Diperiksa enam jam, ini yang disampaikan Novel Baswedan

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Diperiksa enam jam, ini yang disampaikan Novel Baswedan
Penyidik polri tidak menunjukkan sketsa terduga pelaku kepada Novel

JAKARTA, Indonesia – Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan akhirnya diperiksa kembali oleh penyidik kepolisian di Singapura pada Senin, 14 Agustus. Kali ini proses pemeriksaan berlangsung di kantor KBRI yang masuk ke dalam wilayah Indonesia.

Itu merupakan salah satu ketentuan yang harus dipenuhi jika ingin meminta keterangan dari Novel. Menurut salah satu anggota tim advokasi Novel, Hariz Azhar, proses pemeriksaan dimulai pukul 11:00 hingga 16:00 waktu setempat. Lalu, apa yang disampaikan oleh penyidik senior lembaga anti rasuah tersebut?

Ada dua hal besar yang disampaikan Novel kepada dua penyidik Polri yakni kekecewaannya terhadap cara polisi menyelidiki kasus penyiraman air keras dan kronologi ketika peristiwa teror itu terjadi pada 11 April lalu.

“Polisi memang sempat mengarahkan dan bertanya hal-hal di luar peristiwa tanggal 11 April. Tetapi, Novel tidak mau menjawab. Di luar dari hal itu, Novel hanya ingin menyampaikan kepada TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta),” kata Hariz yang dihubungi Rappler melalui telepon pada malam ini.

Padahal, menurut Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, pembentukan TGPF dinilai belum perlu. Sebab, kini kerja sama antara Polri dengan KPK semakin erat untuk membongkar eksekutor dan dalang di balik penyerangan Novel. Namun, Novel mengaku sudah apatis kasusnya akan terungkap jika cara penanganan kepolisian masih menggunakan metode lama.

Bahkan, sketsa terduga salah satu pelaku baru dipublikasikan Tito usai 100 hari berlalu. Namun, Hariz mengatakan sketsa yang sempat ditunjukkan Tito tidak diperlihatkan kepada Novel.

“Tidak ada sketsa (yang ditunjukkan),” katanya.

Sementara, kekecewaan Novel menyakut tidak profesionalnya Polri dalam menyelidiki kasus penyerangan yang terjadi pada 11 April lalu. Setidaknya ada lima hal yang mengindikasikan hal itu, yakni:

  • saksi-saksi kunci justru dipublikasi oleh polisi. Padahal, seharusnya polisi melindungi mereka agar dapat memberikan keterangan dengan baik dan aman
  • penyidik terlalu terburu-buru membuat kesimpulan dan mempublikasikan kesimpulan mengenai terduga pelaku kepada publik. Sehingga, terkesan mereka ingin menutup-nutupi pihak tertentu.
  • tidak ditemukan sidik jari pada cangkir yang digunakan untuk menyiram air keras. Padahal, itu bukti penting.
  • penyidik Polri justru menjaga jarak dengan keluarganya dan tidak memberikan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP).
  • barang bukti berupa foto yang diduga pelaku sudah diberikan kepada polisi pada 19 April lalu. Namun, terkesan seperti tidak ditindak lanjuti.

“Padahal yang memberi tahu foto itu adalah seorang anggota Densus 88 Anti Teror. Foto yang diduga pelaku itu lalu, saya kirimkan kepada adik saya untuk diperlihatkan kepada beberapa orang di sekitar kejadian. Hasil, mereka mengenali foto itu,” kata Novel melalui keterangan tertulis.

Tidak menghalangi polisi

Menurut Hariz, Novel tidak banyak menyampaikan keterangan kepada polisi, karena harus menjaga kondisi tubuhnya. Ia diminta dokter untuk beristirahat cukup sebelum melalui proses operasi pada Kamis, 17 Agustus.

Tetapi, bagi Hariz pemeriksaan pada hari ini merupakan momentum penting yang perlu ditunjukkan kepada publik, yaitu ia bukan berniat menghalangi proses penyidikan polisi. Ia merasa tidak ada masalah jika ingin dimintai keterangan.

“Tetapi, untuk membongkar kasus ini, jangan hanya mengutamakan keterangan Novel dong. Dia kan sudah menjadi korban. Jadi, jangan ada lagi kesan bahwa seolah-olah karena dia tidak ingin diperiksa lalu kasusnya sulit diungkap,” kata salah satu calon Komisioner Komnas HAM itu.

Padahal, ujar Hariz, barang bukti sudah dikantongi oleh polisi. Mereka tinggal mengembangkan saja.

Lalu, apakah polisi juga menanyakan sosok jenderal yang dituding Novel sebagai aktor utama penyerangannya? Hariz mengatakan pertanyaan itu lebih sesuai dialamatkan ke Polri.

“Jangan itu ke Novel. Sebaiknya, itu tanya ke polisi,” kata dia. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!