SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
MALANG, Indonesia – Wajah pendidikan di Indonesia kembali tercoreng oleh perbuatan pendidik yang tak menepati kewajibannya. Kepala Sekolah Dasar Lowokwaru 3 di Malang menyetrum empat siswanya pada Selasa, 25 April.
Empat siswa yang menjadi korban yakni MA, MK, RZ dan RA disetrum oleh pimpinan sekolah karena dinilai kerap berbuat gaduh dan menganggu teman-temannya di kelas. Usai kejadian itu, keempat siswa SD tersebut mengeluh kepalanya pusing dan mimisan. Mereka pun ketakutan dan mengalami trauma.
“Mereka mengalami gangguan psikis. Kasihan,” ujar Wakil Wali Kota Sutiaji yang berkunjung ke sekolah tersebut pada Kamis, 4 Mei.
Kepala SD Lowokwaru, Tjipto Yhuwono melakukan tindakan itu di musala usai salat dhuha pekan lalu. Saat itu, tidak ada satu pun guru yang mengetahui perbuatannya.
Namun alih-alih membawa kasus ini ke ranah hukum, Sutiaja justru mendorong agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan damai. Sutiaja beralasan, Tjipto tidak memiliki niat jahat. Dia hanya berupaya mendidik keempat siswa tersebut.
Alat terapi listrik yang digunakan Tjipto, katanya, jika digunakan tenaga profesional atau ahli tidak memiliki dampak buruk. Dinas Pendidikan saat ini tengah memediasi kedua belah pihak agar isu tersebut bisa diselesaikan tanpa harus dibawa ke kepolisian.
Tak ingin ada kriminalisasi guru
Keinginan Sutiaja itu ternyata juga disepakati oleh keempat wali siswa. Mereka sudah menyatakan tidak akan mengajukan tuntutan hukum.
Walaupun begitu, Tjipto tetap akan dikenai sanksi sesuai dengan disiplin pengawai negara.
“Dia (Tjipto) syok dan berharap jangan ada kriminalisasi terhadap seorang guru,” kata Sutiaja.
Saking khawatir akan ancaman hukuman bui, Tjipto sampai jatuh sakit. Hukuman terhadap Tjipto sedang disusun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Zubaidah mengaku telah menghimpun keterangan dari semua pihak. Tujuannya, agar mereka bisa memperoleh informasi yang akurat mengenai peristiwa pada 25 April lalu.
Selain itu, dengan kronologi yang lebih akurat, Pemkot dapat memutuskan kebijakan terhadap Tjipto, apakah dia akan dikenai sanksi administrasi atau tidak.
“Untuk sementara ini, kepala sekolah sudah diganti. Tjipto ditarik ke Dinas Pendidikan,” tutur Zubaidah.
Sementara, akibat peristiwa itu, Pemkot Malang meminta maa kepada publik. Biar bagaimana pun tindak kekerasan di dalam pendidikan tidak dibenarkan, apalagi sampai membahayakan keselamatan siswa.
Polisi selidiki perkara
Kendati, Pemkot menginginkan agar masalah tersebut secara damai, namun kepolisian resor Malang Kota ternyata tengah menyelidiki kasus itu. Jika ditemukan tindak perkara, maka akan ditingkatkan ke penyidikan.
Sementara, penyidik kepolisian telah meminta keterangan dari berbagai pihak yang tahu soal insiden tersebut. Di tahap awal, mereka meminta keterangan kepada keempat orang tua siswa.
Sementara, empat siswa itu masih terus menjalani konseling di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
“Minggu kemarin, anaknya menjalani konseling,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Malang Kota, Ajun Komisaris Heru Dwi Purnomo kepada media pada Kamis, 4 Mei.
Setelah itu, mereka akan meminta keterangan tambahan kepada para guru dan saksi lainnya. Penyidik juga menyita alat setrum yang disebut biasa digunakan untuk terapi.
Sementara, salah satu orang tua siswa, AN, menolak memberikan keterangan kepada Rappler mengenai kondisi terakhir anaknya yang berinisial RA. AN hanya berharap perkara itu bisa berlalu dengan cepat.
Lagipula, RA saat ini tengah fokus untuk menyiapkan ujian nasional untuk dapat lulus ke jenjang SMP.
“Terimakasih, saya akan fokus pendidikan anak saya,” katanya. – Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.