Istri petinggi ISIS asal Indonesia ditangkap di Filipina

Bernadinus Adi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Istri petinggi ISIS asal Indonesia ditangkap di Filipina
Minhati disergap di rumahnya di Tubod, kota Iligan pada Minggu pagi tadi

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Otoritas berwenang di Filipina mengonfirmasi pada Minggu, 5 November bahwa mereka telah menahan Minhati Madrais, istri dari Omar Maute, petinggi kelompok militan Maute. Direktur Nasional Polisi Filipina (PNP) di bagian utara Mindanao Tim Pacleb mengatakan Minhati ditangkap di sebuah rumah di Tubod.

Ia ditangkap sekitar pukul 09:30 waktu setempat. Saat digeledah, polisi menemukan Indonesia milik Minhati yang sudah kedaluarsa, beberapa alat yang menjadi bahan baku membuat bom, seperti timer bom dan 2 peledak.

Selain Minhati, polisi setempat juga membawa dua putri dan 4 putranya untuk koordinasi mengenai hak asuhnya dengan badan regional Departmen Sosial pemerintah Filipina. Namun, mereka menolak membawa keenam anak Minhati ke Bahay Pag-asa. Menurut mereka, di sana tidak tersedia fasilitas untuk merawat keenam anak tersebut dan hanya dijaga oleh satu personel keamanan.

Seorang pekerja sosial Funjefrias Sacan kemudian menyarankan agar anak-anak itu dibawa ke kantor pusat kesejahteraan sosial di Cagayan de Oro City. Sementara, Minhati lebih banyak diam dan enggan berbicara ketika dimintai keterangan. Ia mengaku baru akan berbicara jika didampingi pejabat dari KBRI Manila.

Bahkan, ia meminta agar Pemerintah Indonesia membawa dia dan keenam anaknya kembali ke Tanah Air. Minhati mengaku tidak merasa aman di sana.

Menikah di Mesir

Sementara, Direktur Perlindungan Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengaku sudah mendengar informasi ditangkapnya Minhati, namun dari media. Iqbal mengatakan Pemerintah Indonesia akan memastikan bahwa hak hukum Minhati terpenuhi selama ditahan di Filipina.

“Kewajiban negara adalah memastikan hak-hak hukumnya terpenuhi dalam proses hukum yang dijalani. Hasil dari proses hukum yang berlangsung di sana di luar kewenangan Pemerintah Indonesia,” ujar Iqbal kepada Rappler melalui pesan pendek pada siang tadi.

Sementara, Kabid Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto mengatakan Densus 88 Anti Teror akan bekerja sama dengan Kemlu dan otoritas di Filipina. Tidak diketahui dengan jelas apakah itu bermakna polisi akan mengajukan upaya ekstradisi ke Pemerintah Filipina.

Omarkhayam Maute tewas terbunuh dalam operasi militer di kota Marawi pada 16 Oktober lalu. Kendati berperang di Filipina selatan, namun Omar pernah tinggal di Babelan, Bekasi. Ia mengikuti keluarga Minhati yang bermukim di sana.

Keduanya menikah di Kairo, Mesir pada 2003 ketika tengah studi di Universitas Al-Azhar. Kemudian, mereka tinggal di Bekasi pada 2010-2011 dan berpindah ke Filipina.

Menurut media, selama di Bekasi Omar dan Minhati tinggal di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal yang merupakan milik ayah Minhati, KH Madrais Hajar. Maka, ketika muncul informasi bahwa menantunya merupakan pemimpin kelompok militan Maute, keluarga sangat terpukul.

“Keluarga tidak tahu kalau Omarkhayam, kami kenalnya Omar, terlibat soal ini (kelompok Maute). Makanya begitu tiba-tiba muncul berita ini, beliau (KH Madrais) terpukul,” ujar suami dari sepupu Minhati, Dadang seperti dikutip media pada bulan Juni lalu.

Madrais pernah berharap agar Minhati bisa kembali ke Indonesia. Dadang berkisah Madrais merasa dikhianati karena Omar justru membawa putrinya ke Filipina sejak tahun 2011 lalu. Sejak saat itu komunukasi Minhati dengan sang ayah pun terputus. 

 —Rappler.com

  

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!