Ini daftar WNI yang diduga tewas bertempur di Mindanao

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ini daftar WNI yang diduga tewas bertempur di Mindanao
Laporan IPAC memuat kemungkinan serangan teror di Indonesia dengan dukungan petempur Filipina dan Malaysia

JAKARTA, Indonesia –  Dalam bagian konklusi dari laporan berjudul “Marawi, The East Asia ‘Wilayah” and Indonesia”, Institut Kebijakan dan Analisis Konflik (IPAC) mengingatkan bahaya yang muncul dari kampanye di media sosial yang dilakukan pengikut ISIS di Marawi, Filipina Selatan.  

“Foto-foto yang disebarkan dari Marawi melalui media sosial, bersamaan dengan serangan yang dilakukan ISIS – gambar petempur mengusung senjata di atas truk – memiliki dampak yang sama sebagaimana foto kemenangan ISIS yang ikonik di Mosul, Irak, tahun 2014,” demikian laporan IPAC yang diluncurkan hari ini, Jumat, 21 Juli.

Foto-foto itu memicu euforia kemenangan dan memperkuat pendukung ISIS, kelompok Negara Islam Irak Suriah di kawasan ini untuk ikut bertempur atas nama ISIS.  “Kasus Abu Asybal menunjukkan bahwa warga negara di kawasan ASEAN pendukung ISIS yang berada di Turki, Suriah dan Irak, kemungkinan melirik Filipina sebagai wilayah alternatif yang atraktif, sementara ISIS dipukul mundur di kawasan Timur Tengah,” demikian laporan IPAC. 

Polisi menduga Abu Asybal terlibat aktif dalam merencanakan serangan bom di Jalan MH Thamrin, Januari 2016. (BACA: Doktor Mahmud, sosok pengganti peran Doktor Azhari?)

Menurut IPAC, jika perkiraan 20 warga negara Indonesia yang bergabung sebagai petempur asing di Marawi itu akurat, maka pejabat Indonesia harus khawatir terhadap beberapa kemungkinan: kembalinya sejumlah orang dengan kemampuan mengorganisir, menyatukan dan memimpin sejumlah sel pro-ISIS yang ada; keinginan untuk melakukan operasi serangan gabungan di Indonesia dengan dukungan teman baru dari Filipina dan Malaysia; kemungkinan keterlibatan WNI dalam aksi kekerasan di Filipina atau Malaysia; pendirian tempat baru pelatihan bagi kawasan berlokasi di Mindanao yang dapat menarik peminat dari Indonesia dan Malaysia dan bahwa tempat lain.

Dalam wawancara khusus dengan Rappler pekan lalu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan dalam laporan yang ia terima, ada 38 WNI yang telah dikonfirmasi ikut berperang di Marawi. 

“Tetapi, saya memprediksi angkanya lebih dari itu,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu. (BACA : Kapolri ingatkan konflik Marawi jangan dipersepsikan konflik agama)

Laporan IPAC yang dirilis hari ini juga memuat daftar WNI yang dipercayai ikut bertempur di Mindanao dan dipercayai tewas, sejak 2016. Berikut daftarnya:

  1. Anggara Suprayogi, lahir di Tangerang 26 Desember 1984. Anggota al-Hawaniyum. Meninggalkan Jakarta dan pergi menuju Manila menumpang Cebu Pacific pada tanggal  3 April 2017. Tiba di Marawi, tak lama kemudian dimasukkan ke dalam poster pencarian polisi pada tanggal  31 Mei 2017. Akun Google plusnya menampilkan link menuju Daulah Islamiyah, Daulah Islam, Daulah IS, Daulah Islamiyyah3 dan Daulah Baqiyah. Menikah dengan pekerja domestik berpaham yang radikal akhir 2016.
  2. Yayat Hidayat Tarli, lahir di Kuningan, 25 April 1986. Anggota al-Hawariyun. Waktu penerbangan sama dengan Anggara Suprayogi, di atas.
  3. Al Ikhwan Yushel, lahir di Palembayan, Sumatera Barat, 1 Nov 1991. Dipercaya menjadi anggota JAD.  Meninggalkan Jakarta pergi menuju Manila menumpang Cebu Pacific pada 28 Maret 2017 dan diteruskan menuju Cagayan. 
  4. Yoki Pratama Widyarto, lahir di Banjarnegara 17 Sept 1995. Anggota al-Hawariyun. Meninggalkan Jakarta pergi menuju Manila menumpang Cebu Pacific pada 3 Maret dan diteruskan menuju Cagayan pada tanggal  4 Maret 2017. Tewas dibunuh di Marawi sekitar 20 Juni 2017.
  5. Muhammad Jaelani Firdaus, lahir di Bekasi, 17 Mei 1991. Anggota JAD. (2 jadwal penerbangan dari sumber yang berbeda, 21 Februari dan 7 Maret 2017). Meninggalkan Jakarta menuju Manila menumpang Cebu Pacific dan diteruskan menuju Cagayan.
  6. Muhammad Gufron, lahir di  Serang 20 Oktober 1993. Waktu penerbangan sama dengan Jaelani, di atas. Anggota JAD.
  7. Minhati Madrais, Istri Indonesia dari Omarkhayyan Maute yang bertemu di Universitas al-Azhar, Kairo dan menikah pada tahun 2003. Anak dari KH Madrais Hajar dari Babelan, Bekasi. Tinggal di Marawi sejak 2011.
  8. Ibnu Qoyyim alias Abu Nida, mantan anggota KOMPAK, tinggal di Basilan, menikah dengan perempuan Yakan. Menjadi instruktur penggunaan senjata untuk anggota pemula JAD pada tahun 2016. Teman dari Abu Walid (Khatibah Nusantara di Suriah).
  9. Muhammad Ilham Syahputra, lahir di  Medan 29 Juli 1995, keanggotaan tidak jelas. Pergi pada  November 2016, kemungkinan tewas dibunuh di Pagiapo, Lanao del Sur; paspor ditemukan tentara di  kamp Maute setelah terjadi kericuhan.
  10. Ali Al Amin, lahir di  10 Feb 1968, Tasikmalaya, paspor ditemukan di Marawi, status tidak jelas. Kemungkinan mengikuti (jamaah) tabligh.
  11. Irsyad Ahmad Darajat, saudara dari Ali Al Amin, lahir 30 November 1974, Tasikmalaya, paspor ditemukan di Marawi, status tidak jelas, kemungkinan mengikuti tabligh.
  12. Sheikh Ayman al-Marjuki, terdaftar diantara “martir” dalam posting Telegram yang diedarkan pejuang Marawi pada awal masa pengepungan Marawi . Tidak ada informasi, siapa dia  atau dimana, kecuali berasal dari Indonesia. 
  13. “Mohisen” tewas dibunuh pada  Januari  2017 dalam pertempuran di Butig, Lanao del Sur. Diidentifikasi oleh media Filipina sebagai warga Indonesia namun tidak ada konfirmasi kewarganegaraan.
  14. “Mohammad Muktar”, warga Indonesia tewas dibunuh pada Februari 2016 di Lanao del Sur

 

Laporan IPAC terbaru juga memuat nama WNI yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme di Mindanao, yang ditangkap di Indonesia tahun 2017:

  1. Adi Jihadi, adik dari Iwan Dharmawan alias Rois, lahir 29 Juni 1982, Pandeglang. Delapan hari berlatih, balik di awal Juni 2016. Anggota JAD dan Ring Banten. Ditangkap pada tanggal  23 Maret 2017 di Pagelaran, Pandeglang, Banten.
  2. Bambang Eko Prasetyo, satu grup dengan Adi Jihadi. Anggota JAD dan Ring Banten. Ditangkap pada tanggal  23 Maret 2017 di Ciputat, Tangerang Selatan. 
  3. Achmad Supriyanto, satu grup dengan Adi Jihadi. Ditangkap 23 Maret 2017 di Ciwandan, Cilewong, Banten. Sedang melakukan transaksi pembelian senjata dari Filipina. Di grup yang lain, Nanang Kosim (Qosim), seorang pembelot TNI, tewas dibunuh pada saat operasi yang sama.
  4. Suryadi Mas’ud (Mas’oed), lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, 14 April1972. Melakukan tujuh perjalanan ke Mindanao pada tahun 2015-2016 untuk keperluan pembelian senjata untuk JAD. Ditangkap pada tanggal 23 Maret 2017.  
  5. Rochmat Septriyanto, 32 dari Tegal, Jawa Tengah, ditangkap di Gunungkidul, Jawa Tengah. Hidup dari mengajar musik. Dia juga sorang yang berkomunikasi langsung dengan Dr Mahmud Ahmed mengenai pengiriman orang menuju Mindanao dan juga terlibat dalam pengiriman orang ke Suriah.
  6. Wahyono alias Abu Alif, 29, dan (terputus di sini)
  7. Muslim, lahir di  Pulau Betung, 27 Maret 1988, ditangkap di Jambi pada tanggal  30 Mei 2017. Jalur menuju al-Hawariyun. Dia membeli tiket untuk Wahyono dan Sunardi alias Abu Alana menuju Filipina, dari Pekanbaru menuju Toli-Toli, kemudian rencana untuk naik kapal menuju Mindanao, diarahkan oleh pendukung ISIS di Toli-Toli. Entah mereka dikirim balik atau sesuatu hal  terjadi, sehingga mereka membatalkan perjalanan itu.

 

 

 

 

– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!