Karya siswa SMA Laguboti ini dikirim ke ruang angkasa

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Karya siswa SMA Laguboti ini dikirim ke ruang angkasa
Mimpi Gilbert Nadapdap, siswa SMA Unggul Del, Tobasa, Sumatera Utara untuk melakukan penelitian hingga luar angkasa menjadi nyata

JAKARTA, Indonesia – Berawal dari mengikuti program International Space Station Project yang diadakan oleh Valley Christian High School dan berafiliasi dengan NASA, Gilbert dan beberapa orang temannya di SMA Unggul Del melakukan sebuah penelitian mengenai fermentasi yang dikondisikan seperti ruang angkasa.

Tim yang dibagi menjadi tiga bagian yakni electrical, programming dan science ini menyusun penelitian sedemikian rupa hingga lahirlah Microlab yang pada 30 Maret 2016 ini diterbangkan ke ruang angkasa dari California untuk dilakukan penelitian oleh NASA.

Memang pencapaian ini bukan hal yang mudah. Gilbert mengakui banyak hal baru yang ia pelajari dari penelitiannya tersebut. Seperti bertemu dengan orang-orang baru dengan budaya yang berbeda.

“Banyak belajar hal baru sih dan ini pertama kali saya keluar negeri,” kata Gilbert di Universitas Trilogi dalam acara Youth Summit, Jumat, 18 November.

Gilbert dan Microlab ciptaannya saat turut menghadiri 'Youth Summit 2016', Jumat, 18 November. Foto oleh Amelia Stephanie/Rappler.com.

Meski Gilbert semenjak SMP memiliki ketertarikan pada bidang fisika, namun pada proyek ini ia memilih memegang bagian electrical karena ia ingin menantang dirinya untuk sesuatu yang baru, electrical dan spaceship.

“Sebenarnya saya dari SMP itu sukanya fisika. Trus pas ketemu project ini saya mau challenge diri saya gimana join sama electrical and space,” kata Gilbert.

Berada di lingkungan yang baru bagi dirinya, Gilbert mengaku memiliki banyak pengalaman menarik. Saat di kirim pertama kali ke Amerika, Microlab, penelitiannya, membutuhkan waktu untuk direvisi sehingga memenuhi standar.

Di sana mereka tidak melihat sebuah kesalahan sebagai keburukan. Mereka berusaha merangkul untuk memperbaiki bersama-sama kesalahan tersebut.

“Ketika saya pengalaman di San Jose, mereka menyambut saya dengan semua kesalahan. Misalnya di alat, mereka enggak judge saya ini salah. Tapi mereka lebih encourage, mereka bilang, ‘Ayo kita perbaiki sama-sama’,” kata Gilbert.

Selain itu, Gilbert juga belajar untuk lebih mendengarkan orang lain melalui penelitian ini karena terkagum dengan para profesor di Amerika yang mau mendengarkan anak-anak SMA seperti Gilbert dan teman-temannya.

“Kemudian mereka yang melihat standar itu udah profesor, seorang profesor mau mendengarkan saya yang seorang siswa SMA. Jadi satu hal yang saya pelajari lagi, belajar mendengarkan orang lain,” kata Gilbert.

Pesan Gilbert adalah, “Jangan takut mencoba karena saya memulai semua itu dari nol.”

Dengan kesibukannya saat ini bersekolah dan mempersiapkan diri mengikuti tes SAT dan TOEFL, Gilbert akan melanjutkan kuliahnya dengan beasiswa di UC Barclays berfokus pada electrical engineering.

Meski mengambil kuliah di luar negeri, Gilbert yang bercita-cita menjadi seorang engineer ini ingin membangun dan menyelesaikan masalah pembangunan di Indonesia yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.

“Karena 30 tahun yang akan datang Indonesia pasti sedang merencanakan pembangunan besar-besaran dan butuh engineer yang bisa menyelesaikan problem-problem pembangunan di Indonesia,” kata Gilbert.-Rappler.com.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!