Survei LSI: Prabowo saingan terberat Jokowi di Pilpes 2019

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Survei LSI: Prabowo saingan terberat Jokowi di Pilpes 2019
Bahkan Prabowo unggul di Jawa Barat

BANDUNG, Indonesia — Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru yang dilakukan 22 – 29 September 2017.  Survei yang mengambil sampel  di wilayah Jawa Barat ini fokus mengukur elektabilitas dan popularitas calon gubenur dan wakil gubernur Jawa Barat, juga calon presiden dan wakil presiden. 

Untuk calon presiden dan wakil presiden, nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto masih menjadi figur yang menonjol. Berdasarkan hasil survei dengan metode multistage random sampling dan jumlah responden 440 orang ini, elektabilitas Prabowo Subianto mengungguli Jokowi.

Melalui simulasi head to head antara Prabowo dan Jokowi, jika pilpres dilakukan hari ini, Prabowo akan unggul di angka 53,2 persen dan Jokowi 41,6 persen di Jawa Barat. Prabowo juga unggul dengan prosentase 45,2 persen dalam simulasi 6 calon, yakni Jokowi, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Yusril Ihza Mahendra, dan Tito Karnavian.

Sementara melalui pertanyaan terbuka calon presiden yang akan dipilh responden jika pilpres dilakukan hari ini, Jokowi unggul tipis dengan prosentase 23,9 persen dibanding Prabowo yang prosentasenya 23,4 persen.  Sehingga kedua nama tersebut menjadi capres yang cukup dominan saat ini. Namun yang menjadi perhatian, jumlah responden yang belum menentukan pilihan, merahasiakan pilihannya, atau tidak jawab masih tinggi, yakni 40,9 persen.

Keunggulan Prabowo dibanding Jokowi di Jawa Barat memang seperti yang terjadi saat Pilpres 2014, di mana Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa unggul sebesar 59, 78 persen dan pasangan Jokowi – Jusuf Kalla hanya memperoleh 40,22 persen.

Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA Toto Izul Fatah menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan Prabowo lebih unggul di tanah Pasundan.  Faktor pertama, lanjut Toto, karateristik prilaku pemilih di Jawa Barat yang masuk dalam kategori “religius”.

“Religius dalam tanda petik karena kalau tidak pakai tanda petik masih debateable.  Religius di sini lebih karena karakter ideologisnya. Banyak pemilih yang berkategori itu (di Jawa Barat),” papar Toto saat dihubungi Rappler melalui sambungan telepon Minggu malam, 8 Oktober 2017.

Di sisi lain, kata Toto, ada faktor kecenderungan Jabar dekat secara geografis dengan Jakarta, di mana masyarakat Jawa Barat lebih terkena dampak dari kebijakan program yang dianggap tidak seusai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Barat.Alasan lainnya ada beberapa pemilih yang memilih karakter figur berdasarkan emosional atau bisa disebut “irasional”.

“Kategori pemilih ‘irasional’ itu lumayan banyak pemilihnya, rata-rata sebanyak 70-80 persen. Kategori pemilih ini dominan karena emosinya. Sebagian berbasis ideologi agama,  sentimen suku dan lain sebagainya,” ungkap Toto. 

Namun Toto mengatakan, hasil survei capres di Jabar ini tidak menggambarkan hasil survei secara nasional.  Selain karena prosentase responden tidak mewakili secara nasional, sample random yang dipakai pun tidak memenuhi syarat untuk diklaim representasi secara nasional.

“Kemarin kita sengaja plot untuk mengetahui elektabilitas capres di Jawa Barat.  Ini bukan reprenstasi nasional,” jelas Toto

Mengenai elektabilitas Jokowi, Toto mengatakan, posisinya masih sangat rawan untuk bisa terpilih kembali.  Hal itu disebabkan elektabilitas Jokowi masih belum masuk kategori perkasa, bahkan cukup mengkhawatirkan. Toto membandingkan dengan posisi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat periode yang sama dengan Jokowi.  Elektabilitas SBY jelang dua tahun pilpres, bertengger di angka 50 persen lebih. Sementara Jokowi paling tinggi hanya 40 persen.

“Ini masih rawan untuk Jokowi terpilih kembali, kalau tidak cerdas memanfaatkan peluang,” ujar Toto.

Sementara posisi Prabowo, kata Toto, meskipun posisinya masih sekitar 30 persen,  tapi masih cukup jadi bekal bagi Prabowo, jika dibanding saat dia start di 2014 dengan elektabilitas di bawah 10 persen.

Walaupun begitu, menurut Toto, masih banyak kemungkinan yang terjadi di H-2 tahun Pilpres 2019 bagi kedua figur tersebut. Toto mengatakan, dinamika ekonomi dan politik dalam dua tahun ke depan mash sangat berpotensi menggoyang bahkan merontokkan elektabilitas Prabowo dan terutama Jokowi.  Seperti, fenomena daya beli masyarakat yang semakin menurun dan ancaman devisa yang semakin menyusut.  Toto menilai kedua hal tersebut berpotensi merontokkan elektabilitas Jokowi.

“Jika dalam dua tahun,  dia (Jokowi) tidak mampu membuat kebijakan yang bukan cuma populis, tapi juga berdampak signifikan pada kekokohan stabilitas negara, khususnya ekonomi, saya kira rawan bagi Jokowi dengan elektabilitas hari ini,” ucap Toto.Sementara itu, hasil survei LSI juga memunculkan calon alternatif, selain Prabowo dan Jokowi.  Toto mengatakan, Panglima TNI Gatot Nurmantyo memiliki peluang sebagai capres alternatif. 

“Gatot panglima sekarang juga potensial kalau misalnya ada manuver yang salah dari Jokowi, malah bisa mengantarkan Gatot pada popularitas dan elektabilitas karena salah langkah mengambil kebijakan, entah dipecat entah apa.  Ini bukan mustahil, dia menjadi salah satu alternatif,” ujar Toto. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!