Bangkit dari trauma, Kolektif Betina kembali gelar Ladyfast

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bangkit dari trauma, Kolektif Betina kembali gelar Ladyfast
Pada tahun ini, panitia Ladyfast membuka acara tersebut tidak hanya bagi anggotanya saja tetapi juga untuk masyarakat umum.

BANDUNG, Indonesia – Sempat trauma karena diserang oleh satu kelompok ekstrimis berbasis agama, Kolektif Betina kembali menggelar Ladyfast, sebuah acara “kopi darat” anggotanya. Alih-alih terpuruk, komunitas khusus perempuan ini justru bangkit dan menggelar kegiatan lebih besar lagi.

Pada Ladyfast #2, panitia membukanya untuk umum, tidak terbatas anggota saja. Acara digelar di Spasial Jalan Gedung Selatan Kota Bandung, selama dua hari, 29-30 April 2017.

Bandung, dinilai panitia, sebagai kota yang aman untuk menggelar acara yang bertagline “Bersenang-senang memberdayakan teman-teman perempuan ini” ini. Tahun lalu, saat menggelar Ladyfast #1 di Yogyakarta, panitia sempat mengalami pengalaman buruk, ketika acara kumpul-kumpul ini, diserang sekelompok orang karena dianggap membuat kegiatan yang “tidak benar.”

“Berbagai alasan dari mereka, kita dianggap perempuan yang tidak benar karena banyak dari kami tidak berjilbab, ada juga anggapan bahwa kami kelompok komunis, ada yang bilang kami mempromosikan LGBT,” ungkap Shera Rindra, panitia Ladyfast sekaligus pengurus Kolektif Betina, saat dihubungi Rappler, Minggu 30 April.

Berkaca pada pengalaman itu, panitia menggelar Ladyfast dengan konsep acara yang lebih luas. Tidak hanya bagi anggotanya, tapi kaum perempuan lainnya.

“Tujuan utama acara ini membuka ruang aman dan nyaman bagi perempuan. Untuk mewujudkan itu, kami harus mengajak perempuan-perempuan lebih banyak lagi,” katanya.

Ruang aman dan nyaman bagi perempuan yang dimaksud adalah ketika perempuan bisa bebas berekspresi tanpa takut dihakimi oleh orang lain atau dinilai tidak berkapasitas.

“Kita mau semua equal, tidak ada yang lebih baik, lebih jago, sehingga mau berekspresi dan berkarya apapun, kita bebas,” jelas pemilik akun twitter @shefemale itu.

Karena itu, kegiatan Ladyfast tahun ini lebih variatif dan juga mengusung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, antara lain lokakarya tentang maskulinitas, relasi sehat hingga membuat jamu. Digelar juga lapak seni, kriya, dan tato serta pertunjukkan musik.

“Nama acaranya Music for Women. Kita mau buat ini aman dan nyaman buat perempuan, mau moshing, joget, tidak merasa takut dilecehkan, tidak takut dinilai buruk, kita benar-benar bebas, dancing areanya perempuan semua,” jelas Shera.

Meski demikian, acara ini juga melibatkan kaum Adam. Lokakarya tentang maskulinitas, salah satunya, mengundang pembicara dari Aliansi Laki-laki Baru.

“Yang ingin kita sampaikan kita tidak mau menganggap bahwa laki-laki musuh kita. Kita yakin, tidak semua laki-laki pelaku kekerasan. Kita percaya, laki-laki dididik untuk menjadi sangat maskulin yang memunculkan hal negatif, terbiasa dengan kekerasan. Kami percaya mereka bisa berubah. Dan kami merangkul kaum lelaki karena untuk mewujudkan ruang aman dan nyaman bagi perempuan harus melibatkan mereka,” kata Shera menjelaskan.

Bagi perempuan, kegiatan ini juga memiliki pesan khusus, penguatan persaudaraan antar perempuan.

“Kita selama ini sebagai perempuan dibiasakan untuk saling berkompetisi dalam hal negatif, seperti berkompetisi dalam kecantikan, penampilan. Seharusnya antar perempuan saling dukung, menguatkan bukan saling gontok-gontokan dan iri-irian,” katanya.

Kolektif Betina adalah sebuah kolektif perempuan yang dikenal dengan upayanya untuk menciptakan ruang aman untuk para anggotanya sekaligus berusaha mengkampanyekan tentang pentingnya memiliki jaringan pertemanan perempuan. Awalnya, komunitas ini dibentuk oleh sekelompok perempuan yang menggeluti musik hardcore punk, yang seringkali mengalami berbagai pelecehan dalam kegiatan bermusik mereka.

Anggota komunitas ini kemudian berkembang menjadi lebih beragam. Saat ini, jumlah anggotanya mencapai sekitar 50 orang yang tersebar di 9 kota di indonesia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!