Dua pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu bagian dari jaringan Bahrun Naim

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu bagian dari jaringan Bahrun Naim

ANTARA FOTO

Selain serangan teror di Kampung Melayu, polisi sudah berhasil mencegah aksi lain di beberapa area.

JAKARTA, Indonesia – Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan kedua pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu yakni Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri merupakan anak buah dari Bahrun Naim, anggota ISIS asal Indonesia yang kini berada di kota Raqqa, Suriah. Kedua pelaku bom bunuh diri tergabung dalam kelompok radikal Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sel Bandung Raya yang merupakan salah satu perpanjangan tangan ISIS di Indonesia.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu mengatakan mereka sudah memantau pergerakan dari kelompok tersebut. Bahkan, beberapa aksi mereka juga sudah pernah digagalkan oleh personel kepolisian. Dua di antaranya adalah penangkapan di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat dan Cicendo, Bandung.

“Sebetulnya mereka sudah merencanakan aksi teror kepada anggota kepolisian di pos polisi Senen, Simpang Lima Jakarta Pusat dan berhasil digagalkan oleh tim Densus. Sebagian (anggota) dilumpuhkan di Waduk Jatiluhur,” ujar Tito ketika menggelar jumpa pers di RS Polri Kramatjati pada Jumat, 26 Mei.

Pemantauan terhadap anggota kelompok JAD tidak pernah luput dari pihak kepolisian. Sebagai contoh, aksi teror bom panci di Cicendo, Bandung. Tito menjelaskan, sebenarnya pelaku menyasar petugas kepolisian.

Bom panci yang sudah disiapkan sebenarnya ingin diletakan di pos kepolisian. Tetapi, bom tersebut sudah lebih dulu meledak.

“Akhirnya, pelaku melarikan diri dan masuk ke kantor lurah. Personel Polda Jawa Barat kemudian mengepung dan pelaku berhasil dilumpuhkan,” kata dia.

Menurut Tito, JAD kerap melakukan serangan melalui jaringan yang sudah terpecah, sama seperti aksi serangan di Bom Thamrin yang juga diinisiasi oleh Bahrun Naim. Tetapi, mereka semakin jeli untuk menghindari pengawasan kepolisian.

“Kedua orang ini masuk ke dalam kelompok itu. Nama-nama mereka sudah masuk dalam DPO Densus. Tapi mereka sudah belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu. Mereka juga paham bisa disadap sehingga mereka menghindari deteksi intelijen dan terjadi lah peristiwa ini (bom Kampung Melayu),” kata Tito.

 

Saat ledakan di Kampung Melayu terjadi, Tito diketahui tengah berada di Iran untuk melakukan kunjungan kerja. Namun, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta Tito untuk segera kembali ke Tanah Air dan menuntaskan kasus ledakan bom Kampung Melayu yang menewaskan tiga personel polisi dan 10 korban luka. 

Akhirnya, Tito terpaksa membatalkan kunjungan kerja ke Turki dan Arab Saudi. Kehadirannya diwakilkan kepada bawahannya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!