Amerika Serikat mundur dari kesepakatan perubahan iklim Paris

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Amerika Serikat mundur dari kesepakatan perubahan iklim Paris
Presiden Donald Trump menilai perjanjian Paris merugikan perekonomian Amerika Serikat

JAKARTA, Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya resmi mengumumkan sikap mereka mengenai kesepakatan perubahan iklim di Paris, Perancis. AS resmi mundur dari kesepakatan yang bertujuan mengurangi dampak perubahan iklim kepada dunia itu.

Trump mengumumkan AS akan segeera berhenti memberlakukan kesepakatan Paris yang telah diteken oleh 195 negara. Menurutnya, kesepakatan itu akan berdampak buruk bagi ekonomi negara yang dia pimpin.

“Saya tidak bisa, dalam hati kecil dan kesadaran saya, mendukung sebuah kesepakatan yang menghukum Amerika Serikat,” ujar Trump ketika menggelar jumpa pers di kebun Gedung Putih pada Kamis, 1 Juni waktu setempat.

Trump berulang kali mengatakan bahwa kesepakatan itu merupakan suatu langkah buruk dan justru tidak sejalan dengan prinsip “America First” yang dia gaungkan sejak awal menjabat sebagai Presiden. Kebijakan itu tidak membawa keuntungan khususnya menghadapi para rival AS di bidang ekonomi antara lain India, Tiongkok dan Eropa.

“Saya dipilih untuk mewakili warga-warga dari Pittsburgh dan bukan Paris. Kami tidak ingin pemimpin lain dan negara lain mentertawakan kami lagi dan mereka tidak akan melakukan itu,” kata dia.

Kendati sudah mengumumkan secara resmi akan membawa AS keluar dari kesepakatan Paris, tetapi Trump tidak menjelaskan secara detail mengenai bagaimana, kapan mereka akan menarik diri. Tetapi, Trump juga tidak menutup kemungkinan ada beberapa poin yang bisa dinegosiasikan ulang.

“Kami dapat mulai untuk bernegosiasi kembali dan akan kami lihat jika perjanjian ini adil, maka kami kembali masuk dan itu hebat. Tetapi, jika perjanjian ini tidak bisa diubah, maka kami tetap akan keluar,” tutur dia.

Namun, pejabat berwenang di Gedung Putih mengatakan AS tidak bisa keluar begitu saja. Penarikan diri secara resmi baru dapat dilakukan setelah pemilu tahun 2020.

Sayangnya, negara-negara sekutu AS di Eropa telah menegaskan bahwa poin-poin yang sudah diteken sejak tahun 2015 lalu tidak bisa dinegosiasikan ulang. Pernyataan itu disampaikan oleh Perancis, Jerman dan Italia.

Dengan adanya kebijakan ini, artinya Trump lebih mendengarkan masukan para penasihatnya ketimbang Ivanka, putrinya sendiri. Ivanka dan beberapa pengusaha justru menyarankan agar Trump untuk tetap mengimplementasikan kesepakatan Paris.

Mengancam masa depan

Keputusan Trump ini mengancam keberlangsungan masa depan dunia. Negeri Paman Sam merupakan negara kedua yang menjadi produsen terbesar gas rumah kaca setelah Tiongkok.

Barack Obama ketika masih menjabat sebagai Presiden mengatakan sikap yang ditempuh AS sebelum meneken kesepakatan itu digambarkan sebagai pihak yang menolak untuk menerima kenyataan di masa depan. Hal itu karena ada sebagian pihak yang tidak percaya terhadap dampak perubahan iklim.

Nicaragua dan Suriah menjadi dua negara yang tidak ikut di dalam kesepakatan Paris. Obama ketika itu melihat Suriah tidak memiliki minat dengan visi tersebut. Terlebih situasi di dalam negaranya yang tengah dilanda perang sipil.

Kebijakan Trump ini sudah tentu menuai kritik tajam, terutama dari kubu Partai Demokrat. Mereka berjanji akan segera bertindak.

Para gubernur dari kubu Demokrat dari New York, California dan Washington tengah membentuk aliansi. Mereka berjanji akan menghormati standar yang telah disepakati dalam kesepakatan Paris. Dalam kesepakatan itu ada lima poin utama, yakni mencegah kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius, sistem penghitungan karbon dan pengurangan emisi secara transparan, bantuan termasuk pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau hingga ikut terlibat dalam upaya pemulihan akibat perubahan iklim. (BACA: 5 poin kesepakatan Paris untuk perubahan iklim yang perlu kamu tahu)

Trump mengaku telah menghubungi beberapa mitranya antara lain Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, untuk menjelaskan alasan pengambilan keputusan tersebut.

Tiongkok tetap dalam kesepakatan

Sementara, beberapa jam sebelum Trump mengumumkan keputusannya, Tiongkok rupannya tidak ikut kebijakan AS. Perdana Menteri Li Keqiang mengaku akan tetap mengimplementasikan kesepakatan perubahan iklim di Paris.

Negeri Tirai Bambu juga telah berinvestasi miliaran dolar di bidang infrastruktur energi bersih. Ini sesuai dengan upaya mereka untuk mengurangi polusi akibat membludaknya industri di sana. – dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!