Menlu Retno Marsudi diganjar penghargaan sebagai agen perubahan dari PBB

JAKARTA, Indonesia – UN Women dan Global Partnership Forum (GPF) memberi penghargaan kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebagai agen perubahan. Retno dianggap membuat berbagai terobosan khususnya dalam memajukan agenda 2030, pembangunan berkelanjutan dan penanganan berbagai isu global.

Namun, cara yang dipilih yakni melalui diplomasi kemanusiaan dan perdamaian. Saat ini, isu global yang tengah difokuskan Indonesia yakni membantu konflik di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Alih-alih menggunakan megaphone diplomacy, Indonesia lebih mengedepankan dialog. Khusus untuk penanganan Rakhine State, mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda itu mengusulkan formula 4+1.

“Indonesia mendorong perlunya: pemulihan, perdamaian dan stabilitas; menahan diri tidka menggunakan kekerasan; perlindungan bagi semua warga tanpa memandang agama dan suku; serta akses bantuan kemanusiaan. Di samping itu, Indonesia juga mendorong implementasi dari rekomendasi yang diusulkan dalam Kofi Annan Report,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir dalam keterangan tertulis pada Kamis, 21 September.

Lalu, apa komentar Retno usai memperoleh penghargaan bergengsi tersebut? Ia mengaku tidak ingin mengendorkan upayanya untuk membawa Indonesia dapat berkontribusi terhadap perdamaian di seluruh dunia.

“Penghargaan ini akan menjadi pendorong agar saya bekerja lebih keras lagi. Bekerja lebih keras bagi rakyat dan Bangsa Indonesia, bagi perdamaian dan kesejahteraan global serta bagi para perempuan di seluruh dunia,” kata Retno di New York ketika menerima penghargaan tersebut.

Penghargaan itu memang diberikan di sela penyelenggaraan pekan sidang umum PBB. Bagi organisasi UN Women dan GPF, Retno adalah sosok perempuan inspiratif.

“Ia adalah sosok panutan dan sumber insiprasi bagi jutaan perempuan baik di Indonesia maupun di dunia,” kata perwakilan UN Women dan GPF.

UN Women adalah lembaga PBB yang bertugas memajukan kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan. Sementara, GPF adalah lembaga non-profit yang bertujuan memajukan kemitraan inovatif bagi pembangunan. GPF memiliki komitmen untuk mendukung PBB dalam memajukan pembangunan berkelanjutan. – Rappler.co
m