Kunjungan senyap Emir Qatar ke Indonesia

Bernadinus Adi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kunjungan senyap Emir Qatar ke Indonesia
Emir Qatar akan berada di Indonesia selama dua hari

JAKARTA, Indonesia – Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani dipastikan akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada pekan depan. Tamim dijadwalkan tiba di Tanah Air pada Selasa sore, 17 Oktober.

Menurut Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Sunarko, ini merupakan kunjungan balasan ketika Presiden Joko “Jokowi” Widodo berkunjung ke Qatar pada tahun 2015 lalu. Kendati hanya berlangsung selama dua hari, namun Pemerintah Indonesia tetap menyambut kunjungan tersebut.

“Kunjungan Emir Qatar kami sambut secara positif sebagai bentuk komitmen kerjasama Indonesia dan Qatar yang sudah menjalin hubungan diplomatik selama 41 tahun. Hal ini mengkuhkan kembali komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerjasama dua negara di berbagai bidang,” ujar Sunarko ketika memberikan keterangan pers di Gedung Kemlu pada Jumat, 13 Oktober.

Kendati antusiasme publik dan media tidak seheboh saat kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz, namun proses penyambutan Emir Qatar tetap dilakukan sesuai protokol untuk tamu negara. Rencananya, Tamim akan didampingi 9 Menteri dan 43 pengusaha asal Qatar. Mereka bergerak di sektor utama seperti energi, investasi, perdagangan, keuangan dan kamar dagang dan industri (Kadin).

“43 pengusaha dari Qatar akan kami padukan dengan sekitar 150 pengusaha di sektor utama tadi dan sektor perdagangan serta retail,” kata dia.

Pertemuan bisnis antar kedua negara rencananya akan digelar pada Rabu, 18 Oktober. Di hari yang sama, Tamim akan diterima oleh Presiden Jokowi di Istana Bogor.

Lalu, mengapa rencana kunjungan terhadap Tamim terkesan diam-diam dan tidak heboh seperti kedatangan Raja Salman? Apakah hal ini dilakukan agar tidak membuat perwakilan Arab Saudi di Jakarta tersinggung?

Sunarko menepis adanya anggapan demikian. Rencana kunjungan Tamim sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, bahkan sebelum terjadi krisis diplomatik antara Qatar dengan beberapa negara di kawasan Timur Tengah.

“Sudah direncanakan sejak tahun 2016 malah kunjungan balasan ini. Namun, karena situasinya di sana belum memungkinkan sehingga terus tertunda. Penyambutan dari Pemerintah Indonesia juga sama seperti dan standar saja. Kan kita juga sudah memiliki standar protokol,” kata Sunarko ketika dihubungi Rappler melalui telepon.

Ia mengakui jika jumlah delegasi yang dibawa Emir Qatar tidak sebesar rombongan Raja Salman. Kunjungan Salman dan rombongannya ketika itu memang bukan sekedar untuk bekerja, tetapi lebih fokus ke berlibur di Pulau Dewata.

“Bahkan, Emir-Emir di luar acara resmi malah ikut datang ke Indonesia,” tutur dia. (BACA: LIVE UPDATES: Kunjungan perdana Raja Salman ke Indonesia)

Selain itu, Sunarko juga mengakui jika Saudi dianggap sebagai negara di Timur Tengah yang memiliki tempat khusus di hati publik Tanah Air. Salah satunya tentu karena dijadikan tempat tujuan untuk melakukan umrah dan ibadah haji.

“Jutaan warga Indonesia kan juga pernah ke sana. Sementara, berbeda dengan Qatar ini,” katanya.

Tetapi, ia menegaskan, baik Qatar dan Arab Saudi sama-sama dianggap sebagai negara sahabat bagi Indonesia.

Pemerintah Indonesia pun mencoba untuk memanfaatkan kunjungan singkat Emir Qatar ini untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi. Menurut data dari juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir, per tahun 2016, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 900 juta.

“Beberapa produk yang menjadi ekspor kita ke sana seperti otomotif, furnitur, tekstil, sepatu dan plastik. Sementara, kita mengimpor dari Qatar sebagian besar untuk produk minyak,” kata Arrmanatha di tempat yang sama.

Jumlah WNI yang bermukim di Qatar juga tidak bisa dibilang sedikit. Ada sekitar 30 ribu jiwa, yang merupakan pekerja profesional.

Krisis diplomatik

Berbicara mengenai Qatar tentu tidak luput membahas kelanjutan krisis diplomatik antara negara Teluk tersebut dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah yang dipimpin Saudi. Beberapa negara di Timur Tengah memutuskan hubungan bilateral mereka dengan Qatar dengan alasan negara yang dipimpin Syekh Tamim telah mendanai aksi teror.

Salah satu kelompok teroris yang diduga didanai Qatar adalah Ikhwanul Muslimin. Tuduhan itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Qatar.

Mereka mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan dilandasi kebohongan. Buntut dari pemutusan hubungan diplomatik itu, Saudi mengusir warga Qatar yang bermukim di sana.

Pemerintah Saudi juga melarang pesawat yang akan ke Qatar atau dari Qatar melewati wilayah udaranya.

Presiden Jokowi kemudian mencoba menawarkan solusi untuk membantu. Bahkan, jika perlu menengahi. (BACA: Jokowi telepon Presiden Turki dan Emir Qatar membahas krisis diplomatik)

Niat itu sudah disampaikan Jokowi ketika menghubungi Emir Tamim dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada bulan Juni lalu. Bahkan, mantan Gubernur DKI itu kemudian mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menemui Raja Saudi Salman bin Abdulaziz dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Mengapa Iran ikut ditemui? Karena satu-satunya negara yang terang-terangan mendukung Qatar adalah Iran.

Iran menduga Qatar dikucilkan karena menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan mereka. Lalu, apakah isu itu akan dibahas oleh kedua pemimpin di Jakarta?

Sunarko mengatakan tidak tertutup kemungkinan krisis diplomatik itu akan mengemuka dalam pertemuan bilateral. Sebab, di sela pertemuan di tingkat kepala negara, biasanya mereka akan membicarakan isu-isu yang terjadi di kawasan, selain menyinggung bilateral negara.

“Jadi, isu-isu bilateral, regional dan internasional itu akan menjadi bahasan pemimpin kedua negara karena kita mempunyai kepentingan bersama,” kata dia.

Sementara, Arrmanatha menjelaskan sejauh ini Indonesia tetap bersedia membantu Qatar. Namun, belum diketahui apakah membantu itu termasuk menjadi penengah krisis.

“Tentunya kita selalu siap untuk memberikan dukungan,” kata Arrmanatha.

Tanggung jawab itu lagipula sudah dipikul oleh Kuwait yang mencoba untuk menjadi penengah antara Qatar dengan negara Teluk lainnya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!