Jokowi: Politik yang dipegang TNI adalah politik negara

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jokowi: Politik yang dipegang TNI adalah politik negara
Jokowi juga mengingatkan agar TNI berdiri di atas semua golongan dan tidak terjun ke politik praktis

JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menegaskan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak boleh masuk ke dalam politik praktis. Institusi militer itu harus berdiri di atas semua golongan, tidak terkotak-kotak oleh kepentingan politik yang sempit dan selalu menjaga netralitas di era demokrasi saat ini.

“Politik yang dipegang TNI adalah politik negara, loyalitas tentara hanyalah loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara. Politik dan loyalitas kepada bangsa dan negara itu berarti kesetiaan memperjuangkan kepentingan rakyat, kesetiaan untuk memperjuangkan keutuhan dan persatuan NKRI serta kesetiaan kepada pemerintah yang sah,” ujar Jokowi ketika berpidato di HUT ke-72 TNI pada Kamis, 5 Oktober di Cilegon, Banten.

Pernyataan yang disampaikan oleh mantan Gubernur DKI itu seolah menyindir Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang juga hadir di acara tersebut. Sebagian dari publik menilai pernyataan kontroversial yang selama ini diucapkan oleh Gatot sengaja untuk meraih simpati publik jelang Pilpres pada tahun 2019.

Teranyar, Gatot melempar isu soal adanya institusi non militer yang mengimpor 5.000 pucuk senjata dari luar negeri. Ia juga menyebut institusi tersebut mencatut nama Presiden Jokowi untuk memuluskan proses impor.

Seolah kebetulan, beberapa hari setelah itu, senjata yang diimpor oleh Polri tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Jumat malam, 29 September. Hingga kini, senjata tersebut masih tertahan di dalam gudang karena belum mendapat izin dari BAIS TNI. Tidak diketahui apa penyebab BAIS TNI belum mengeluarkan izinnya.

Jokowi menilai penting bagi tentara agar bersikap netral karena mereka lah yang berada di garda terdepan untuk menjaga keutuhan dan persatuan NKRI. TNI, kata Jokowi, harus berada di atas kepentingan semua golongan dan tidak terjun ke politik praktis.

Ia kemudian mengulang kembali sumpah prajurit yang dipegang oleh prajurit TNI. Salah satunya, berisi komitmen untuk tunduk kepada hukum, atasan dan tidak membantah perintah atau putusan. Poin lainnya yakni menjalankan semua kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada NKRI, tentara dan memegang semua rahasia.

“Ini adalah sumpah yang membanggakan. Betapa besar komitmen TNI kepada bangsa dan negara yang membawa kemulian bagi Indonesia,” kata Jokowi.

Ia juga mengingatkan kembali bahwa sebagai bangsa yang besar, banyak pihak luar yang ingin agar NKRI tak lagi utuh. Tetapi, ancaman tersebut, kata Jokowi juga bisa datang dari dalam.

Oleh sebab itu, dibutuhkan fondasi yang kokoh. Salah satunya, dengan mengingat kembali sumpah prajurit tersebut.

Dalam pidatonya, Jokowi juga menyebut di era perdagangan bebas seperti ini, Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain terus melakukan pembangunan ekonomi namun dengan fokus Indonesia sentris. Sementara, untuk bisa mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, situasi politik dan kemanan di dalam negeri harus stabil. Dengan demikian, tingkat kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia tidak akan luntur.

“Dalam dunia yang semakin transparan, tidak ada lagi yang bisa kita tutup-tutupi. Kejadian sekecil apa pun akan bisa diberitakan hingga ke mancanegara. Maka, tidak ada pilihan lain selain memberikan pesan bahwa Indonesia adalah negara yang stabil. Sinergi antara TNI dengan institusi lain di pemerintahan adalah mutlak dan wajib dijaga,” kata dia.

Jalan kaki

Sebelum tiba di lokasi upacara, Jokowi pun sempat terjebak kemacetan yang sangat parah. Alhasil, karena tidak ingin terlambat menghadiri upacara HUT TNI yang dimulai pukul 20:00, mantan Walikota Solo itu turun dari mobil kepresidenan dan memilih berjalan kaki.

“Saat itu, jarak dari kendaraan yang ditumpangi Presiden ke lokasi kurang lebih 2 kilometer. Sementara, kendaraan Presiden tidak bergerak selama hampir 30 menit. Melihat situasi seperti ini, Presiden akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki,” demikian isi rilis dari Biro Pers Istana yang diterima Rappler pada Kamis pagi, 5 Oktober.

Semula, Jokowi berjalan kaki hanya didampingi perangkat kepresidenan. Tetapi, akhirnya menyusul Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang semula juga terjebak macet. Lalu, di belakangnya juga menyusul Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan semua Kepala Staf dari berbagai matra.

Maka, pemandangan tersebut menimbulkan kehebohan tersendiri. Warga yang menyaksikan berteriak memanggil nama Jokowi.

“Pak Jokowi.. Pak Jokowi,” ujar warga yang melihat Jokowi berjalan kaki.

Kehadiran Jokowi di HUT TNI dilakukan di sela kunjungan kerjanya di Provinsi Banten. Siang harinya ia dijadwalkan akan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Cilegon. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!