekat dirasa kurang pas.

“Mungkin setelah Pilkada akan lebih pas. Tentu ada hitung-hitungannya lah,” ujar Luhut ketika ditemui di Istana Kepresidenan pada Jumat sore, 3 Februari.

Dia juga menegaskan tidak ada satu pun pihak yang melarang mantan Gubernur DKI itu untuk bertemu dengan SBY. Luhut menyebut Jokowi merupakan sosok pemimpin yang tidak bisa diatur oleh siapa pun.

“Orang keliru melihat itu. Salah mempersepsikan Presiden seolah-olah bisa diatur-atur oleh si Badu, Polah. (Padahal) enggak pernah. Presiden itu menerima pendapat, memang iya. Lalu, Beliau dengarkan, pelajari dan putuskan sendiri,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Menkopolhukam memberikan penjelasan.

Kendati Luhut terlihat ikut hadir dalam pertemuan antara Jokowi dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, namun kali ini dia mengaku enggan terlibat. Dia mengaku posisinya sebagai Menko Maritim tidak sesuai untuk menjadi penghubung antara Jokowi dengan Ketua Umum Partai Demokrat itu.

“Enggak usalah saya main-mainkan itu. Saya kan Menko Maritim,” tutur dia.

Lalu, apa penjelasan Luhut ketika dia ikut hadir di kediaman Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma’ruf Amin di area Jakarta Utara pada Rabu malam? Kendati posisinya bukan lagi Menkopolhukam dan jauh dari bidang politik, dia tetap hadir ke sana.

Luhut mengaku kehadirannya di rumah Ma’ruf atas inisiatif pribadi, lantaran ulama berusia 73 tahun itu merupakan teman lama, bahkan sejak almarhum Gus Dur masih hidup.

“Saya tuh juga suka berkomunikasi dengan Beliau juga. Nah, kemarin saya lihat keadaan begitu ya saya telepon Beliau untuk janjian mau ketemu. Saat saya tiba di sana tahu-tahu sudah ada Kapolda dan Pangdam Jaya. Makanya, saya di sana hanya beberapa menit,” tutur dia.

Luhut mengatakan saat pembicaraan melalui telepon, keduanya sudah berdiskusi mengenai kondisi bangsa. Ma’ruf kata Luhut, ingin melihat Indonesia aman, tenang dan tidak ada lagi masalah. Hal serupa juga disampaikan oleh Luhut begitu tiba di kediaman Ma’ruf.

Dia meminta kepada publik jangan terbawa jabatan fungsional lalu tidak bisa menyelesaikan masalah. Hasil pertemuan dengan Ma’ruf juga sudah disampaikan Luhut kepada Wiranto dan Jokowi. Mantan Walikota Solo itu pun menyambut baik sikap yang diambil Luhut.

“Iya, (apa yang saya lakukan) udah benar. Begitu saja (respons Presiden Jokowi). Ya, kan tidak mesti Pak Luhut, tetapi siapa saja yang niatnya silahturahmi, membuat tenang. Kenapa tidak? Jadi, kita harus berpikir positif lah,” katanya.

Suara Jokowi meninggi

Luhut juga menjelaskan dalam Pilkada sikap Jokowi tetap netral dan tidak mendukung pasangan calon mana pun. Bahkan, dalam kasus pernyataan gubernur non aktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama kepada Ma’ruf di ruang sidang, Jokowi menanggapinya dengan nada suara yang meninggi.

“Suara Beliau agak tinggi kemarin karena Saudara Ahok bicara seperti ini. Sementara, yang kami mau, kalian yang lebih muda juga belajar berdemokrasi dan berpikir bagaimana agar demokrasi ini berjalan lebih baik,” kata dia.

Jika demokrasi terus diganggu, kata Luhut, maka generasi masa depan terancam tidak dapat menikmatinya. Untuk itu, Luhut berharap media ikut berkontribusi membangun demokrasi.

Dia tidak ingin Indonesia jatuh ke konflik yang tiada ujung seperti yang terjadi di negara Timur Tengah dan Amerika.

“Kita jangan sampai terbawa seperti itu,” tuturnya.

Jadi, apakah pertemuan antara SBY dengan Jokowi benar-benar akan terealisasi setelah Pilkada? Tinggalkan pendapat kamu di kolom komentar. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!