Kemenkes anjurkan perempuan deteksi dini kanker serviks

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kemenkes anjurkan perempuan deteksi dini kanker serviks
Biaya deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks di Puskesmas sudah masuk dalam pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional

JAKARTA, Indonesia — Kementerian Kesehatan menganjurkan masyarakat, khususnya perempuan, untuk melakukan deteksi dini kanker serviks atau leher rahim dan kanker payudara.

“Dengan deteksi dini, kanker dapat ditemukan lebih awal, sehingga keberhasilan pengobatannya semakin besar,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulis, Minggu 11 Juni 2017.

Oscar mengatakan korban meninggal akibat kanker serviks terus berjatuhan. Salah satunya adalah penyanyi sekaligus aktris Yuli Rachmawati alias Julia Perez. Menurut Oscar, kanker serviks dan kanker payudara adalah dua jenis kanker yang paling banyak mengancam perempuan Indonesia.

Karena itu Oscar menganjurkan perempuan Indonesia segera melakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara di fasilitas kesehatan.

Deteksi dini kanker serviks dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan tindak lanjut dini dengan krioterapi jika ditemukan IVA positif. Sedangkan deteksi dini kanker payudara dengan metode pemeriksaan payudara secara klinis (SADANIS).

Saat ini lebih dari 3.700 puskesmas di seluruh Indonesia telah dilatih dalam pelayanan deteksi dini penyakit kanker payudara dan leher rahim. Sedangkan untuk pengobatan bisa dilakukan di rumah sakit kabupaten/kota secara berjenjang untuk rujukan kasus kanker. 

Oscar juga menyebutkan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir karena biaya deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks (tes IVA) di Puskesmas sudah masuk dalam pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Pasien kanker harus mendapat pengobatan yang tepat dan tidak boleh melewatkan fase emas pengobatan. Namun seringkali masyarakat yang terdiagnosis kanker pada fase awal, justru tergoda dengan iklan pengobatan alternatif yang belum terkonfirmasi kebenarannya secara klinis yang ada di berbagai media.

“Iklan yang jelas-jelas melanggar ketentuan tersebut, akan berdampak buruk dan menimbulkan kerugian, bahkan bisa membahayakan karena pasien kehilangan fase emas pengobatannya dan menjadi tidak terselamatkan,” kata Oscar. —dengan laporan ANTARA/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!