SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Surat telegram yang dikeluarkan oleh Polda Jawa Timur untuk mendata ulama membuat mereka merasa khawatir. Surat itu terbit pada 30 Januari dengan nomor ST/209/2017?RO SDM.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli membenarkan soal surat telegram itu. Tetapi, itu bukan terkait dengan adanya kekhawatiran terhadap munculnya paham komunis.
“Jawa Timur sedang mengedepankan program sinergitas ulama-umaro. Jadi, dengan adanya data-data itu paling tidak ulama-ulama kharismatik yang selama ini bisa saja luput dari acara-acara dalam rangka undangan-undangan antara Polri dan masyarakat,” ujar Boy di Mabes Polri pada Senin, 6 Februari di Jakarta.
Dia membantah jika pendataan ini merupakan respons kekecewaan warga Nahdlatul Ulama (NU) terhadap gubernur non aktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama yang dianggap sudah memojokkan Ketua Majelis Ulama, Ma’ruf Amin. Upaya itu, kata Boy hanya merupakan rutinitas polisi untuk mendekatkan diri kepada tokoh masyarakat di setiap daerah.
“Itu (pendataan) kerjaan kami yang sudah lama. Saya Kapolres Pasuruan, sepuluh tahun lalu, saya kerja dengan alim ulama terus. Saya berkeliling ke pesantren, bertemu dengan alim,” kata dia.
Saat ditanya apakah Polri akan memberlakukan pendataan ulang itu secara serentai di seluruh Indonesia, Boy mengatakan belum ada rencana. Tetapi, dia tidak menampik jika polda lainnya berpotensi mengikuti jejak Polda Jawa Timur.
“Dalam cara mendata itu mereka punya cara masing-masing, ada yang dari polres-polresnya melaporkan. Ada yang diminta kapoldanya. Itu tergantung teknik saja,” kata dia. – Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.