Strategi Setya Novanto untuk mengelak dari kasus korupsi KTP Elektronik

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Strategi Setya Novanto untuk mengelak dari kasus korupsi KTP Elektronik

ANTARA FOTO

Irman mengaku pernah dititipkan pesan agar tidak mengenal Setya Novanto.

JAKARTA, Indonesia – Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto di sidang kasus mega korupsi pengadaan KTP Elektronik menjadi sosok yang paling ditunggu. Hal itu tak mengherankan karena nama Setya sudah bolak-balik disebut terkait dalam proyek pengadaan KTP Elektronik. Bahkan, dalam lembar dakwaan KPK, Setya disebut memiliki peranan penting untuk menggolkan proyek yang memiliki anggaran Rp 5,9 triliun tersebut.

Jaksa Penuntut Umum (JPU), Irene Putri mengatakan jika Setya memiliki peranan intervensi yang luar biasa. Kendati saat proyek itu akan direalisasikan, Setya bukan bagian dari anggota Komisi II DPR. Posisinya saat itu merupakan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR.

Sayangnya, tidak banyak keterangan yang bisa digali dari Setya. Sejak awal, dia hanya mengatakan tidak tahu, tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan nama-nama yang tertulis di dalam lembar dakwaan.

Setya mengaku mengaku tidak kenal mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Diah Anggraini dan hanya sekali bertemu dengan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman. Nama yang terakhir disebut kini sudah menjadi terdakwa dalam kasus yang telah membuat negara merugi hingga Rp 2,3 triliun.

Setya juga membantah pernah mengeluarkan instruksi untuk mengawal anggaran KTP Elektronik. Pria yang kini menjadi Ketua Umum Partai Golkar tersebut hanya mempersilakan proyek KTP Elektronik untuk dilanjutkan karena demi kepentingan nasional.

“Saya memang mengatakan dalam pertemuan dengan anggota dari Komisi yang lain karena proyek itu diprioritaskan oleh pemerintah karena memiliki data base yang dibutuhkan ketika pemilu,” ujar Setya di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat pada Kamis, 6 April.

Dia juga membantah Partai Golkar pernah menerima uang dari proyek KTP Elektronik. Kendati di dalam lembar dakwaan tertulis ada sebuah pertemuan di akhir Februari 2011 terkait penganggaran proyek e-KTP.

Pertemuan itu dilakukan di ruang kerja Setya di lantai 12 Gedung DPR dan dihadiri oleh pengusaha Andi Agustinus. Di sana, mereka sudah sepakat soal pembagian uang antara lain akan dibagikan ke Partai Golkar sebesar Rp 150 miliar, Partai Demokrat sebesar Rp 150 miliar, PDIP menerima Rp 80 miliar, Marzuki Alie mendapat Rp 20 miliar dan Chairuman Harahap senilai Rp 20 miliar. Atas data tersebut, Setya menepisnya.

“Yang Mulia, saya tidak pernah mendengar Partai Golkar menerima uang,” kata Setya.

Ketika ditanya soal kedekatannya dengan pengusaha Andi Agustinus pun, Setya menepisnya. Dia mengaku tidak terlalu dekat dengan pria yang akrab disapa Andi Narogong itu. Dia pun tak tahu jika Andi kerap wara-wiri di gedung DPR.

Kedekatan antara Andi dengan Setya disampaikan oleh Diah Anggraini ketika bersaksi di pengadilan. Mendengar bantahan itu, hakim pun bertanya apakah hal tersebut berarti keterangan Diah bohong.

“Iya, Yang Mulia itu (kenal dekat Andi Narogong) tidak benar,” kata dia.

Tidak hanya Diah yang diklaim Setya berbohong, dia juga menyebut keterangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tak jujur. Keterangan yang dimaksud yaitu ketika keduanya sempat bertemu di Bandara Ngurah Rai di Bali.

“Apa betul saudara saksi pernah menghampiri Pak Ganjar dan meminta agar dia tidak galak-galak terkait proyek e-KTP?,” tanya Jaksa kepada Setya.

“Itu tidak benar, Yang terhormat Jaksa. Tidak ada kalimat seperti itu,” tutur Setya.

Mendengar jawaban tersebut, hakim mengaku bingung karena Setya mudah mengatakan kalimat “tidak benar” atau “tidak tahu”.

“Kebanyakan saksi di sini jika ditanya soal e-KTP menjawab tidak tahu. Seolah-olah mereka mengelak semua,” kata hakim sambil mengingatkan Setya agar berbicara yang jujur.

Awal mula kenal Andi Narogong

Dalam persidangan itu, Setya menjelaskan jika dia kenal Andi Narogong pertama kali di restoran miliknya, Tee Box Cafe. Saat itu, Andi menghampiri Setya yang saat itu tengah makan malam. Dia mengenalkan diri dan menawari pembuatan kaos.

“Yang saya tahu tahun 2009, saya di sebuah restoran punya saya sendiri. Datanglah seseorang yang mengenalkan diri Andi Narogong dan akan menjual atribut partai. Setelah saya cek harganya masih mahal, makanya saya tolak,” kata Setya.

Pertemuan kedua terjadi di ruang kerjanya. Saat itu, Setya mengaku bertemu dengan Andi Narogong masih membahas urusan kaos.

“Sama (bertemu untuk urusan kain). Ditawarkan lagi produk China dan impor, langsung saya tolak,” kata dia.

Setelah itu, Setya mengaku tidak pernah lagi bertemu dengan Andi. Maka, dia menepis jika dikatakan dekat dengan Andi Narogong.

Sanggahan Irman

Sementara, sebelum sidang sesi pertama berakhir, terdakwa satu Irman memberikan sanggahan atas pernyataan Setya. Dia menyebut pernah bertemu Setya sebanyak tiga kali.

Selain bertemu di Jambi, Irman mengatakan pernah bertemu di Hotel Gran Melia pada bulan Februari 2010 dan di ruang kerja Setya pada Maret 2010. Andi Narogong, kata Irman turut hadir dalam dua pertemuan itu.

“Ketika kami bertemu di Jambi, itu merupakan pertemuan ketiga. Saat itu, saya menjabat sebagai Plt Gubernur Jambi,” ujar Irman.

Sanggahan kedua yang disampaikan Irman yakni soal adanya pesan yang disampaikan oleh Setya kepada Diah Anggraini. Rupanya Setya meminta kepada Irman agar mengaku tidak mengenal dirinya.

“Pak Novanto meminta agar saya mengaku tidak kenal dia ketika diperiksa oleh penyidik KPK,” kata dia.

Menanggapi sanggahan itu, Setya mengatakan tetap teguh pada isi BAP yang telah dia teken. Dia membantah pernah bertemu Irman selain di Jambi dan mengirimkan pesan tersebut. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!