5 hal yang perlu kamu tahu mengenai tantangan mematikan #SkipChallenge

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal yang perlu kamu tahu mengenai tantangan mematikan #SkipChallenge
Situs No Bullying menyebut pada periode 1995 hingga 2007 ada sekitar 82 anak yang meninggal akibat tantangan skip challenge.

JAKARTA, Indonesia – Tantangan bernama #SkipChallenge kini sedang trend dan banyak dipraktikan remaja yang di beberapa sekolah. Namun, kebiasaan yang sempat menjadi trend di dunia maya pada Jumat malam tersebut nyatanya memiliki dampak buruk bagi kesehatan, bagi bisa menyebabkan kematian.

Apa sebenarnya Skip Challenge dan apa kebijakan dari pemerintah setelah dianggap berbahaya bagi kesehatan? Berikut 5 hal yang perlu kamu tahu soal tantangan mematikan tersebut.

1. Hambat suplai oksigen ke otak

Skip Challenge atau pass-out challenge adalah suatu praktik di mana pesertanya menekan dada sekeras-kerasnya selama beberapa waktu. Bahkan, dalam tantangan yang lain mengharuskan peserta untuk menekan lehernya atau kerap disebut choking game.

Alih-alih memberikan label kekinian, pelaku tantangan itu justru menghadapi risiko kematian karena suplai pasokan oksigen ke otak terhambat, akibat tekanan yang diberikan pada bagian dada atau leher.

Hal itu diungkapkan oleh Chief of Emergency Medicine dari Our Lady of Lourdes Medical Centre, Camden, New Jersey, Alfred Sacchetti.

“Bahaya, bahkan muncul saat Anda melakukannya kali pertama. Sekarang, berpikir lah kalau ‘saya lebih pintar dari orang-orang yang bunuh diri’,” ujar Sacchetti.

Sementara, menurut dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Simo Boyolali, Jawa Tengah, dr. Sigit Widyatmoko, kurangnya pasokan oksigen ke otak juga bisa menyebabkan kerusakan sel pada organ tersebut. Sebagia bukti nyatanya pelaku menjadi pingsan, koma bahkan ada yang meninggal.

“Bisa timbul juga kerusakan sel yang permanen yang pada anak bisa menimbulkan gangguan kognitif atau kecerdasan anak,” ujar dr. Sigit kepada Rappler pada Sabtu pagi, 11 Maret.

2. Sudah ngetrend di Inggris sejak tahun 2005

Harian Inggris, The Independent menyebut fenomena yang disebut choking game ini sudah muncul di Inggris sejak tahun 2005 lalu. Bahkan, sudah jatuh korban jiwa.

Salah satu korban meninggal adalah Karnel Haughton asal Birmingham yang menghembuskan nafas terakhir pada 1 Juni 2016. Pihak keluarga mengklaim Haughton meninggal karena sesak nafas. Tetapi, ada yang meyakini dia meninggal akibat choking game.

Keluarga pun tidak percaya putera mereka sengaja berusaha untuk bunuh diri.

Sementara, menurut laporan media, skip challenge bahkan sudah dilakukan sejak tahun 1995 lalu. Di Indonesia, permainan baru populer beberapa waktu belakangan.

Data yang dikutip dari situs No Bullying, menyebut pada periode tahun 1995 hingga 2007, sudah ada sekitar 82 anak berusia antara 6-19 tahun yang meninggal akibat tantangan tersebut.

3. Viral karena internet

Seperti halnya “ice bucket challenge”, permainan ini dikenal luas karena internet, terutama melalui media sosial. Hal serupa juga terjadi di Indonesia.

4. Bikin ketagihan

Kendati berbahaya kesehatan, namun praktik ini tetap dilakukan oleh banyak anak. Rupanya hal tersebut dipicu adanya perasaan “high” dan “menyenangkan” usai melakukan tantangan tersebut.

Menurut dr. Sigit, usai si anak siuman, mereka menjadi segar. Hal tersebut bisa terjadi, karena respons fisiologis yakni berupa hiperventilasi, pasokan oksigen yang diperbanyak ke otak.

“Ini efek yang sama kalau kita menyelam. Setelah menyelam, maka badan akan terasa segar karena adanya respons hiperventilasi tadi,” ujar dr. Sigit.

Menurutnya, daripada mempraktikan skip challenge lebih baik berlatih menyelam saja.

Sementara, dalam kacamata seorang psikolog, Tika Bisono, alasan tantangan ini banyak diikuti oleh remaja dan anak-anak karena mereka menyukai sesuatu yang berbeda.

“Mereka selalu mencari sesuatu yang baru. Sedang proses mencoba dan dalam proses pembelajaran,” kata Tika kepada media.

Pasalnya, kata Tika menambahkan, saat mereka menjajal sesuatu yang baru, sering kali wacana tersebut diterima secara tidak utuh. Mereka tidak tahu apakah hal yang mereka lakukan itu berbahaya bagi kesehatan mereka atau tidak.

5. Dilarang Menteri Pendidikan

Menanggapi viral praktik skip challenge, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menginstruksikan guru atau wali kelas untuk melarang siswa atau peserta didik memainkan tantangan tersebut.

“Sudah kita imbau ke seluruh kepala sekolah di Indonesia,” ujar Muhadjir.

Dia juga telah meminta kepada kepala guru, terutama kepala sekolah di bagian kesiswaan untuk memantau secara dekat dan melarang anak-anak untuk melakukan tantangan tersebut. – dengan laporan Uni Lubis, ANTARA/Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!