Daftar aksi dan rencana teror di Indonesia sepanjang 2016

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Daftar aksi dan rencana teror di Indonesia sepanjang 2016

EPA

Mulai dari bom Thamrin, bom Mapolresta Surakarta, hingga rencana pengeboman objek vital negara termasuk Istana Kepresidenan

JAKARTA, Indonesia — Aksi terorisme masih menjadi momok yang mengancam kedamaian di Indonesia. Tahun ini saja, Kepolisian RI menangani 170 kasus terorisme, naik drastis dari tahun sebelumnya yang “hanya” 82 kasus.

“Peningkatan ini disebabkan oleh dinamika politik di Suriah dan Irak yang tidak stabil akibat serangan ISIS [Negara Islam Irak dan Suriah] sehingga memengaruhi peningkatan kasus terorisme di Indonesia,” kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Rabu, 28 Desember.

Ia mengatakan, pihaknya kini sedang gencar melakukan pencarian terhadap teroris asal Indonesia, Bahrun Naim, yang diduga sebagai dalang bom Thamrin di Jakarta pada awal Januari lalu. Bom Thamrin disebut menjadi pemicu maraknya rencana teror sepanjang tahun ini.

Pada 2016 ini, Tito mengatakan Polri telah berhasil menggagalkan beberapa rencana teror dan menangkap sejumlah pelaku. Menurutnya, selain aksi teror, para pelaku juga diduga menyebarkan paham radikal yang sukses memengaruhi pelaku-pelaku baru.

Berikut aksi terorisme dan rencana teror yang terjadi sepanjang 2016:

Bom Thamrin (14 Januari)

TEWAS. Polisi forensik sedang menutup jenazah korban yang tewas dalam serangan bom Sarinah, Jakarta, pada Kamis, 14 Januari lalu. Foto oleh Roni Bintang/EPA

Kelompok teroris meledakkan diri di pos Polisi di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, dan terlibat baku tembak dengan polisi. ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan ini. Bahrun Naim dituduh jadi otak pelaku meski ia sudah membantahnya.

Akibat peristiwa tersebut, 8 orang meninggal dunia, 4 di antaranya adalah pelaku. Dian Joni Kurniadi merupakan pelaku yang meninggal di dekat pos polisi.

Sementara Afif alias Sunakim dan Muhammad Ali merupakan pelaku yang meninggal di depan halaman Starbucks. Sedangkan Ahmad Muhazin adalah pelaku bom bunuh diri yang ditemukan tewas di dalam gerai Starbucks.

Penangkapan 6 orang terduga terlibat bom Thamrin (22 Januari)

Densus 88 pada 22 Januari meringkus enam orang di daerah berbeda karena diduga mengetahui rencana aksi teror bom tersebut.

DS, Cun dan Ju ditangkap di Cirebon, Jawa Barat; AH di Indramayu, Jawa Barat; serta AM dan F di Tegal, Jawa Tengah.

Penangkapan jaringan bom Thamrin di Sumedang (11 Februari)

Densus menangkap dua teroris berinisial I dan H di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada 11 Februari.

I merupakan buronan dalam kasus pelatihan militer di Aceh yang bergabung dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Abu Roban.

I dan H telah menyembunyikan buronan kasus terorisme, Khumaidi alias Hamzah. Khumaidi sendiri diketahui satu kelompok dengan pelaku bom Thamrin, yakni Dian Joni Kurniadi.

Penangkapan jaringan bom Thamrin di Malang (20 Februari)

Polisi menangkap 5 orang yang diduga terkait langsung dengan bom Thamrin pada 20 Februari di Malang, Jawa Timur. Mereka adalah Achmad Ridho Wijaya, Rudi Hadianto, Badrodin, Romli, dan Handoko.

Penangkapan jaringan bom Thamrin di Malang (1 Maret)

Polisi juga menangkap dua orang terduga teroris lainnya di Dusun Keramat, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang pada 1 Maret. 

Mereka adalah S alias DA dan KW. Keduanya pernah mengadakan pertemuan dengan salah satu pelaku bom Thamrin di Malang, sekitar sebulan sebelum peristiwa terjadi.

Sehari sebelumnya, Densus juga menangkap dua orang, yakni PJ alias RB dan PKK alias LT di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah.

Penggagalan rencana teror Surabaya (8 Juni)

Polda Jatim menangkap tiga terduga teroris pada 8 Juni. Priyo Hadi Utomo, pemimpin kelompok, ditangkap di Kenjeran, Surabaya. Ia merupakan residivis kasus narkoba. Ia dipenjara di LP Porong dan dibebaskan pada April 2014. 

Shibgotuloh merupakan mantan napi kasus terorisme yang terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera utara. Sementara Maulana Yusuf Wibisono alias Kholis merupakan mantan anggota Jamaah Islamiyah jaringan Abu Dujana.

Sebelumnya, Polda Jatim juga telah menangkap Befri Rahmawan alias Azis alias Ibnu, Feri Novandi alias Abu Fahri alias Koceng, dan Sali alias Abah.

Keempatnya hendak merencanakan aksi teror bom dengan target beberapa pos polisi di Surabaya.

Bom Mapolresta Surakarta (5 Juli)

TEROR BOM SOLO. Polisi mengamankan Tempat Kejadian Perkara (TKP) saat petugas inafis melakukan identifikasi terhadap pelaku bom bunuh diri di Mapolresta solo, Jawa Tengah, Selasa, 5 Juli. Pelaku bom bunuh diri tewas ditempat, sementara satu anggota polisi luka ringan atas kejadian tersebut. Foto oleh Maulana Surya/ANTARA

Satu hari sebelum perayaan Idul Fitri, pada 5 Juli, terjadi serangan bom bunuh diri di halaman Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah.

Pelaku bernama Nur Rohman tewas dalam peristiwa tersebut. Atas peristiwa tersebut, seorang polisi Brigadir Bambang Adi Cahyono mengalami luka di wajahnya.

Nur diketahui merupakan buronan kasus teror di Bekasi pada Desember 2015. 

Kelompok Bekasi pimpinan Abu Musab dan Nur Rohman ini diduga bagian dari kelompok Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN), sama seperti para pelaku bom Thamrin. Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror bergerak mencari jaringan Nur hingga pada akhir Juli 2016, mereka menangkap tiga tersangka.

Rencana aksi teror Batam (5 Agustus)

Densus 88 menangkap 5 orang yang tergabung dalam kelompok Kitabah Gonggong Rebus (KGR) di Batam, Kepulauan Riau, pada 5 Agustus.

Kelompok ini diduga pernah merencanakan serangan teror dengan target serangan di Marina Bay, Singapura, bersama Bahrun Naim.

Kelima orang tersebut adalah GRD (31 tahun), Tar (21), dan ES (35), TS (46), dan HGY (20).

Aksi teror gereja Medan (28 Agustus)

Personel Brimob berjaga di halaman Gereja Katolik Stasi Santo Yosep pascaperistiwa teror bom di lokasi tersebut, Medan, Sumatra Utara, pada 28 Agustus 2016. Foto oleh Irsan Mulyadi/Antara

Pelaku berinisial IAH mencoba membunuh seorang pastor di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, pada 28 Agustus.

Ia awalnya berpura-pura menjadi jemaat dan masuk mengikuti kebaktian di gereja. Ketika Pastor Albert S. Pandiangan akan memberikan khotbah, pelaku mengejarnya hingga ke mimbar gereja sambil membawa tas berisi bom rakitan dan sebilah pisau, namun hanya melukai tangan pastor. Sementara tas yang berisi bom gagal meledak dan hanya mengeluarkan api dan asap.

IAH kemudian ditangkap dan mengaku bahwa dirinya disuruh seseorang untuk melakukan aksi teror di gereja tersebut.

Aksi teror gereja Samarinda (13 November)

Personel Brimob Polda Kaltim mengamankan lokasi ledakan bom di Gereja Oikumene di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 13 November 2016. Foto oleh Amirulloh/Antara

Selain di Medan, juga terjadi aksi teror dengan melemparkan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, pada 13 November.

Empat anak balita mengalami luka serius, bahkan seorang korban bernama Intan Olivia Marbun yang berumur 2,5 tahun, meninggal dunia. Satu orang dewasa lainnya mengalami luka-luka.

Polisi menetapkan 7 tersangka dalam kasus ini, termasuk pelaku pelemparan bom, Juhanda alias Joh alias Muhammad bin Aceng Kurnia. Enam tersangka lainnya adalah Supriadi, GA, RP, Ahmadani, Rahmad, dan Joko Sugito.

Juhanda pernah menjalani hukuman penjara selama lebih dari tiga tahun sejak Mei 2011 atas kasus teror bom Puspitek, Serpong, Tangsel, Banten. Ia juga diduga terkait dengan kasus bom buku di Jakarta pada 2011

Mengancam objek vital negara (23 November)

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Kombes Pol Rikwanto (tengah) menunjukkan barang bukti dari jaringan teroris Majalengka di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (25/11). Foto oleh Reno Esnir/ANTARA

Polisi menangkap seorang terduga teroris bernama Rio Priatna yang disinyalir merupakan jaringan Bahrun Naim di Majalengka, Jawa Barat, pada 23 November.

Bahan peledak yang ditemukan di rumah Rio rencananya akan diledakkan di berbagai lokasi yang merupakan objek vital negara seperti Gedung DPR/MPR, Mabes Polri, Mako Brimob, stasiun televisi berita, tempat ibadah, dan beberapa kantor Kedutaan Besar pada akhir 2016.

Ia diduga membuat bahan-bahan peledak di laboratorium rumahnya atas pesanan orang-orang dalam jaringan kelompok Bahrun Naim.

Menangkap jaringan pengancam objek vital negara (26 November) 

Densus 88 menangkap seorang terduga teroris bernama Bahrain Agam di Desa Blang Tarakan, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, pada 26 November.

Dari hasil pemeriksaan, diketahui Bahrain berperan merancang bom, ikut membeli bahan-bahan peledak, dan memberikan dana Rp7 juta pada Rio Priatna yang sebelumnya ditangkap di Majalengka untuk keperluan aksi terorisme.

Sehari kemudian, pada 27 November, Densus kembali membekuk seorang terduga teroris bernama Hendra alias Abu Pase di Kota Tangerang Selatan, Banten.

Hendra yang merupakan warga Aceh ini diketahui sebagai pemberi dana operasional dan membuat bahan peledak dalam kasus Rio Priatna.

Densus juga meringkus terduga teroris lainnya bernama Saiful Bahri alias Abu Syifa di Desa Baros, Serang, Banten. Ia  berperan membantu Rio membangun laboratorium di rumah Rio yang digunakan untuk membuat bom serta turut merencanakan aksi pengeboman di beberapa objek vital.

Rencana bom Istana (10 Desember)

Densus 88 menangkap tiga terduga teroris di Kalimalang dan Bintara Jaya, Bekasi, Jawa Barat, pada 10 Desember. Mereka adalah M. Nur Solikhin dan Agus Supriyadi, serta Dian Yulia Novi.

M. Nur Solikhin berperan sebagai pimpinan jaringan ini. Agus berperan menyewa mobil rental untuk mengantar bom ke Bekasi, sedangkan Dian merupakan istri kedua MNS. Ia diproyeksikan sebagai calon “pengantin” aksi bom bunuh diri di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, pada keesokan harinya, Minggu pagi, 11 Desember.

Rencananya aksi tersebut menargetkan momen pergantian petugas jaga paspampres di Istana.

Pada Sabtu malamnya, 10 Desember, Densus juga menangkap Suyanto (40) alias Abu Iza alias Abu Daroini Bin Harjo Suwito di Kabupaten Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Ia menyediakan rumahnya sebagai tempat merakit bom. Suyanto juga mengantar bom tersebut dari rumahnya ke pom bensin dekat waduk di Karanganyar untuk diserahkan ke M. Nur Solikhin.

Densus kembali menangkap tiga terduga teroris lainnya dalam kasus ini di daerah berbeda. Mereka adalah Khafid Fatoni alias Toni bin Rifai di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur; Arinda Putri Maharani alias Arinda Binti Winarso di Solo, Jawa Tengah; dan Wawan Prasetyawan alias Abu Umar Bin Sakiman di Klaten, Jawa Tengah.

Khafid berperan sebagai pembuat bahan peledak, Wawan sebagai penyimpan bahan peledak, sementara Arinda merupakan istri pertama M. Nur Solikhin sebagai penerima dana untuk membuat bom.

Aksi teror Solo (15 Desember)

Dari hasil pengembangan penangkapan para terduga teroris yang terlibat rencana pengeboman Istana, ditangkap pula tiga orang terduga teroris lainnya di Solo, yakni Imam Syafii, Sumarno, Sunarto.

Densus 88 juga menangkap terduga teroris perempuan berinisial TS alias UA di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 15 Desember. Ibu rumah tangga ini diduga terlibat memberikan motivasi kepada terduga teroris lainnya.

Rencana peledakkan di Bali (18 Desember)

Pada hari yang sama, Densus menangkap terduga teroris Ika Puspitasari (IP), di Kabupaten Purworejo, saat sedang ikut mempersiapkan kegiatan Maulid Nabi SAW.

Pada 18 Desember, polisi menangkap tersangka teroris Tri Setiyoko di Solo. Tri diduga memiliki hubungan dengan aksi pelemparan bom molotov di Serengan Solo dan Grogol Sukoharjo.

Polisi juga menangkap terduga teroris lainnya, Yasir, di Solo.

Peran Tri dan Yasir diduga sebagai peracik, pembuat bom yang akan diledakkan di Pulau Bali, dimana Ika diproyeksikan sebagai pengantinnya.

Densus tangkap 4 terduga teroris di Tangsel, 3 di antaranya tewas (21 Desember) 

Anggota Brimob Polda Metro Jaya menjaga tempat kejadian perkara (TKP) penggerebekan dan penembakan terduga teroris di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/12). Foto oleh Muhammad iqbal/ANTARA

Densus 88 menangkap 4 orang terduga teroris di wilayah Tangerang Selatan, pada 21 Desember, namun tiga orang di antaranya tewas ketika digerebek di kontrakan mereka.

Densus awalnya menangkap terduga teroris bernama Adam di Jalan Raya Serpong, sebelum berupaya mengamankan 3 orang rekannya, namun terjadi perlawanan dari ketiganya, yakni Omen, Helmi, dan Irwan.

Mereka disebut melempar bom ke arah polisi dan sempat terjadi kontak tembak antara pelaku dan aparat, sebelum tiga terduga teroris itu dilumpuhkan hingga akhirnya meninggal dunia.

Diketahui bahwa keempatnya berencana melakukan aksi teror di pos polisi di perempatan Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Penangkapan serentak di Sumatera (21 Desember)

Pada 21 Desember, Densus 88  terduga teroris atas nama Jhon Tanamal alias Hamzah di Kabupaten Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia diduga terkait dengan kelompok teroris jaringan Solo yang dipimpin Abu Zaid.

H perannya membeli bahan-bahan yang diperlukan oleh Abu Zaid untuk membuat bahan peledak dan bom.

Di tempat lain, Densus menangkap terduga teroris atas nama Safei Lubis di Deli Serdang, Sumatera Utara. Ia ditangkap karena terlibat dengan kelompok radikal KGR pimpinan Gigih Rahmat Dewa, dan berperan merekrut anggota KGR dan memfasilitasi keberangkatan orang ke Suriah.

Densus juga menangkap seorang terduga teroris bernama Abisya di Batam, Kepulauan Riau. Ia diduga terkait dengan jaringan Safei Lubis di Deli Serdang. 

Peran Abisya yakni memfasilitasi dua WNA Tiongkok etnis Uighur bernama Ali alias Faris Kusuma alias Nu Mehmet Abdulah Cuma dan Doni Sanjaya alias Muhamad alias Halide Tuerxun yang termasuk dalam jaringan teroris the East Turkestan Islamic Movement masuk ke Indonesia secara ilegal dan menyembunyikan keberadaannya selama di Batam.

Abisya juga ikut serta dalam mengelola Rafiqa Travel milik istri Bahrun Naim, Rafiqa Hanum. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!