Tiba dari Sudan, 139 personel Polri dikarantina

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiba dari Sudan, 139 personel Polri dikarantina

ANTARA FOTO

Otoritas di Sudan menyatakan tumpukan senjata di Bandara El-Fasher bukan milik personel Polri.

JAKARTA, Indonesia – Ratusan anggota satgas Garuda Bhayangkara yang tergabung dalam Formed Police Units (FPU) VIII United Nations Missions in Darfur (UNAMID) akhirnya tiba di Indonesia setelah dinyatakan tak bersalah menyelundupkan senjata dari Sudan. Sebanyak 139 personel Polri tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Minggu, 5 Maret pukul 11:30 WIB.

Kedatangan mereka langsung disambut oleh Kadiv Hubungan Internasional Polri, Irjen Saiful Maltha. Pihak keluarga pun juga sudah menunggu kedatangan mereka. Namun, Polri belum mengizinkan keluarga untuk melakukan kontak fisik dengan 139 personelnya.(BACA: Apa kejanggalan yang ditemukan Polri dalam kasus penyelundupan senjata di Sudan?)

Selanjutnya, mereka dibawa ke fasilitas multifungsi Polri di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

“Semua, total 139 sudah kami terima ya. Setelah ini, mereka dibawa ke Cikeas untuk dicek kesehatannya,” ujar Saiful.

Dia menjelaskan alasan perlu dicek kesehatan sebagai bagian untuk mencegah wabah yang dibawa dari negara tertentu, salah satunya ebola.

“Itu sudah prosedur, ketika ada personel yang melaksanakan tugas di luar negeri,” kata dia.

Sekitar pukul 13:05 WIB, rombongan kendaraan yang terdiri dari bus, minibus dan mobil boks keluar dari pintu ramp service yang berada di ujung Bandara Halim Perdanakusuma. Ada lima buah bus yang berisikan para anggota Polri yang sempat dipercaya sebagai pasukan perdamaian di Sudan itu.

Walaupun kepulangannya ke Tanah Air sempat tertahan, tetapi mereka terlihat sumringah begitu menjejakan kaki di Tanah Air. Mereka juga melambaikan tangan ke awak media saat bus yang mereka tumpangi melintas.

Saiful pun menjelaskan bahwa dengan kepulangan personelnya, sudah membantah semua tuduhan soal upaya penyelundupan senjata dari Sudan. Sebab, jika memang ada personelnya yang terlibat, maka otoritas di Sudan tidak akan memberikan izin pulang kepada mereka.

“Soal (di) Darfur ditanya ke Darfur. Kami hanya fokus ke soal mekanisme, sudah clear, semua tidak ada masalah. Buktinya, kalau ada masalah mereka tidak bisa pulang,” tuturnya.

Polri juga mengirimkan tim bantuan hukum dengan didampingi Komisi Kepolisian Nasional. Dari informasi yang dihimpun utusan Polri itu, otoritas Sudan tidak menemukan bukti bahwa Satgas Bhayangkara memiliki senjata api.

“Kalau ada masalah hukum, (maka) jalur hukumnya kami tempuh. Kemudian, dengan UNIMAD (United Nations-Africans Union Mission in Darfur) komunikasi mereka juga melepas (personel Polri). Sudah diperiksa dan tidak terbukti,” kata Saiful lagi.

Selain dilakukan karantina untuk proses pemeriksaan kesehatan, ratusan personel Polri itu juga akan diberikan pendidikan dengan tujuan mengembalikan ideologi personel sebelum terjun bertugas pada masyarakat.

“Mendapat pencerahan dulu. Bekal-bekal lagi karena mereka kan sudah setahun lebih bersosialisasi dengan United Nation. Kemudian, banyak peradaban lagi. Ibaratnya, kami kembalikan mereka ke zona mereka,” kata Saiful.

139 personel Polri itu seharusnya sudah meninggalkan Sudan pada tanggal 20 Januari. Tetapi, kepulangan mereka tertahan karena otoritas Sudan menemukan ada tumpukan senjata di dekat barang bawaan Satgas Bhayangkara.

Bea cukai Darfur Utara menyebut ada 29 pucuk senapan Kalashnikov, 6 pucuk senjata api GM3, dan 61 pistol berbagai jenis serta amunisi. Temuan ini sempat menjadi pemberitaan di beberapa media lokal Sudan. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!