Media sosial jadi cara ampuh tingkatkan kesadaran publik mengenai laut

Ananda Nabila Setyani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Media sosial jadi cara ampuh tingkatkan kesadaran publik mengenai laut
Isu pelestarian laut yang tidak terkait langsung dengan publik adalah pola pikir yang keliru

JAKARTA, Indonesia – Bagaimana caranya untuk mendekatkan isu biodiversitas laut kepada kaum muda? Sementara, bagi sebagian besar masyarakat, isu ini dianggap sebagai permasalahan yang berat dan tidak berpengaruh secara langsung ke dalam hidup mereka.

Influencer dan Youtubers Pangeran Siahaan dan Iman Sjafei mencoba memberikan masukannya. Keduanya sepakat bahwa isu keragaman bawah laut memang belum dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kampanye yang cerdas untuk menghindari pola pikir pragmatis di masyarakat.

“Suatu kampanye yang mereka anggap berat dan tidak langsung bersentuhan dengan kita, cenderung akan dilewati. Itu disebut pragmatisme,” kata Iman di acara bincang Social Good Summit (SGS) 2017 yang diadakan di Plaza Indonesia pada Rabu, 4 Oktober.

Menurut Iman, pada dasarnya publik masih belum paham mengenai pentingnya menjaga kehidupan bawah laut.

“Kayaknya mindsetnya harus dibalik. Biasanya satu kampanye akan memberitahukan kita mengenai biaya dan kerusakan laut. Itu harus dibalik, kita harus melihat langsung untuk melihat betapa indahnya laut kita itu,” kata dia.

Selain itu, keduanya juga mengusulkan agar keindahan laut Indonesia ‘dipamerkan’ di media sosial dalam skala yang juga masif. Penggunaan platform media sosial dekat dengan anak muda dan mereka menghabiskan banyak waktunya menatap aplikasi tersebut. Mereka meyakini dengan strategi itu, dapat mendongkrak promosi pariwisata Indonesia.

“Kebiasaan kita pamer itu bisa menjadi kepentingan yang bisa ditunggangi dalam promosi wisata,” katanya.

Selain sikap masyarakat yang apatis, ternyata bagi sebagian yang peduli isu tersebut meyayangkan absennya pemerintah di lapangan dalam menjaga kelestarian alam bawah laut. Malah, sebagian besar yang mengeksploitasi adalah warga asing yang bermukim di Indonesia.

Hal itu diungkap oleh sutradara, blogger dan penyelam, Iman Brotoseno. Ia mengatakan pernah membuat karya film yang menampilkan keindahan Laut Banda berjudul ‘Ring of Fire’.

“Saya sedih negara enggak hadir. Wilayahnya kita (area Indonesia) tapi guidenya orang bule,” kata Iman di acara yang sama.

Selain absen, warga lokal justru tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian laut. Sebagai bukti, ketika ia menyelam, Iman masih sempat mendengar beberapa kali suara dentuman dari pengeboman ikan. Bahkan, ia pun turut menemukan praktik penggunaan potas ikan yang beracun.

“Saya heran, kok negara enggak hadir ya? Akhirnya, bagaimana kita bisa mencintai laut?,” katanya.

Sebagai seorang blogger, ia juga mengimbau kepada publik agar mulai menulis mengenai ekosistem laut di Indonesia. Ia percaya dengan menggunakan kekuatan media sosial mampu menjangkau efek global dan cepat viral. Selain itu, jangan lagi berpikir bahwa laut terletak di halaman belakang.

“Itu harus diubah (pola pikirnya). Laut adalah halaman depan rumah kita,” tutur dia.

Menurut Iman, salah satu alasan mengapa masyarakat di pesisir masih melakukan pemboman karena seringnya mereka terisolasi selama tiga bulan. Oleh sebab itu, ia berkisah pernah membawakan beberapa peralatan seperti semen, pompa air dan alat-alat bangunan agar masyarakat di pesisir bisa bertahan hidup. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!