Menlu Retno: Kami lakukan real-time diplomacy di Kemenlu

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menlu Retno: Kami lakukan real-time diplomacy di Kemenlu
Diplomasi di era digital memerlukan respons segera, apalagi jika terjadi krisis yang membahayakan keselamatan WNI

JAKARTA, Indonesia – “Barang ini, saya punya dua. Selalu saya letakkan di pangkuan.  Kalau tidur, saya letakkan di samping kanan kepala saya. Ini agak kebangetan sebenarnya, tapi masuk ke kamar mandi pun barang ini saya bawa,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada 70-an perempuan pemimpin yang hadir di acara bertajuk “Integrasi Perempuan dan Teknologi, Untuk Indonesia Yang Lebih Sejahtera”, tepat pada Hari Kartini, 21 April.  Acara ini digelar oleh Rappler Indonesia, bekerjasama dengan Perkumpulan Alumni Eisenhower Fellowship, Google Indonesia dan GoWork Coworking and Office Space.  

Barang yang dimaksud Retno adalah dua buah telepon seluler yang setia menemani menteri luar negeri perempuan yang pertama di Indonesia itu. (BACA: 10 Perempuan inspiratif Indonesia bicara peran teknologi)

Sebagai seorang diplomat karier, Retno mengatakan dia dan koleganya dididik untuk selalu siap 24/7, dua puluh empat jam tujuh hari bekerja, dengan situasi pekerjaan yang tidak ada batasan waktu.  

“Saat kita mau istirahat, di kawasan Eropa diplomat kita baru bangun tidur.  Kita mau tidur, perwakilan di AS baru bangun.  Apalagi dalam situasi krisis, maka teknologi komunikasi melalui ponsel sangat berperan,” ujar Retno.  

Dalam era serba cepat, dengan dukungan teknologi maju, akan terasa aneh jika diplomat tidak memanfaatkannya.  Menurut Retno, diplomasi di era digital butuh respons segera.  Semua serba cepat.  

“Di lingkungan kementerian luar negeri sering saya sampaikan bahwa kita ini harus melakukan real time diplomacy, respons benar-benar real-time.  Seketika,” kata ibu dua orang anak ini. 

Salah satu contoh bagaimana pentingnya merespons segera kejadian krisis, ketika Pemerintah Indonesia melalui kemenlu harus mengevakuasi warga negara Indonesia saat terjadi konflik di Yaman.  (BACA: Situasi aman, WNI bertahan di Yaman)

“Begitu terjadi serangan teror, atau krisis, dalam hitungan menit saya harus bisa mendapatkan laporan dari duta besar, di mana lokasi penduduk yang ada WNI di negeri itu, berapa orang jadi korban, adakah WNI yang jadi korban, sudah kontak dengan otoritas setempat yang mana saja, apakah sudah mencari WNI ke rumah sakit yang ada di lokasi, dan seterusnya. Dalam hitungan menit saya bisa melaporkan kepada publik,” kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda itu.

Menlu Retno memberikan contoh begitu ketatnya perkembangan situasi di lapangan saat para diplomat Indonesia bekerjasama untuk mengevakuasi ribuan WNI dari Yaman pada tahun 2015.  Rombongan sempat dicegat, rompi keamanan diambil, dihambat untuk tiba di pesawat yang akan mengangkut WNI dari lokasi konflik.  

“Dua malam praktis saya tidak bisa tidur.  Diplomat-diplomat kami mengurusi WNI, menjemput mereka, mengumpulkan di satu tempat, dan memastikan membawa keluar dari sana. Unbelievable. Alhamdulillah kami juga bisa membantu warga negara lain yang terjebak di sana, karena negaranya tak bisa masuk ke Yaman,” katanya. 

Saat-saat seperti itu para diplomat Indonesia bekerja dengan mengutamakan prinsip kemanusiaan.  Siapapun yang ingin keluar dari area konflik dibantu. Menteri luar negeri negara lain mengontak Retno, minta tolong agar warganya juga dievakuasi. 

 “Dalam situasi krisis, kami semua bekerja dibantu gadget ini.  Telepon seluler.  Ini contoh penting peran teknologi dalam era diplomasi digital,” kata Retno. 

Karena dukungan teknologi pula, Retno tak khawatir dengan kinerja diplomat perempuan di kemlu.  “Perempuan punya kekuatan, endurance.  Maju terus menerobos halangan.  Ndak ada matinya.  Maka dalam semangat Hari Kartini, saya sepakat bahwa perempuan Indonesia itu bisa melakukan apa saja,” katanya lagi. (BACA: Menlu Retno: Kualitas perempuan tidak boleh kalah dari laki-laki)

Melakukan diplomasi digital artinya memanfaatkan semua saluran media sosial yang dianggap efektif merespons pertanyaan dan menyampaikan pesan kepada publik.  Akun Twitter @Portal_Kemlu_RI yang memiliki lebih dari 92.500 pengikut, misalnya, menjadi saluran tercepat untuk menyampaikan informasi kepada publik, yang juga dimanfaatkan oleh media sebagai sumber informasi resmi.  

“Salah besar jika kita, para diplomat, tidak memanfaatkan media sosial dalam pekerjaan.  Dari media sosial biasanya kita mendapatkan informasi penting juga,” kata Retno.  

Walau begitu, dia mengingatkan pentingnya verifikasi dan validasi atas informasi yang berkembang di dunia maya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!