Larangan kirim bunga, matikan bisnis florikultura

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Larangan kirim bunga, matikan bisnis florikultura
Bisnis florikultura Indonesia nilainya sekitrar US$ 20 juta dolar. Peluang masih besar

BOGOR, Indonesia – Profesor Sri Setyati Harjadi bangun dari kursinya di jajaran depan  setelah mendengarkan para pembicara di seminar ilmiah Kebangkitan Florikultura 2017. 

 “Saya enggak mau bertanya atau komentar. Karena ada pihak pemerintah di sini, saya titip aspek ‘usage’, habit sosial. Penggunaan. Jangan larang-larang mengirim bunga, seperti tren saat ini. Karangan bunga untuk orang meninggal pun sekarang dominannya kertas. Undangan pernikahan dilarang kirim bunga,” kata guru besar ilmu hortikultura Institut Pertanian Bogor itu.  

Seminar yang digelar di IPB International Conventional Center, Jumat, 28 Juli 2017 itu adalah rangkaian dari Pekan Florikultura 2017, yang dibuka secara resmi oleh Menteri Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, awal pekan ini. (BACA: Menko Darmin, Jangan cuma ramai-ramai pameran)

Rektor IPB Profesor Herry Hardiyanto mengingatkan peluang yang ada di depan mata, kecenderungan generasi milenial menjadikan obyek yang cantik untuk swafoto alias selfie.

“Ingat foto viral ketika kebun Amarillys di Yogya rusak gara-gara pengunjung yang selfie?  Itu potensi, untuk membuat taman-taman bunga yang indah. Edukasi ke pengunjung perlu, agar tidak merusak,” kata Herry.

Membangkitkan kecintaan kepada tanaman hias dipandang penting untuk menggairahkan bisnis florikultura.  

“Sebelum ingin menggarap pasar ekspor, garap dulu pasar domestik. Hotel-hotel, gedung-gedung kantor. Jangan dilarang-larang,” kata Sri Setyati. Sementara Rektor Herry menggarismbawahi dengan mengajak warga Indonesia menyatakan apreasiasi dengan bunga atau tanaman hias.  

“Katakan dengan bunga, itu perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata dia.

Direktur Buah dan Hortikultura Kementerian Pertanian, Sarwo Edhi, mengatakan pemerintah mendukung mulai dari hulu sampai ke hilir. “Mulai dari penelitian, menciptakan pasar, membina kelompok tani, sampai dukungan regulasi,” ujar Sarwo.  

Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdangan, Fajarini Puntodewi mengatakan, perwakilan Indonesia di luar negeri siap membantu pemasaran ekspor, termasuk mencari “market intelligence”.  

“Kontak saya dan teman-teman di Kemendag. Karena potensinya besar. Pangsa ekspor florikultura masih kecil, di bawah 0,1% dari total nilai perdagangan kita,” kata Fajarini.   

Sementara, nilai bisnis florikultura kini sekitar US$ 19-20 juta dolar.

Dekan Fakultas Pertanian IPB, Agus Purwito, mengajak peran pemerintah daerah dan kota yang sangat penting untuk mengembangkan bisnis florikultura. Bentuknya bisa dengan peraturan daerah sebagaimana yang dilakukan di Tomohon, Sulawesi Utara, maupun menyediakan tempat untuk florikultura di daerahnya. 

Pada hari Sabtu dan Minggu (29-30 Juli 2017), akan diadakan bursa pertanian, bursa kuliner, lomba merangkai bunga sampai karnaval yang berlokasi di Lapangan IPB Baranangsiang dan seputar Kebon Raya Bogor.  – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!