Tiga hal yang perlu kamu tahu mengenai KTT Negara-Negara Arab-Amerika Serikat

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiga hal yang perlu kamu tahu mengenai KTT Negara-Negara Arab-Amerika Serikat
Presiden Jokowi akan berbicara di KTT tersebut mengenai pengalaman Indonesia dalam menghadapi terorisme.

JAKARTA, Indonesia – Sebanyak 55 pemimpin negara-negara Arab dan mayoritas berpenduduk Muslim pada tanggal 20-21 Mei berkumpul di Riyadh, Arab Saudi untuk mengikuti kegiatan KTT Negara-Negara Arab-Amerika Serikat. Raja Salman bin Abdulaziz secara langsung memimpin KTT yang digelar di King Abdulaziz Convention Centre, Riyadh.

Di antara puluhan pemimpin negara yang hadir, Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Donald J. Trump ikut dalam KTT tersebut. Sayangnya, berdasarkan informasi dari Istana, tidak ada jadwal pertemuan bilateral antara Jokowi dengan Trump di sela KTT. Namun, tidak tertutup kemungkinan di sela pertemuan, kedua pemimpin bisa berbicara secara kasual.

Berikut tiga hal yang perlu kamu tahu mengenai KTT Negara-Negara Arab-Amerika Serikat:

1. Turut dihadiri Trump

MENARI. Presiden AS, Donald Trump ikut menari bersama Raja Salman bin Abdulaziz dengan pedang dalam upacara penyambutan di Istana Murabba di Riyadh pada 20 Mei. Foto oleh Mandel Ngan/AFP

Seperti yang telah disebutkan di atas, acara ini juga dihadiri oleh Trump. Bahkan, Trump sekaligus memanfaatkan kunjungannya ke Saudi untuk melakukan kunjungan kenegaraan.

Publik cukup terkejut ketika mengetahui Saudi justru dipilih sebagai negara pertama yang masuk ke dalam daftar kunjungan resmi mogul properti itu. Sebab, selama ini dalam kampanyenya Trump sering menyampaikan pidato bernada anti-Islam. Bahkan, pasca menjadi presiden, dia langsung mengeluarkan keppres yang melarang warga dari tujuh negara yang mayoritas populasinya Muslim untuk masuk ke Amerika Serikat.

Kendati Trump berdalih kebijakan itu demi keamanan dalam negeri AS, tetap saja umat Muslim menilai hal tersebut diskriminatif. Mereka merasa menjadi sasaran dari kebijakan yang seolah-olah melabeli Islam sebagai biang keladi terorisme.

Tetapi dalam rezim Saudi yang tengah berkuasa, kepemimpinan Trump rupanya dianggap lebih baik dibanding pendahulunya Barack Obama. Saudi menilai Obama bersikap jauh lebih lunak kepada negara rivalnya, Iran demi menyelamatkan kesepakatan program nuklirnya.

Itu sebabnya, Raja Salman tidak segan menggelar upacara yang megah untuk menyambut Trump di bandara. Dia sendiri yang menjemput Trump.

Dalam KTT tersebut, Trump diharapkan akan berbicara mengenai harapannya mengenai visi Islam yang damai. Menurut seorang asistennya yang dikutip BBC, Trump berharap melalui visi yang disampaikan melalui pidato tersebut bisa bergema ke seluruh dunia.

2. Fokus bahas isu terorisme

Tema dari KTT itu yakni “Bersama-Sama Kita Menang” yang diambil dalam konteks perang melawan terorisme. KTT tersebut memang diharapkan akan fokus untuk memberantas kelompok militan dan pengaruh Iran yang semakin kuat di kawasan.

Agak ironis ketika Saudi yang menjadi tuan rumah perlawanan terhadap terorisme. Sebab, beberapa warganya diketahui menjadi pelaku tindak teror dan kejahatan kemanusiaan pada 11 September 2001. Otak dari aksi tersebut Osama Bin Laden, bahkan sempat menjadi buronan Negeri Paman Sam, hingga akhirnya dia dilumpuhkan di Pakistan.

Sementara, Presiden Jokowi diharapkan akan berbicara mengenai pengalaman Indonesia dalam memberantas terorisme. Indonesia sendiri pernah menjadi korban tindak teror mulai dari aksi bom Bali I, bom Bali II, ledakan bom di depan Kedutaan Australia hingga yang terbaru serangan bom di Thamrin pada awal tahun 2016.

“Pak Presiden rencananya akan menyampaikan bagaimana langkah-langkah yang Indonesia tempuh dalam memerangi terorisme. Bagaimana Indonesia menggunakan pendekatan lembut dan keras untuk mencapai tujuan tersebut,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir ketika memberikan keterangan pers pada Kamis, 18 Mei.

Selain itu, bagaimana dunia sama-sama fokus untuk mengatasi fenomena para pejuang asing (FTF) yang berangkat ke negara konflik seperti Irak dan Suriah. Lalu, mereka kembali ke negara asal untuk menyebar teror di Tanah Airnya.

“Pak Presiden akan meminta agar dunia fokus untuk memutus aliran dana yang diterima para pejuang asing itu,” katanya.

Apa yang disampaikan oleh Jokowi, kata Arrmanatha, akan menjadi penting, mengingat penduduk Muslim Indonesia yang mencapai 207 juta orang mewakili 13 persen masyarakat Muslim di dunia.

Namun, dalam KTT tersebut akan ada satu pemimpin yang absen yakni Presiden Sudan, Omar al-Bashir karena dia tengah dicari oleh Pengadilan Internasional akibat melakukan kejahatan perang.

3. Jadi penyatu negara-negara kawasan Teluk

Selain KTT Negara-Negara Arab-AS, masih ada dua pertemuan tingkat tinggi lainnya yang digelar di Saudi yakni KTT Penasihat dengan Negara-Negara Teluk (GCC) dan KTT bilateral antara Arab Saudi dengan AS. Bisa dikatakan KTT negara-negara Arab dengan AS menjadi penyelamat bagi pertemuan GCC selanjutnya yang akan digelar pada 9 Desember di Doha. Dalam pertemuan akhir tahun itu, mereka akan menjadi saksi peralihan keketuaan GCC tahun 2018 dari Saudi dan Kuwait ke Qatar.

Kebijakan itu sempat mendapat tentangan lantaran Qatar kerap dituding sebagai sponsor dan pemberi dana bagi kelompok Ikhwantul Muslimin yang sudah dinyatakan terlarang di Mesir. Bagi Uni Emirat Arab dan Saudi, gerakan IM dianggap kerap berseberangan dengan mereka dan negara lain di kawasan Timur Tengah.

Namun, di bawah kepemimpinan Qatar yang baru yaitu Syekh Tamim bin Hamad al-Thani, Qatar sedikit demi sedikit menjauh dari IM. Raja Salman selaku tuan rumah berharap KTT negara-negara teluk bisa meningkatkan solidaritas di antara mereka. Sebab, anggota organisasi yang sudah dibentuk sejak tahun 1981 itu kerap berseteru. Terakhir ketegangan memuncak antara Iran dengan Saudi.

Sementara, terkait dengan KTT negara-negara Arab dan AS, Raja Salman ingin pertemuan bersejarah itu akan membentuk kemitraan baru untuk melawan ekstrimisme dan terorisme, mempromosikan nilai toleransi dan kerja sama serta menjamin kepentingan dan keinginan rakyat. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!