Kronologi pembakaran hidup-hidup di Bekasi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kronologi pembakaran hidup-hidup di Bekasi
Dua terduga pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka

JAKARTA, Indonesia — Polda Metro Jaya menangkap dua terduga pelaku pembakaran hingga tewas terhadap M Alzahra alias Joya (30 tahun) di Kampung Muara Bakti, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Kedua pelaku masing-masing berinisial NMH dan SH. Keduanya saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Markas Polres Metro Bekasi Kabupaten.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan dari kedua terduga pelaku ini akan diketahui siapa saja yang pembakaran terhadap M Alzahra.

“Masih dalam pendalaman penyidikan , berapa jumlah pelakunya. Dari dua ini akan kami kembangkan, kira-kira siapa saja,” kata Argo di Markas Polda Metro Jaya, Senin, 7 Agustus 2017.

Argo mengatakan sejauh ini kedua tersangka mengaku tidak pernah merencanakan penganiayaan terhadap Joya. Keduanya secara spontan ikut mengeroyok Joya yang diduga telah mencuri amplifier Musala Al-Hidayah.

Argo, dari keterangan NMH dan SH, memang diketahui ada pelaku yang membawa bensin dan korek api saat amuk massa terjadi. Namun poisi masih memburu pelaku yang membawa bensin dan yang menulutkan api.

“Jadi untuk yang kami tangkap ini, dia spontan saja karena ada yang mencuri di musala sehingga memukul. Kalau yang menyiram bensin kita tunggu saja,” kata Argo.

Seperti diketahui, Joya tewas dibakar massa di Pasar Muara, Kabupaten Bekasi, Selasa sore, 1 Agustus 2017. Ia dibakar hidup-hidup setelah dituduh mencuri amplifier musala. 

Kronologi kejadian

Awalnya Joya mendatangi Musala Al-Hidayah pada jam salat asar. Kemudian, bersama marbot musala, R, yang juga jadi saksi dalam kasus kematian Joya, melakukan salat Asar.

Usai salat, kondisi musala sepi. Saat itulah diduga Joya hendak mengambil amplifier atau pengeras suara milik musala. “Kemudian si saksi (R) ini melihat bahwa amplifier di musala tidak ada,” kata Argo Yuwono.

Melihat pengeras suara tidak ada, R pun bergegas mencari orang terakhir yang ada di sana bersamanya saat itu. Pria itu adalah Joya. Namun, R tak menemukan yang bersangkutan. 

Namun R tak berhenti mencari. R lantas mengajak warga ikut mencari Joya. “Kemudian si R dan warga mencari pelakunya hingga menemukan di pasar murah. Si terduga pelaku ini membawa ampli itu. Setelah dicek kemudian sama dengan yang ada di musala,” tuturnya.

Di sanalah warga yang tidak terima akhirnya melakukan perbuatan main hakim sendiri kepada Joya. Pengeroyokan itu pun akhirnya menimbulkan hilangnya nyawa Joya. “Karena dengan spontan mereka melakukan penganiayaan,” kata Argo. —Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!