Cara Iko Uwais dan Chelsea Islan membangun chemistry di ‘Headshot’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cara Iko Uwais dan Chelsea Islan membangun chemistry di ‘Headshot’
Film yang dibintangi Iko Uwais dan Chelsea Islan ini sudah berjaya di festival film internasional. Di Indonesia, 'Headshot' akan diputar 8 Desember mendatang

JAKARTA, Indonesia – Disutradarai oleh Mo Brothers, Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel, gaung film Headshot sudah marak terdengar sejak beberapa bulan lalu. Pasalnya, film ini memang memulai debutnya di ajang festival film internasional.

Di Indonesia sendiri, Headshot akan ditayangkan pada 8 Desember mendatang. Jelang dirilis, tim sutradara dan pendukung Headshot pun melakukan serangkaian promosi.

Yang terbaru, saat Chelsea Islan, Iko Uwais, Kimo Stamboel dan David Hendrawan menyambangi kampus Binus Anggrek, pekan lalu.

Banyak pengalaman saat syuting yang mereka bagikan. Salah satunya saat Chelsea mengungkap bahwa ini adalah film action pertama yang dibintanginya.

“Beberapa kali ketemu dengan Mas Kimo. Aku tertarik sama action dan aku tertarik ama karya Mo Brothers. Excited banget dan ini tantangan baru buat aku. Berat tapi it’s really fun.

Karena tidak tahu banyak soal dasar-dasar gerakan action, Chelsea pun mengaku banyak belajar dari Iko Uwais, sang pemeran utama.

Reading-nya dua minggu tapi latihannya lama. Aksi-reaksi dan safety. Aku diajarin step by step-nya. Tips untuk safety film action.

Latihan stamina dan fisik lama. Pola makan juga dijaga. Setiap hari makan nasi merah, ayam bakar dan minum air putih lemon,” kata Chelsea.

Untungnya, Chelsea belajar banyak dari Iko yang banyak membimbingnya selama proses syuting film Headshot. Karena itu, chemistry antara keduanya pun cepat dan mudah terjalin. 

“Saya makasih banget sama Chelsea. Di sini kami bukan adu akting, yang namanya main film itu berbagi rasa. Apa yang Chelsea rasakan, ya, saya rasakan. Begitu sebaliknya. Dari segi dialog juga seperti itu.”

“Pengalaman saya selama kerja di dunia ini, menghafal dialog bukan hanya menghafal, tapi apa yang kami utarakan, itu yang kami rasakan. Kami berdua sama-sama harus merasakan,” ujar Iko.

Kerjasama antara Chelsea dan Iko membuahkan hasil manis. Di berbagai ajang festival film internasional, film ini sukses meraih pujian. Salah satunya datang dari Marc Forster, sutradara film James Bond, Quantum of Solace.

“Pastinya bersyukur banget. Ini enggak mungkin terjadi tanpa Mas Kimo, Mas timo, Mas Iko, David (Hendrawan), Julie (Estelle) dan semua tim di film Headshot. Ini hasil kerja keras bersama. Maka hasilnya pun bagus karena kerja sama yang bagus juga. Enggak bisa hanya kerja sendiri. It’s a blessing for me,” ujar Chelsea bangga.

Lantas mengapa penonton harus menonton film Headshot kelak?

“Wajib ditonton karena banyak sekali drama yang menonjol dan action-nya beda dari film action yang lain. Koreo-nya juga baru semua. Selain itu sangat menghibur. Harus bangga film Indonesia,” ungkap Chelsea.

 “Menurut saya ini salah satu produksi kami yang jujur dan tulus. Banyak pengorbanan waktu tenaga dan mental. Dari segi action, kami kangen dengan film action legenda terdahulu, dan di sini kami buat lagi.”

“Di sini tidak ada trik kamera. Fighting dan drama semua jujur kami lakukan. Koreo juga full body contact, enggak ada trik kamera apapun. Semua dilakukan sendiri, tanpa rekayasa apapun,” sambung Iko. –Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!