Waspada zat beracun di penganan kering saat Lebaran

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Waspada zat beracun di penganan kering saat Lebaran
Tim SKPT Cilacap temukan sampel makanan mengandung zat berbahaya Rhodamin B, formalin dan boraks. Bagaimana di daerah lain?

CILACAP, Jawa Tengah –  Musim mudik  Lebaran, banyak godaan menyantap makanan lokal yang kita kenal sejak kecil. Tidak cuma rasa, yang seringkali menggoda adalah tampilan warna yang menantang.  

Beberapa di antaranya adalah kerupuk soto warna merah, aneka biskuit lokal warna merah jambu serta mie berwarna kuning terang. Belum lagi bakso kenyal yang sudah pasti menggoda iman.

Tetapi, hasil tes laboratorium yang dilakukan Dinas Pangan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, perlu membuat konsumen waspada. Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H kemarin, Tim Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) Pemda Cilacap menggelar uji petik di sejumlah pasar di wilayah tersebut. Pemantauan dilakukan dalam periode 6-117 Juni 2017. Hasil tes lab didapat tanggal 19 Juni 2017.

Hasilnya? Beberapa temuannya membuat publik bergidik. Anggota Tim SKPT Soetji Hernaeni mengatakan, bahwa pihaknya menemukan penggunaan pewarna tekstil jenis rhodamin B di sejumlah makanan, mulai dari kerupuk merah atau dikenal dengan kerupuk soto, sebagian besar asalnya dari Jatiwangi, ada juga produksi Kebumen.  

Kandungan rhodamin B sebanyak 2 mg/l.  Jumlah yang sama ditemukan pada kerupuk cantir produksi Salebu Majenang. 

Pangan itu dijual di Pasar Wanareja dan Pasar Patimuan. Kerupuk cantir produksi Ajibarang juga ditemui di pasar tradisional di Cilacap.

Pernah makan kue kering Kuping Gajah warna merah jambu? Kue produksi HRD Ciamis Jawa Barat ini termasuk jenis yang diteliti oleh SKPT Cilacap dan ternyata menggunakan pewarna tekstil Rhodamin B  sebanyak 2-10 mg/l .

Sampel yang diteliti berasal dari Pasar Wanareja. Penyaji terbanyak sebagian besar pedagang penjual, di Pasar Gandrungmangu, Pasar Kawungaten dan Pasar Kesugihan. Kue ini juga ditemukan di Toserba Jadi Baru di  Kroya

Kue kering Bolu Emprit produksi Majenang mengandung  unsur rhodamin B sebanyak 25 mg/l , dijumpai di Pasar Wanareja, Pasar Gandrungmangu dan Pasar Nusawungu. Kue kering “Telur Gabus” warna merah produksi Majenang hasil ujinya mengandung rhodamin B 25 mg/l dijumpai di Pasar Wanareja.

Daftarnya panjang. Essence yang digunakan untuk mewarnai penganan Tahu ternyata mengandung rhodamin 40 mg/l. Sampelnya ditemukan di Pasar Kawungaten. Penganan dari luar Cilacap, seperti Sekuteng asal Banjar-Ciamis juga ditemukan di Pasar Patimuan dan mengandung pewarna tekstil

Jajanan masa kecil, Jipang beras warna merah produksi Cikoneng-Ciamis Jawa Barat mengandung rhodamin B sebanyak 40 mg/l dijumpai di Pasar Wanareja, Pasar Gandrungmangu, Pasar Kroya, Pasar Limbangan Cilacap dan Pasar Sidadadi.

Sebabkan kanker

Menurut Badan Pengawas  Obat dan Makanan (BPOM), Rhodamin B yang membuat warna merah terang itu  telah dilarang untuk pangan di Eropa sejak 1984 karena termasuk bahan karsinogen atau penyebab kanker yang kuat. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan. Serbuk tersebut tidak berbau dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar atau berfluorosensi.

Rhodamin B sering digunakan pada industri tekstil kertas, pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut dan sabun.  Masalahnya, produk ini sering digunakan untuk pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling,  agar-agar, aromanis, kembang gula, manisan, sosis, sirup dan minuman lain.  

Selain warna merah terang yang menyolok, penganan yang mengandung Rhodamin B biasanya terasa pahit di lidah. Badan Kesehatan PBB, WHO, mengingatkan bahaya Rhodamin B karena sifat kimia dan logam berat yang dikandungnya.  

Rhodamin B juga mengandung senyawa klorin (C1).  Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya, reaktif dan bersifat racun di dalam tubuh.

BPOM mengingatkan bahwa konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang akan terakumulasi di dalam tubuh, dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan fisiologis tubuh atau bahkan bisa menimbulkan kanker hati.

Menurut Soetji, belum semua kabupaten di Jawa Tengah sudah membentuk SKPT mengawasi peredaran pangan yang mengandung bahan berbahaya.  

“Menjelang Lebaran monitoring kami lakukan karena banyaknya aliran makanan kering dari berbagai daerah,” ujar Soetji kepada Rappler, Jumat, 24 Juni.

Selain penggunaan Rhodamin B sebagai pewarna makanan, tim juga menemukan penggunakan pengawet jenazah atau formalin dan boraks pada sejumlah pangan olahan seperti nugget ayam, kwetiauw, bakso cimol, sampai agar-agar  merah produksi Kroya. Dalam penganan itu terdapat 50 mg/l boraks.  

Bahan tambahan pangan pengawet (bleng) asal Sukoharjo positif mengandung boraks lebih dari 10.000 mg/l dan dijumpai di Pasar Sidodadi, Cilacap. Soetji mengatakan bahwa selain mengawasi peredaran dan penggunaan zat berbahaya pada makanan, tim juga akan melakukan edukasi kepada produsen agar menggunakan pewarna makanan yang aman dikonsumsi.

Temuan SKPT Cilacap ini memunculkan pertanyaan, bagaimana dengan penganan yang beredar di daerah lain di Indonesia? Kapan terakhir kali Anda menyantap semangkok soto dengan taburan kerupuk warna merah menantang?  – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!