Fahri protes disebut intoleran karena hadir dalam aksi 4 November

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Fahri protes disebut intoleran karena hadir dalam aksi 4 November
Dia mengaku heran karena Presiden Jokowi yang ikut aksi 2 Desember justru tidak dilabeli.

JAKARTA, Indonesia – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fahri Hamzah protes dirinya disebut intoleran hanya karena ikut hadir dalam aksi unjuk rasa 4 November 2016. Pemikiran sebagian orang dinilainya terlalu menyederhanakan situasi yang ada.

Politisi yang sudah dipecat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai publik menerapkan standar ganda ketika label serupa tidak disematkan untuk Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang juga ikut aksi damai 2 Desember 2016.

“Kan itu enggak bener. Apa kita mau bilang Pak Jokowi itu tidak toleran dan anti kebhinekaan juga? Pada 4 November, banyak anggota DPR yang hadir, begitu pula para pejabat meskipun mereka tidak ikut naik ke atas truk seperti saya,” ujar Fahri yang ditemui di gedung DPR Senayan pada Senin, 15 Mei.

Itu merupakan komentar yang disampaikannya secara langsung usai pada Sabtu kemarin ditolak kedatangannya oleh sebagian warga di Manado, Sulawesi Utara. Massa yang tidak berafiliasi dari ormas tertentu menggeruduk Bandara Sam Ratulangi sejak Sabtu pagi sekitar pukul 09:00 WITA.

Begitu pesawat Garuda yang mengangkut Fahri tiba, massa pun langsung menyerbu ke landasan pacu. Mereka meminta agar Fahri membatalkan kunjungan kerjanya di Manado dan langsung kembali ke Jakarta.

Tetapi, kunjungan kerja tetap dilaksanakan Fahri walaupun lebih pendek dari yang sudah dijadwalkan semula. Dia mengaku jika kedatangannya itu sempat dipublikasikan melalui sebuah poster.

“Tapi, hanya poster yang disebarluaskan melalui pesan pendek saja,” katanya.

Begitu tiba, Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw sudah menunggu di landasan pacu untuk menjemput Fahri dan membawanya menuju ke kantor Gubernur Olly Dondokambey. Fahri mengaku sempat terkejut karena kunjungannya disambut unjuk rasa.

Saat dia mengetahui bahwa salah satu sebabnya lantaran ada isu bahwa dirinya mau melantik anggota ormas Front Pembela Islam (FPI), Fahri merasa kecewa. Dia menilai masih ada sebagian pihak yang belum menerima hasil Pilkada DKI yang digelar pada 19 April lalu.

“Memang isu ini dipakai untuk memanas-manasi seolah-olah saya datang sebagai pengurus FPI. Saya tidak pernah menjadi pengurus FPI. Bagaimana bisa mau melantik (anggota) FPI karena itu yang dikembang-kembangkan,” katanya lagi.

Fahri mengaku dirinya telah difitnah sebagai orang yang anti terhadap Pancasila dan intoleran. Dia mengaku juga kecewa dengan sistem pengamanan yang diberlakukan oleh Angkasa Pura, karena massa demonstran justru bisa masuk hingga ke landasan pacu.

“Saya sarangkan jangan sentuh airport dan harus dijaga,” katanya.

Berakhir ricuh

UNJUK RASA. Pengunjuk rasa berupaya memasuki halaman Kantor Gubernur Sulut di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu, 13 Mei. Foto oleh Kalino/ANTARA

Aksi unjuk rasa ternyata berlanjut hingga ke kantor Gubernur Sulut. Massa berusaha merangsek masuk dan ingin menjebol pintu pagar kantor gubernur.

Untuk meredam massa, polisi melepas tembakan gas air mata. Namun, massa justru semakin geram dan membalas dengan melempar batu. Akibatnya tiga orang personel kepolisian terkena lemparan batu.

Sementara, usai memberikan ceramah dengan tema kebhinnekaan, Fahri dievakuasi dengan mobil polisi dan langsung melaju lewat pintu belakang. Fahri akhirnya kembali ke Jakarta pada Sabtu sore. Padahal, jadwal semula, dia seharusnya kembali ke ibukota pada hari Minggu. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!