Canangkan deteksi dini kanker serviks, pejabat Pemprov Jabar tak tahu data

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Canangkan deteksi dini kanker serviks, pejabat Pemprov Jabar tak tahu data
“Aduh saya lupa yah angka persisnya berapa, tapi memang yang kanker serviks dan kanker payudara termasuk dua yang terbanyak dan teratas.”

BANDUNG, Indonesia — Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mencanangkan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Senin 30 Oktober 2017.  

Pencanangan di tingkat provinsi ini, kata Heryawan, merupakan instruksi dari pemerintah pusat yang telah mencanangkan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan, April 2015 lalu.

Gubernur yang biasa dipanggil Aher itu menyebutkan, kanker serviks dan payudara merupakan pembunuh nomor dua di dunia setelah penyakit jantung.  Namun saat ditanya data kasus kanker serviks dan payudara di Jawa Barat, Aher tidak menjawabnya secara gamblang.

“Saya kira samalah dimana-mana, kalau sudah di dunia begitu, sama pasti,” katanya. Ketika dicecar lagi oleh wartawan mengenai data pasti kasus dua jenis kanker tersebut di Jawa Barat, Aher mengelak. “Ada di dinas kesehatan yah,” kata Aher sambil berlalu.

Wartawan pun mencoba bertanya ke Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dodo Suhendar yang hadir dalam acara tersebut.  Sama dengan Aher, Dodo pun berkelit.“Nanti dari Hasan Sadikin (RS Hasan Sadikin) yah, lebih akurat,” kata Dodo.

Dodo kemudian menjelaskan jika pihaknya hanya melakukan upaya promotif dan preventif secara sistematis dalam menanggulangi penyakit kanker serviks dan payudara. Upaya promotif melalui cara sosialisasi dan penyuluhan, sedangkan preventif dengan cara mengajak perempuan melakukan deteksi dini kanker servik dan payudara.  

Deteksi dini kanker serviks bisa dengan pap smear atau IVA Test.  Sementara, deteksi dini kanker payudara melalui Sadari (pemeriksaan payudara sendiri) dan Sadanis (pemeriksaan payudara secara klinis).“Diharapkan dengan deteksi dini, kita bisa menemukan kondisi lebih dini pada stadium satu atau lesi,” ujarnya.

Direktur RS Hasan Sadikin, Ayi Djembarsari, yang ditanya wartawan mengenai hal sama, ternyata juga mengaku tidak mengetahui data kasus kanker serviks dan payudara yang ditangani di rumah sakitnya.  Ayi menegaskan data tersebut dimilikinya, namun ia lupa.

“Aduh saya lupa yah angka persisnya berapa, tapi memang yang kanker servik dan kanker payudara termasuk dua yang terbanyak dan teratas,” ungkap Ayi yang ditemui dalam kesempatan yang sama.

Akan tetapi, Ayi memperkirakan, trend kasus kedua jenis kanker itu meningkat setiap tahunnya. “Trendnya meningkat karena ketemu (kasusnya), aksesnya terbuka, dengan adanya  BPJS, yang tadinya tidak pernah berobat, jadi berobat,” ujarnya.

Deteksi dini kanker serviks dan payudara gratis

Dengan dicanangkannya Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara ini, setiap perempuan di Jawa Barat bisa menjalani pemeriksaan IVA Test dan Sadanis secara gratis. Namun deteksi dini gratis itu diperuntukkan bagi peserta BPJS. 

“Silakan datang ke Puskesmas setempat.  Untuk peserta BPJS gratis, yang bukan peserta bayarnya murah, kurang lebih Rp 120 ribuan, tidak terlalu mahal.  Makanya lebih baik diketahui, diperiksa, daripada tiba-tiba gangguannya sudah stadium 3 atau 4,” kata Dodo.

Lebih jauh, Dodo menjelaskan, pihaknya sudah melatih tenaga kesehatan di sejumlah puskesmas di Jawa Barat sehingga mampu melakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara.  Namun dari 1058 puskesmas, Dinkes Jabar baru melatih sekitar 25 persennya.  Kendalanya, terletak pada terbatasnya anggaran.

“Untuk penanggulangan penyakit menular anggarannya Rp 4 miliar,  tapi untuk PTM (penyakit tidak menular) termasuk (deteksi dini kanker) ini sampai Rp 2 milyaran, tentunya masih kurang.  Ke depan, kita harus ditingkatkan anggarannya, untuk memperbanyak pelatihan tadi dan tentu pemberdayaan laboratoriumnya,” ujar Dodo.

Dengan memperbanyak petugas dan tempat pemeriksaan deteksi dini kanker, Dodo berharap target 7 juta perempuan yang melakukan deteksi dini bisa tercapai.  Langkah ini sebagai upaya pencegahan terhadap kanker stadium lanjut.

“Umumnya yang datang sudah pada stadium 3, sudah parah.  Pengobatan juga harus kemoterapi karena sudah ada jalaran di tempat yang lain, dan itu biayanya mahal dan ngantri,” kata Dodo.

Kenyataan itu diamini Ayi yang mengatakan pasien kanker serviks dan payudara yang datang ke RS Hasan Sadikin kebanyakan sudah dalam kondisi sulit disembuhkan.

“Biasanya yang datang agak lanjut.   Kalau diobati hasil pengobatan juga tidak terlalu bagus. Jadi kita memang harapkan ketemunya yang kasus-kasus dini supaya pengobatan juga bagus hasilnya.  Kalau kita kaitkan dengan biaya juga jadi lebih murah,” katanya.  —Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!