Polri belum merasa perlu membentuk tim pencari fakta independen kasus Novel

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Polri belum merasa perlu membentuk tim pencari fakta independen kasus Novel

ANTARA FOTO

Polri mempersilakan KPK untuk melakukan verifikasi ulang terhadap barang bukti yang dimiliki oleh polisi

JAKARTA, Indonesia – Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku tetap percaya kepada tim investigasi yang terdiri dari unsur Polri dan KPK untuk mengungkap pelaku peneroran terhadap Novel Baswedan. Oleh sebab itu, Tito merasa pembentukan tim independen yang melibatkan unsur masyarakat belum dirasa perlu.

Desakan agar Presiden Joko “Jokowi” Widodo membentuk tim pencari fakta independen di luar dari institusi kepolisian, karena pasca 100 hari, mereka belum dapat mengungkap otak di balik peneroran Novel yang terjadi 11 April. Tito beralasan konsep tim yang mencari fakta dengan investigasi akan memiliki cakupan kerja yang berbeda.

“Kalau mencari fakta kan berbeda dengan investigasi. Investigasi itu lebih mendalam lagi. Dia masuk sampai yang dinamakan data-data mentah. Istilahnya bukan data supervisial. Dia melakukan langkah-langkah investigasi termasuk melakukan analisis IT dan hal lainnya,” ujar Tito ketika memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan pada Senin malam, 31 Agustus.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu memahami adanya keraguan terhadap institusi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, ia turut mengajak Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan bersama-sama. Bahkan, Polri juga mempersilakan KPK untuk memverifikasi kembali berbagai bukti yang telah diperoleh terkait penyerangan Novel.

“Kalau kinerja tim Polri kurang dianggap kredibel, saya kira tim dari KPK sangat dipercaya publik dan kredibel. Oleh karena itu kami pikir kenapa tidak digabungkan antara Polri dan KPK supaya bergerak bersama-sama. Baiknya, kita percayakan kedua lembaga ini (untuk bekerja), baik Polri maupun KPK,” kata dia.

Sementara, terkait dengan adanya informasi yang disampaikan Novel ke media mengenai dugaan keterlibatan seorang jenderal polisi, Tito menyebut akan menindak lanjutinya dengan menemui Novel langsung di Singapura. Polri, kata Tito sudah menyiapkan sebuah tim untuk berangkat ke Singapura.

“Agar lebih fair kami juga meminta ada (perwakilan) dari KPK untuk mendampingi. Pada saat itu, Ketua KPK Agus Raharjo menyampaikan Beliau berkenan untuk mendampingi atau salah satu komisioner yang ikut mendampingi tim dari Polri, sehingga informasi yang kami dapatkan adalah informasi yang obyektif,” ujar Tito.

Untuk itu, pada pekan ini KPK dan Polri akan membahas langkah-langkah untuk memverifikasi berbagai hal teknis yang dilakukan oleh Polri dan strategi yang digunakan untuk mengungkap kasus tersebut.

Mantan Kepala Densus 88 Anti Teror itu menegaskan empat terduga pelaku yang pernah ditangkap Polri tidak memiliki kaitan dengan jenderal polisi. Kesimpulan itu diperoleh setelah mengecek alibi keempat orang tersebut dan ia yakin apa yang disampaikan oleh mereka adalah keterangan jujur.

“Kalaupun alibi-alibi direkayasa, itu mudah untuk dikroscek kembali, karena alibi itu akan sangat detail, jam per jam, menit per menit. Seorang sutradara sekalipun akan sulit untuk membuat alibi-alibi seperti itu. Kami sangat welcome kepada tim KPK yang bergabung untuk menguji kembali alibi itu,” kata dia.

Publikasikan sketsa

Saat memberikan keterangan pers semalam, Tito turut menunjukkan satu sketsa yang diduga merupakan salah satu pelaku penyerangan terhadap Novel. Sketsa yang ditunjukkan Tito terlihat sangat rapi dan menyerupai lukisan. Menurut Tito, sketsa itu menggunakan teknologi yang diterapkan oleh Kepolisian Australia (AFP) berdasarkan keterangan para saksi yang telah diperiksa.

Tito menegaskan sketsa yang ia tunjukkan semalam belum pernah diterbitkan di mana pun, termasuk di media. Sketsa semalam diperoleh dari seorang saksi kunci yang melihat lima menit sebelum peristiwa penyerangan terhadap penyidik senior KPK itu.

“Ciri-cirinya memiliki tinggi antara 167-170 centimeter, (kulit) agak hitam, rambut keriting dan memiliki bentuk tubuh cukup ramping. Nah, kalau dilihat sketsa ini, maka agak berbeda dengan empat orang yang pernah diperiksa sebelumnya,” kata dia.

Ada lima orang saksi yang pernah ditahan Polri, yakni berinisial M, H, AL, Miko dan Miryam S. Haryani. Namun, tidak ada satu pun ciri-ciri yang sesuai dengan sketsa terbaru yang ditunjukkan oleh Polri, termasuk Lestaluhu.

Berdasarkan, informasi yang diterima Tito, nama Lestaluhu bisa terungkap, karena seorang perwira dari tim densus yang ikut dalam penyelidikan kasus tersebut menelusuri melalui akun Facebook dan menemukan fotonya.

“Foto itu kemudian disampaikan ke beberapa saksi di TKP. Saksi menyatakan ia pernah melihat tapi bukan waktu kejadian. Informasi ini lalu sampai kepada Novel Baswedan dan persepsinya berubah menjadi itu adalah pelakunya,” katanya.

Lantaran, perubahan persepsi itu, polisi kemudian menangkap Lestaluhu dan dimintai keterangan. Semula, ia tidak mau mengaku. Kemudian, alibinya dicek dan ternyata usai diperiksa secara detail hingga menit ke menit di tanggal 11 April, menunjukkan jika ia tidak berada di area Kelapa Gading.

Namun, jika KPK merasa hasil tersebut belum memuaskan, maka Polri mempersilakan dan memberi akses untuk dilakukan verifikasi ulang. Polri mengaku tidak ragu terhadap kemampuan penyidik KPK untuk mengolah fakta yang ditemukan di lapangan.

Ungkap pelaku

Juru bicara KPK Febri Diansyah saat dihubungi pada Senin malam mengaku belum melihat secara jelas sketsa terduga salah satu pelaku yang ditunjukkan Kapolri. Ia mengaku hanya pernah melihat tiga sketsa yang pernah ditunjukkan oleh polisi sebelumnya kepada pimpinan KPK.

“Bedanya sketsa yang ditunjukkan kepada pimpinan ketika itu menggunakan pensil, tidak berwarna seperti yang ditunjukkan ini,” kata Febri.

Ia pun menjelaskan bahwa selama ini tidak ada tim gabungan khusus antara KPK dengan Polri. Selama ini, kedua institusi itu hanya berkoordinasi terkait pengusutan kasus peneroran terhadap Novel. Soal desakan agar dibentuk tim independen yang melibatkan unsur sipil, Febri mengatakan hal tersebut lebih tepat domainnya ada di Presiden Joko Widodo.

“Kami tentu pada prinsipnya, apa pun strategi yang digunakan dan timnya, yang menjadi perhatian kami adalah agar pelaku segera ditemukan,” kata pria yang pernah menjadi aktivis anti korupsi itu.

Tito dipanggil ke Istana oleh Presiden Joko Widodo sebagai tindak lanjut dari desakan publik agar segera dibentuk tim independen untuk mengungkap pelaku peneroran terhadap Novel. Penyidik lembaga anti rasuah itu mengaku secara blak-blakan bahwa ia sudah pesimistis pelaku penyerangannya bisa terungkap. Hal itu lantaran adanya dugaan seorang jenderal polisi dalam penyerangan terhadap dirinya.

Dugaan itu seolah terkonfirmasi usai 112 hari, Polri masih belum dapat mengungkap siapa pelaku dan otak di balik peristiwa tersebut. Kepada Tito, Jokowi memerintahkan agar kasus Novel segera dituntaskan. – dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!