SAKSIKAN: Pemakaman bayi gajah di Pidie Aceh

Habil Razali

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

SAKSIKAN: Pemakaman bayi gajah di Pidie Aceh
"Ini kemungkinan sudah mati 5-6 hari lalu, namun karena terendam di dalam air sungai jadi pembusukannya melambat."

 

GEUNIE, Indonesia – Dua pria tampak sibuk mencangkul tanah. Tak jauh dari mereka, belasan orang mengerumuni seekor bangkai bayi gajah liar yang mulai membusuk. Ulat dan lalat menggerogoti daging dan kulitnya.

“Di sini kita kubur bangkai anak gajah itu,” ujar seorang pria. Liang lahat itu memang tidak jauh, hanya lima meter dari alur sungai tempat bangkai bayi gajah tersebut tergeletak.

(Baca: Bayi gajah liar ditemukan mati di Pidie Aceh)

Bangkai tersebut ditemukan Senin lalu di Alue Kaye Unoe Dusun Geunie, Desa Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Pidie, Aceh. Letaknya di tengah alur sungai kecil. Berjarak sekitar dua kilometer dari rumah warga.

Sembari menunggu kuburan selesai digali, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh memvisum bangkai itu guna mengetahui sebab pasti kematiannya.

Beberapa kali bangkai anak gajah dibolak-balik. Belalainya yang mulai memutih diukur. Hasilnya seukuran dengan dua jengkal tangan seorang pria. Kulitnya mulai terkelupas. Ulat dan lalat memenuhi bagian luar bangkai itu.

“Ini kemungkinan sudah mati 5-6 hari lalu, namun karena ia terendam di dalam air sungai jadi pembusukannya melambat,” ujar Nurdin, salah seorang tim BKSDA sambil mengangkat kaki kiri bangkai gajah.

Tali pusar belum pupus dari perutnya. Itu artinya gajah ini masih sangat kecil sekali. Kepada BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan jika dilihat dari tali pusarnya, anak gajah itu masih berumur sekira tiga minggu.

Tiga minggu lalu, seekor induk gajah liar memang melahirkan di Desa Kandang, Kecamatan Sakti, Pidie, pada 13 April. “Kemungkinan ini anak gajah yang lahir di Kecamatan Sakti,” kata Sapto kepada Rappler, Rabu 3 Mei 2017.

Perkiraan Sapto, anak gajah itu mati setelah terjatuh ke alur sungai atau terpisah dari kawanan induknya, sehingga saat hendak naik ke jalur lintasan induknya, anak gajah itu tidak sanggup lagi.

“Karena kami tidak menemukan di bangkai gajah itu indikasi adanya keracunan, dijerat atau pun ditembak,” pungkas Sapto. “Apalagi anak gajah itu belum makan, jadi sangat kecil kemungkinan jika diracun.”

Liang telah dikeruk sedalam semeter. Menggunakan karung yang dipotong memanjang, bangkai anak gajah diangkat bersama-sama. Kemudian diletakan ke dalam liang lahat. Tanah digerus menutupi bangkai bayi hewan yang seharusnya dilindungi itu. —Rappler.com⁠⁠⁠⁠

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!