Belasan pasangan difabel menikah massal di Bandung

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Belasan pasangan difabel menikah massal di Bandung
Selain gratis, para mempelai juga mendapat mas kawin berupa logam mulia seberat 1 gram

BANDUNG, Indonesia — Engkon tak bisa berkata-kata. Tenggorokannya tercekat didera rasa haru yang luar biasa: perempuan 24 tahun itu baru saja dinikahi pria pujaan hatinya Dedi Sumadi. 

“Saya yakin (menikah dengan Dedi),” katanya terbata-bata usai menjalani prosesi ijab kabul di Lapangan Parkir Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Rabu 17 Mei 2017.

Dedi mengatakan dirinya baru menjalin hubungan dengan Engkon dua pekan lalu. Namun ia tak ragu untuk mengajak Engkon melangkah ke jenjang pernikahan. “Saya sudah bogoh (cinta sama Engkon),” kata pemuda asal Sukabumi ini.

Pasangan pengantin baru ini menjalani prosesi pernikahan yang terbilang istimewa. Sebab ijab kabul mereka disaksikan langsung Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. 

Pasangan tuna netra, Dedi Sumadi dan Engkon, menunjukkan buku nikah usai ijab kabul disaksikan Wagub Jabar Deddy Mizwar, Rabu (17/5). Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Selain itu Dedi dan Engkon tak menikah sendiri. Bersama mereka ada 13 pasangan lain yang hari ini juga menikah secara massal di Lapangan Parkir Barat Gedung Sate. Mereka adalah para pasangan difabel. 

Dedi dan Engkon adalah pasangan tuna netra. Pasangan difabel lain yang turut dinikahkan antara lain Ramdani (24) penyandang cacat di tangan dan pasangannya Winda (23) yang bertubuh normal.

Mereka dinikahkan massal dalam acara yang diberi tajuk Mimbar Hiburan Amal Bagi Dhuafa (MHABD). “Asal salah satunya penyandang disabilitas, bisa ikut nikah massal ini,” kata Koordinator Pernikahan Massal, Soraya, di lokasi acara.

Soraya menjelaskan, tidak mudah mengumpulkan calon pengantin nikah massal difable ini. Sebab, selain persyaratan mengenai status pernikahan calon pengantin, juga sulitnya mengurus persyaratan menikah.

Apalagi domisili para calon pengantin banyak yang berasal di luar Kota Bandung, bahkan ada yang berasal dari Kediri Jawa Timur. “Mereka punya keterbatasan fisik dalam mengurus syarat-syarat pernikahan, itulah alasan kami menggelar acara nikah massal untuk kaum difable ini,” tutur Soraya.

Semua pasangan difabel yang dinikahkan secara massal ini tak dipungut biaya alias gratis. Tak hanya itu, mereka juga mendapat seperangkat souvenir pernikahan, termasuk mas kawin berupa logam mulia seberat 1 gram.

Bahkan para pengantin perempuan juga dimake up secara cuma-cuma oleh belasan penata rias yang ikut mendukung acara itu. Tak mengherankan jika mereka tampak begitu bahagia.

Kehabagiaan, antara lain, memancar dari pasangan Ai Sunengsih dan Wahyu Setiawan. Usia keduanya sudah termasuk uzur. Sunengsih sudah beusia 66 tahun dan Wahyu Setiawan 64 tahun. Keduanya adalah pasangan tuna netra.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan pihaknya akan terus mendukung kegiatan yang membantu pada penyandang disabilitas. “Agar para difabel mendapat pelayanan publik yang menjunjung nilai-nilai inklusif dan bebas hambatan dan tanpa diskriminasi,” katanya.

Selain menggelar nikah massal bagi penyandang difable, panitia juga memberikan bantuan sembako bagi 1.700 dhuafa. Untuk menambah  memeriah acara, sebanyak 100 pemijat tuna netra juga diterjunkan untuk memijat seribu orang yang hadir di acara nikah massal ini.

Tiga kegiatan itu masing-masing mendapat penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI).  —Rappler. com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!