Karya inovatif anak bangsa bagi penyandang low vision

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Karya inovatif anak bangsa bagi penyandang low vision
Ada 26 desain yang masuk ke dalam lomba untuk menciptakan alat bantu low vision

BANDUNG, Indonesia – Syamsi Dhuha Foundation (SDF) menggelar berbagai kegiatan dengan tema “My Sight, My Blessing dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia yang diperingati setiap Kamis minggu kedua di bulan Oktober. Tema itu diambil untuk mengajak semua orang, baik yang memiliki keterbatasan penglihatan maupun yang awas agar lebih mensyukuri karunia Tuhan.

“Jadi untuk teman-teman yang punya keterbatasan penglihatan tetap bisa mensyukuri sesedikit apapun penglihatan yang mereka miliki. Sedangkan, untuk yang tidak ada (penglihatan) sama sekali pun memiliki kesadaran yang mau kita bangun. Mereka memang tidak bisa melihat tapi mereka masih bisa tetap berkarya. Untuk orang awasnya memang lebih bersyukur lagi,” kata Ketua SDF, Dian Syarief kepada Rappler, saat ditemui di lokasi acara di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran pada Sabtu, 14 Oktober.

Pada peringatan tahun ini, SDF menggelar Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra (LDABDN) 2017. Lomba ini guna merangsang para inovator untuk menciptakan alat bantu Low Vision (Lovi) yang selama ini harus diimpor.

“Tahun ini lebih banyak karya yang dihasilkan. Buat kami yang terpenting itu ada terobosan alat bantu karena selama ini kami mengandalkan alat bantu yang sudah jadi. Kalau alat jadi kami harus impor dari luar. Meskipun ini baru prototype, tapi ini kami buat sendiri. Valuenya sangat berbeda,” tutur Dian yang juga penyandang Lovi.

Lomba ini mendapat sambutan positif. Meski dibatasi hanya untuk peserta dari Pulau Jawa, lomba itu menarik 30 orang peserta yang mendaftarkan diri dengan berbagai desain alat bantu Lovi. Mereka datang dari Bandung, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.

Dari 26 desain yang masuk, terpilih 8 finalis oleh dewan juri. Kemudian, mereka memutuskan tiga finalis terbaik untuk mendapat hadiah berupa uang.

Lomba tersebut berhasil dimenangkan oleh tiga orang mahasiswa ITB dengan alatnya yang bernama PiCirclet. Alat ini diciptakan untuk membantu para disabilitas netra dan Lovi membaca buku.

Pemenang kedua, alat bantu Lovi yang diberi nama iStick, yaitu tongkat untuk mendeteksi penghalang, panas dan air, hasil rancangan 2 mahasiswa ITB. Sedangkan, pemenang ketiga dimenangkan oleh 3 orang pelajar SMA Negeri Unggulan MH Thamrin Jakarta yang berhasil menciptakan Stormer, tas pinggang yang bisa membedakan pecahan uang kertas.

“Memang lebih mudah impor barang dari Tiongkok atau India. Tinggal transfer, barang pun datang. Tapi apakah memang kita tak bisa membuat sendiri alat bantu yang dibutuhkan ini? Yang SDF coba hidupkan adalah semangat untuk berkreasi dan berinovasi. Tak mudah patah, tak mudah menyerah dengan situasi dan kondisi Negeri yang terkadang kurang kondusif ini,” kata dia.

Dengan terus berkarya, menurut Dian, maka Indonesia suatu saat dapat menjadi bangsa yang penuh ide kreatif dan inovatif.

Di puncak acara WSD tahun ini, ratusan penyandang disabilitas netra mengikuti berbagai acara yang digelar panitia. Mereka memanfaatkan kesempatan konsultasi mata gratis dengan dokter mata dari berbagai spesialisasi, seperti retina, infeksi, dan glukouma. Ada pula peluncuran audio book ‘Belajar Bahagia’, penggalan perenungan Eko Pratomo dan Dian Syarief yang diambil dari buku setebal 400 halaman dengan judul yang sama. Audio book ini dipersembahkan bagi mereka yang miliki keterbatasan penglihatan juga bagi yang miliki keterbatasan waktu untuk membaca.

Demi mengasah kemampuan finansial para disabilitas netra, SDF juga menyelanggarakan Kelas Cerdas Finansial.

“Tujuannya supaya disabilitas netra bisa teredukasi soal kecerdasan finansial. Jadi, mereka bisa mengelola keuangan, baik yang berasal dari usaha mereka atau mendapat penghasilan sebagai karyawan,” ujar Dian.

Acara ini dimeriahkan pula dengan persembahan tarian dari Aceh ‘Ratoh Duek’ yang dibawakan sahabat Lovi dan relawan, serta lagu tematik dari The LuLo yang beranggotakan penyandang Lupus, Lovi dan relawan serta penampilan khusus dari para pemenang Song and Music Competition yang diadakan SDF tahun 2016 lalu.

Pada kesempatan WSD kali ini, para peserta acara yang datang diajak untuk menyumbangkan e-waste (sampah elektronik) yang akan didaur ulang guna mencegah pencemaran lingkungan yang dapat terjadi jika sampah elektronik tersebut dibuang sembarangan. Adapun e-waste ini dapat berupa komputer, printer, dan gadget, beserta aksesoris berupa adaptor, kabel, power bank, dan charger yang sudah tidak terpaka atau rusak. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!