Merajut mimpi menjadi animator bersama Does University

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Merajut mimpi menjadi animator bersama Does University
Pendiri sekolah animasi menyusuri kota dan kampung di Papua untuk mencari 'bibit' animator

 

SEMARANG, Indonesia – Melihat tingginya minat anak-anak Indonesia menonton film animasi, Erix Soekamti mendirikan sebuah sekolah animasi. 

Saat ditemui di kampus Universitas Semarang (USM) akhir September, pentolan band pop punk asal Yogyakarta Endank Soekamti bercerita panjang lebar mengenai perjuangannya membangun sekolah animasi yang ia beri nama Does University.

“Seni animasi itu ada banyak sekali, ada 2D maupun 3D. Kita di Does University mengajari anak-anak menggabungkan gerak gambar menjadi sebuah cerita yang lucu. Kita hanya men-direct mereka aja,” ungkap Erix saat mengawali obrolan dengan Rappler.

Dia mengaku tidak mudah mengajak anak-anak untuk menggeluti dunia animasi. Untuk Does University, Erix harus pergi jauh-jauh ke Papua dan pelosok desa untuk mencari bibit unggul. 

Lokasi Papua dipilih, kata Erix, untuk menantang adrenalin para kru Endank Soekamti. Dia merasa tertantang setelah mengetahui jika Kampung Waweyai berada ratusan kilometer dari pusat kota.

Untuk menuju ke sana, Erix harus menyusuri jalan raya di Kota Sorong, kemudian melewati Raja Ampat lalu berbelok ke Manokwari dan baru sampai ke lokasi tujuan.

“Kan dulu kita sudah pernah ke Lombok. Sekarang giliran Papua. Yang paling menantang itu saat naik speedboad selama dua jam untuk sampai Waweyai,” ujarnya.

Selain melakukan karantina untuk mempersiapkan album ke delapan, Erix juga mengajar anak-anak Papua membuat animasi.

Gelar pameran dan lauching album selama seminggu

Pada tanggal 10 Oktober nanti, Erix akan memggelar pameran animasi di Hotel Grand Indonesia Jakarta sekaligus meluncurkan album grup bandnya yang ke delapan. “Acaranya selama seminggu penuh,” katanya.

Dia mengatakan sengaja berkolaborasi dengan anak-anak Papua dalam membuat animasi untuk menumbuhkan mimpi-mimpi mereka di masa mendatang. Lagi pula, menurutnya lebih gampang mengajari anak-anak ketimbang orang dewasa mengingat kebutuhan hidupnya yang berbeda jauh.

“Yang jelas berkolaborasi sama anak-anak kampung Papua itu sangat asyik. Kalau orang dewasa kan sudah mikirin kebutuhan. Kalau bersama anak-anak, mereka masih bisa meraih mimpi yang lebih panjang dan tinggi,” terangnya.

“Jadi apa yang kita lakukan selama ini sebagai bentuk memumpuk mimpi yang paling mudah dan sangat menyenangkan. Kita mencoba kasih pembelajaran animasi untuk anak-anak yang tinggal di sana,” katanya.

Dia juga berpendapat anak-anak merupakan aset terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia karena masih punya mimpi-mimpi yang panjang.

Anak-anak Papua sangat antusias saat diajak belajar animasi, katanya. Bayangkan saja anak-anak menjadi tahu prosesnya sekaligus bisa menyaksikan sendiri.

Ia mengatakan seni animasi tidak bisa dikerjakan hanya satu atau dua orang. Akan tetapi dengan 20-30 orang. Untuk itulah, dirinya ingin mencetak sumber daya manusia yang unggul agar dapat disalurkan di industri animasi yang akan tumbuh lima tahun ke depan.

“Kalau sudah sesuai pasionnya maka mendapatkan kerja secara mandiri. Begiru pula dengan programer dan animator. Maka sadarlah akan potensi dan kebutuhan pasar supaya kita mampu bersaing di dunia kerja,” katanya. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!