ASEAN berusia 50 tahun: Apa yang bisa diharapkan?

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

ASEAN berusia 50 tahun: Apa yang bisa diharapkan?

EPA

Mengingat usianya yang sudah mencapai setengah abad, apakah ASEAN sebagai organisasi mengalami krisis atau semakin matang?

BANGKOK, Thailand — Pada 2017, ASEAN menginjak usia ke-50. Dalam kesempatan ini, Filipina yang akan memegang tampuk kepemimpinan organisasi yang beranggotakan 10 negara Asia Tenggara tersebut.

Pemerintah Filipina sudah mencanangkan 6 program yang akan mereka dorong selama memimpin ASEAN: organisasi berorientasi rakyat dan berpusat pada rakyat; keamanan dan stabilitas di daerah; keamanan maritim dan kerja sama; inovasi dan pertumbuhan yang inklusif; resiliensi ASEAN; dan ASEAN sebagai suatu kesatuan daerah sekaligus pemain global.

Meski demikian, sebenarnya apa saja isu yang masih menggantungMendan harus dibicarakan saat pertemuan di Filipina mendatang?

“Seharusnya ada refleksi dari perjalanan 50 tahun ini, apakah semangat dari ASEAN sebagai komunitas? Bagaimana perannya dalam menentukan masa depan dari negara anggota?” kata Direktur ASEAN Studies Centre, Tang Siew Mun, dalam diskusi bertajuk ’ASEAN@50: Maturity or Mid-life Crisis?’ pada Jumat, 17 Februari.

ASEAN sebagai suatu organisasi memiliki perbedaan karakter bila dibandingkan dengan Uni Eropa. Setiap negara anggota tidak bisa mengintervensi kebijakan negara tetangganya. Selain itu, perjanjian antar anggotanya—dalam hal penegakan hukum maupun lingkungan—juga lebih banyak bersifat bilateral; bukan berlaku secara luas dan mengikat bagi semuanya.

Selain itu, bila ada kemajuan perekonomian dari negara anggota, kebanyakan karena peran pemerintah pusat. ASEAN sebagai organisasi tidak berkontribusi besar dalam hal ini.

Hal ini sangat disayangkan, karena Tang menilai ASEAN memiliki potensi yang sangat besar.

“ASEAN adalah satu-satunya aktor yang bisa menyatukan Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, India dan Amerika Serikat untuk duduk bersama,” kata dia.

Tang menilai kepercayaan tersebut diraih karena sifat negara-negara ASEAN yang inklusif dan tidak mengancam. Fakta ini mencerminkan kemampuan ASEAN yang bisa memimpin secara tidak langsung.

Trump dan Brexit

Pengajar Institute of Strategic and International Studies Kavi Chongkittavorn juga mengatakan pertemuan di Filipina mendatang akan menentukan sikap ASEAN selaku organisasi terkait naiknya Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Selama ini belum ada pernyataan resmi organisasi terkait peristiwa tersebut.

Selain itu, ia juga mempertanyakan bagaimana Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan mengarahkan ASEAN. “Saya prediksi dia akan fokus pada kejahatan antar negara dan persoalan migran, karena pengalamannya sebagai walikota,” kata dia.

Sejauh ini, Duterte jarang melontarkan pernyataan yang berkaitan dengan ASEAN. “Ia hanya pernah mengatakan akan memperkuat kerja sama regional dan dengan seluruh dunia,” kata Kavi.

Salah satu fokus lain yang harus dibicarakan adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Peristiwa ini bersamaan dengan Trump yang menghentikan program kerja sama Trans Pasifik (TPP).

“Bagaimana kita (ASEAN) mengambil keuntungan dari situ,” kata Tang.

Mengingat usianya yang sudah mencapai setengah abad, penting bagi ASEAN untuk merefleksikan perjalanan mereka. Apakah sedang mengalami krisis masa tua, atau justru semakin matang sebagai sebuah organisasi?—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!