Jelang 11 Februari, aksi mobilisasi massa umat Islam mulai terlihat di Jateng

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jelang 11 Februari, aksi mobilisasi massa umat Islam mulai terlihat di Jateng
FPI menilai pernyataan Ahok di sidang pengadilan terlalu keras termasuk ketika memojokan KETUA GNPF-MUI

SEMARANG, Indonesia – Memasuki masa tenang Pilkada 2017, gerombolan ormas yang menamakan diri Forum Umat Islam (FUI) kembali mengerahkan massa untuk mengadakan aksi pada Sabtu, 11 Februari. Mobilisasi massa pun sudah mulai terlihat dari Jawa Tengah menuju ke Jakarta untuk mengikuti aksi tersebut.

Namun, jika semula konsep acara berupa gerak jalan sehat sepanjang area Monumen Nasional hingga ke Bunderan Hotel Indonesia (HI), kegiatan diubah formatnya menjadi pemberian tausiyah atau ceramah di Masjid Istiqlal.

Ketua tim advokasi Front Pembela Islam (FPI) Jateng, Zaenal Abidin Petir mengatakan pengerahan massa telah dimulai dari Solo yang memang dikenal sebagai basis laskar Islam terbesar. Mobilisasi massa juga akan terjadi di kota Semarang, Tegal, Rembang, Banyumas, Purwokerto, Pekalongan, Kendal, Sukoharjo hingga Blora.

“Sebagian sudah berangkat ke Jakarta dengan naik kereta, pesawat dan mobil pribadi. Lalu, beberapa kelompok lainnya baru bertolak hari Jumat esok. Aksi ini dilakukan untuk menyatukan visi umat Islam yang memprotes kegaduhan politik yang dilakukan oleh saudara Ahok,” tutur Zaenal kepada Rappler pada Kamis, 9 Februari.

Dia menuding Ahok telah berulang kali mematok reaksi keras dari umat Islam karena pernyataannya di sidang penistaan agama, termasuk ketika memojokan Ketua GNPF-MUI, Ma’ruf Amin.

Belajar dari pengalaman sebelumnya jelang aksi 212, mereka mengerahkan massa dengan cara yang berbeda. Pengerahan massa kali ini dilakukan secara tertutup.

Dari Jateng sudah ada yang berangkat dengan menumpang 250 kendaraan pribadi. Zaenal menegaskan jangan sampai mereka dicegat lagi oleh polisi.

“Kita pastikan ada ribuan orang. Kami tidak mau menyebut secara spesifik karena berdasarkan pengalaman saat unjuk rasa 212 kemarin, kelompok-kelompok yang kami organisir justru dicegat oleh polisi. Kami menghindari hal itu terulang kembali,” katanya.

Menurut Zaenal perubahan pola untuk mengerahkan massa datang langsung dari pucuk pimpinan FPI di Jakarta.

Tidak akan demo

Zaenal membantah aksi tanggal 11 Februari akan serupa dengan peristiwa 2 Desember 2016. Perwakilan-perwakilan ormas nantinya akan bergabung dengan FUI.

Mereka juga membantah jika dikatakan sudah melanggar aturan hukum. Sebab, tanggal 11 merupakan hari terakhir kampanye sebelum memasuki masa tenang pada tanggal 12-14 Februari.

Sebaiknya tahan diri

Kepala Polisi Jateng, Inspektur Jenderal Condro Kirono meminta kepada ormas Islam agar menahan diri dan tidak terpancing isu penistaan agama yang muncul belakangan ini.

“Lebih baik jangan ke sana, sebab tingkat kerawanan politiknya sangat tinggi,” ujar Condro.

Untuk mengantisipasi gelombang pengerahan massa, dia telah diminta Mabes Polri untuk memberangkatkan 4 SSK atau sekitar 400 Brimob. Sejak Rabu sore, pasukannya telah naik kereta api menuju Jakarta.

“Mabes minta kami untuk membantu Polda Metro Jaya untuk mengamankan Pilkada DKI. Kami berharap para personel ikhlas dan penuh tanggungjawab saat bertugas, jaga etika, kesopanan dan tetap kompak dengan anggota lainnya,” paparnya.

Polda Metro Jaya rencananya menempatkan pasukan dari tiap polda secara acak sesuai situasi keamanan yang berkembang nanti. Termasuk mempertebal penjagaan di semua TPS.

Pengetatan penjagaan dimaksudkan untuk menghalau massa yang berencana berunjuk rasa pada aksi 112. Dia menyebut demontrasi menjelang Pilkada sangat bermuatan politik, lantaran ada gerakan berantai mulai menjelang coblosan sampai minggu tenang. – Rappler.com

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!