Sketsatorial: Riwayat Sinterklas

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sketsatorial: Riwayat Sinterklas
Bagaimanakah cerita Santo Nicholas ini bisa menjadi Sinterklas?

JAKARTA, Indonesia — Sinterklas, atau Santa Klaus, bukanlah tokoh agama. Apalagi jika dibilang simbol keagamaan.

Dia lebih tepat disebut sebagai tokoh keikhlasan dan semangat berbagi. Meski tokoh yang menginspirasinya, Santo Nicholas dari Myra, memang seorang suci.

Semasa hidupnya sebagai Uskup Myra pada abad ke-4, ia mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan dengan cara berbagi dan bersedekah. Setelah meninggal pun, ia didapuk sebagai santo pelindung anak-anak dan pelajar.

Bagaimanakah cerita Santo Nicholas ini bisa menjadi Sinterklas? Ikuti uraiannya di Sketsatorial Rappler Indonesia.

Pada akhir abad ke-12, setiap bulan Desember, kaum termarjinalkan—perempuan tua dan anak-anak miskin—akan berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta hadiah makanan ataupun uang.

Sekelompok biarawati dari Perancis mengubah ritual tersebut. Ketimbang membuat para miskin berkeliling, merekalah yang membawa hadiah berupa permen atau makanan, dan meletakkannya di dalam sepatu anak-anak setiap menjelang hari Santo Nicholas yang jatuh pada 6 Desember.

Ia dipilih sebagai ikon karena semangat berbaginya. Sosok Santo Nicholas saat itu masih digambarkan seperti karakter di gereja. Kaku, tua, kurus, dengan pakaian dan topi uskupnya.

Sampai akhirnya, seorang Amerika bernama Clement Clark Moore membuat puisi berjudul The Night Before Christmas pada 1823.

Washington Irving, ilustrator buku tersebut, menggambarkan sosok fisik Sinterklas yang gempal, berjenggot putih dan memakai pakaian dan topi merah berbulu putih.

Sebelumnya, terbit pula buku berjudul Children’s Friend pada 1821, yang mengatakan Santo Nicholas muncul setiap malam Natal, bukan pada 6 Desember seperti tradisi sebelumnya.

Karya ini kemudian menjadi figur definitif Santa, yang kemudian tak hanya di buku cerita melainkan muncul pula di papan iklan berbagai merek jelang Natal. Salah satu yang cukup mempopulerkannya adalah brand Coca-Cola.

Santa Claus adalah serapan dari nama Jerman Santo Nicholas. Menurut lidah daerah tersebut, namanya adalah Sankt Klaus, yang kemudian diserap oleh lidah Amerika menjadi Santa Claus.

Kalau kalian rajin mengikuti kisah Natal, tak pernah ada satupun kisah Santa yang berbau religius. Sinterklas adalah suatu entitas yang jauh berbeda dengan Tuhan.

Ia tinggal di Kutub Utara, bukan di surga. Ia adalah manusia yang memperbudak peri-peri. Ia naik kereta luncur yang ditarik rusa terbang, bukan awan kinton apalagi melayang-layang. —Rappler.com

Sketsatorial adalah kolom mingguan Rappler tentang isu-isu penting yang dibahas dengan menggunakan video sketsa, dan dibuat oleh Iwan Hikmawan. Follow Iwan di Twitter @Sketsagram.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!