TNI dan Polri intai bekas narapidana terorisme

Eko Widianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

TNI dan Polri intai bekas narapidana terorisme
"Bekas narapidana berpotensi melakukan kembali aksi radikal dan teror."

 

JAKARTA, Indonesia — Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) V Brawijaya Mayor Jenderal I Made Sukadana mengatakan pihaknya bersama Kepolisian akan memantau terus bekas narapidana terorisme.

“(Karena) Bekas narapidana berpotensi melakukan kembali aksi radikal dan teror,” kata I Made Sukadana dalam dialog dengan tokoh lintas agama di Malang, Kamis 2 Maret 2017. 

Instruksi memantau bekas narapidana terorisme ini datang langsung dari Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Instruksi tersebut itu disampaikan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Jawa Timur beberapa bulan lalu.

Sukadana tak merinci berapa personel yang dikerahkan untuk memantau sekaligus mengawasi para bekas narapidana teroris yang berada di Jawa Timur. “Saya tak tahu persis angkanya. Datanya di Kodam dan Kodim,” katanya. 

Selain ditugasi memantau gerak-gerik bekas narapidana terorisme di Jawa Timur, petugas juga diperintahkan untuk mencegah para bekas terpidana teroris tersebut kembali ke jaringan terorisme.

Sebab, jika mereka kembali ke dalam jaringan atau sel teroris, maka besar kemungkinan para bekas narapidana ini akan kembali melakukan aksi teror. Pelaku bom panci di Taman Pandawa Bandung, misalnya, pernah melakukan teror pada Maret 2010. “Sejumlah pelaku aksi radikalisme sebagian dilakukan bekas narapidana terorisme,” katanya.

TNI juga bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melakukan upaya deradikalisasi. Sukadana mengatakan penyebab utama radikalisme adalah ideologi, kultural dan masalah domestik.

Dari segi ideologi, Sukadana melanjutkan, ada keingingan kelompok tertentu untuk mendirikan negara berbasis agama. Sedangkan dari masalah kultural adalah pemahaman agama yang keliru memahami jihad.

Sementara masalah domestik berupa kemiskinan. Faktor kemiskinan menjadi masalah yang paling mudah dimasuki. Sukadana menyebutkan banyak pelaku teror datang dari keluarga miskin. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!