Stasiun televisi NHK meminta maaf karena reporternya tewas akibat kelelahan bekerja

Bernadinus Adi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Stasiun televisi NHK meminta maaf karena reporternya tewas akibat kelelahan bekerja
Miwa Sado tewas karena kelebihan jam kerja selama 159 jam dalam satu bulan

JAKARTA, Indonesia – Pimpinan saluran televisi nasional Jepang NHK Ryoichi Ueda meminta maaf terkait meninggalnya salah satu reporter mereka Miwa Sado pada 2013 lalu. Jurnalis berusia 31 tahun itu diketahui meninggal karena gagal jantung yang dipicu waktu kerja yang berlebihan.

Miwa diketahui kelebihan jam kerja selama 159 jam dalam satu bulan. Miwa hanya mengambil libur selama dua hari pada bulan tersebut.

Ia ditemukan tewas di kamar tidurnya pada bulan Juli 2013 dan dilaporkan menggenggam telepon selulernya. Ketika itu, ia diketahui tengah meliput Pilkada di Tokyo di bulan Juni dan pemilihan anggota parlemen. Bahkan, di bulan Juli ia dijadwalkan meliput pemilu anggota parlemen nasional.

Dia ditemukan tidak bernyawa tiga hari usai pemilihan anggota parlemen digelar.

“Presiden stasiun televisi NHK sudah bertemu dengan orang tua Miwa di rumah mereka pada Jumat pagi dan meminta maaf secara resmi,” ujar juru bicara stasiun televisi NHK kepada media.

Langkah itu ditempuh usai pada sehari sebelumnya Ryoichi menyampaikan kepada publik akan menemui keluarga Miwa dan berbicara dengan mereka secara langsung.

Tim investigasi yang didukung Pemerintah Jepang akhirnya melakukan penyelidikan terhadap kematian Miwa pada tahun 2014. Dari situ, diketahui bahwa kematiannya terkait jam kerja yang melebihi batas.

Stasiun televisi NHK akhirnya mengungkap hasil investigasi itu kepada publik karena keluarga Miwa mengancam akan membawa kasus ini ke meja hijau.

Namun, orang tua Miwa masih belum dapat merelakan kepergian putrinya itu.

“Hati saya hancur jika memikirkan mungkin saat itu ia ingin menelepon saya,” ujar sang ibu kepada harian Asahi Shimbun.

Dia merasa dengan kematian Miwa, separuh jiwanya ikut hilang. Tubuhnya merasa hancur. “Saya tidak akan mampu kembali untuk tertawa seumur hidup saya,” katanya.

Ironi

Kematian Miwa merupakan satu ironi dan tanda tanya tersendiri bagi stasiun televisi milik pemerintah Negeri Sakura tersebut. Pasalnya, NHK aktif melaporkan kematian tragis yang terjadi di perusahaan lain, termasuk aksi bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan muda pada tahun 2015 lalu. Perempuan yang diketahui bekerja di sebuah biro iklan itu mengakhiri hidupnya setelah bekerja selama 100 jam dalam satu bulan.

Pengadilan Tokyo pada Jumat kemarin memerintahkan Biro Iklan Dentsu untuk membayar denda senilai 500 ribu Yen karena membiarkan karyawannya termasuk perempuan yang masih muda, untuk bekerja melebihi batas waktu.

Namun, Ryoichi berjanji akan memperbaiki kondisi bekerja di NHK.

“Kami menyesal telah kehilangan seorang reporter andal dan akan menindak lanjuti secara serius fakta bahwa kematiannya terkait beban kerja,” kata Ryoichi ketika memberikan keterangan pers pada Kamis kemarin.

Ia berjanji akan bekerja bersama dengan orang tua Miwa untuk membawa perubahan tersebut ke dalam lingkup kerja NHK. Sementara, Menteri Tenaga Kerja Katsunobu Kato pada Jumat kemarin mendorong NHK untuk mengurangi jam kerja yang panjang.

“Kami mendorong agar NHK mengelola jam kerja dan memotong jam kerja yang panjang, sehingga insiden serupa tidak kembali terulang,” kata Katsunobu kepada harian Asahi Shimbun.

Peristiwa yang kerap berulang

Peristiwa yang menimpa Miwa bukan kali pertama terjadi di Jepang. Setiap tahun, jam kerja panjang diklaim sebagai penyebab tewasnya puluhan orang. Kelelahan akhirnya memicu stroke, serangan jantung dan aksi bunuh diri. Di sana, hal tersebut lazim disebut “karoshi”.

Sebagai contoh, pada bulan Juli, orang tua dari seorang pekerja stadion Olimpiade Tokyo menuntut kompensasi dan meminta agar anaknya diakui bunuh diri karena kelebihan beban kerja. Karyawan sebuah perusahaan konstruksi itu, yang mulai bekerja di bulan Desember 2016, bekerja selama 200 jam selama satu bulan. Jasadnya ditemukan di bulan April dengan sebuah memo yang bertuliskan bahwa ia sudah mencapai batas kelelahan fisik dan mental.

Berdasarkan laporan pemerintah mengenai kematian akibat beban kerja dan dirilis ke publik pada Jumat kemarin, ada 191 kasus ‘karoshi’ yang tercatat pada periode Maret 2016-Maret 2017.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa 7,7 persen karyawan di Jepang sudah biasa bekerja lembur lebih dari 20 jam dalam satu pekan. 

Untuk mengatasi permasalahan itu, pada bulan Mei lalu pemerintah pernah merilis ke publik para perusahaan yang kerap mempekerjakan karyawan melebihi batas waktu. Tercatat, ada 300 nama perusahaan di sana, termasuk biro iklan ternama Dentsu dan anak perusahaan Panasonic. Mereka dianggap telah melanggar aturan Kementerian Tenaga Kerja.

Kemudian, pada bulan Februari lalu, Pemerintah Jepang meluncurkan program ‘Jumat Premium’. Pemerintah menyerukan kepada para karyawan agar pulang dari kantor lebih awal pada hari Jumat terakhir di bulan tersebut. Sayangnya, karena program itu hanya berupa imbauan, maka tidak sepenuhnya dipatuhi oleh perusahaan di sana. – dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!