Mabes Polri: Tas berisi senjata di Sudan terbukti bukan milik personel Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mabes Polri: Tas berisi senjata di Sudan terbukti bukan milik personel Indonesia

ANTARA FOTO

139 kontingen Polri dijadwalkan bisa kembali ke Tanah Air usai tanggal 15 Februari.

JAKARTA, Indonesia – Mabes Polri memastikan tas berisi puluhan senjata dan amunisi yang ditemukan di Bandara El-Fasher, Sudan bukan milik personil kepolisian asal Indonesia. Berdasarkan laporan tim bantuan hukum Polri di Sudan, tidak ditemukan bukti yang menguatkan jika senjata ilegal itu milik Satgas Garuda Bhayangkara yang tergabung dalam Formed Unit Police (FPU) VIII Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto mengungkapkan tim dari Korps Bhayangkara yang dipimpin oleh Johanis Asadoma telah melakukan pertemuan dengan beberapa pihak di Sudan. Johanis juga membawa tim khusus untuk memberikan bantuan hukum bagi 139 anggota Satgas Garuda Bhayangkara. Lantaran kasus ini, ratusan personil Polri yang semula dijadwalkan kembali ke Tanah Air tanggal 21 Januari menjadi tertahan.

“Jadi, lokasi titik masing-masing orang, koper, pintu masuk, pintu keluar, memang jauh dari kemungkinan bahwa tas itu memang milik FPU VIII,” ujar Rikwanto yang ditemui di Mabes Polri pada Senin, 13 Februari.

Lalu, kapan mereka bisa pulang ke Tanah Air? Rikwanto mengaku belum bisa memastikan. Hal itu tergantung kepada keputusan PBB melalui United Nations African Union Mission (UNAMID). Tetapi, Polri mengupayakan agar 139 personil Polri bisa kembali ke Indonesia setelah tanggal 15 Februari.

“Beberapa pemeriksaan, penelitian masih dilakukan dan tinggal tunggu kesimpulan saja. Informasi dari sana diperkirakan bisa dipulangkan setelah tanggal 15 Februari,” kata dia.

Investigasi masih terus jalan

Sementara, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tidak ingin gegabah menyampaikan informasi kepada publik. Ketika dikonfirmasi soal kepemilikan 10 peti berisi senjata dan amunisi, Retno mengatakan semua masih dalam proses penyelidikan.

“Belum (diketahui pemilik senjata itu). Kan investigasinya masih berjalan. Oleh sebab itu, kami menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah,” ujar Retno yang ditemui di Istana Negara pada Senin, 13 Februari.

Untuk mempercepat proses investigasi, mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda itu mengaku terus berkomunikasi secara intens dengan Menlu Sudan dan perwakilan Indonesia di New York serta Sudan. Terakhir, komunikasi dijalin Retno dengan Menlu Sudan pada tanggal 9 Februari lalu.

“Saya sampaikan kembali bahwa saya sangat menghargai kerjasama yang diberikan Sudan untuk kasus ini, sehingga kasus ini betul-betul dapat dibuka secara transparan. Sudan pun setuju dan akan bekerja sama seoptimal mungkin dengan tim yang dikirim dari Indonesia,” kata dia.

Kejadian itu bermula, ketika 139 personil FPU VIII yang terdiri dari personil Polri hendak kembali ke Indonesia usai menunaikan tugas di Darfur. Mereka sudah berada di Bandara El-Fasher untuk melakukan check in.

Tetapi, tidak jauh dari mereka ditemukan tas tanpa identitas. Setelah diperiksa, isinya puluhan senjata dan amunisi. Karena berlokasi dekat dari rombongan tim Indonesia, otoritas Sudan menuding tas tersebut milik kontingen Polri. (BACA: Polri bantah pasukan perdamaian Indonesia coba selundupkan senjata dari Sudan)

Kontingen Indonesia sudah berulang kali membantah senjata itu milik mereka. Namun, otoritas berwenang di Sudan melarang mereka meninggalkan bandara.

Menurut laporan media setempat, Sudan Tribune, di dalam koper berisi 29 senjata kalashnikov, 4 senapan, 6 buah senjata jenis GM3, 61 ragam pistol dan amunisi dalam jumlah besar. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!