Meluruskan 8 mitos tentang HIV dan AIDS

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Meluruskan 8 mitos tentang HIV dan AIDS
Apa bedanya HIV dan AIDS? Apakah HIV/AIDS hanya jadi masalah bagi kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja?

JAKARTA, Indonesia — Sebagai salah satu penyakit paling berbahaya, HIV dan AIDS diselimuti berbagai macam mitos dan kesalahpahaman. Dalam beberapa kasus, pemahaman keliru mengenai penyakit ini telah mendorong sejumlah perilaku yang justru menyebabkan makin banyak orang terjangkit HIV positif. 

Meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, para peneliti telah menemukan sejumlah fakta seputar HIV dan AIDS, agar masyarakat tidak salah paham.

Berikut adalah beberapa mitos paling umum tentang HIV dan AIDS yang dilengkapi dengan fakta-fakta pendukung.

Mitos #1: HIV sama dengan AIDS

Fakta: HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama virus pembawa penyakit defisiensi imun. 

Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah diagnosis lanjutan setelah virus HIV berhasil menyerang dan melemahkan sistem imun seseorang, sehingga orang tersebut bisa mengembangkan (atau berada dalam risiko yang sangat tinggi terhadap) penyakit sistem imun tertentu. 

Tidak semua orang positif HIV juga terjangkit AIDS. Pengobatan HIV yang tepat bisa memperlambat atau menghentikan progres HIV, yang pada akhirnya akan mencegah orang tersebut mengembangkan AIDS.

Mitos #2: HIV/AIDS adalah masalah bagi kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja

Fakta: Hubungan seks antar sesama jenis tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik narkoba memang menjadi faktor umum penyebab HIV, namun seks penetratif penis ke vagina juga merupakan salah satu penyebab umum lainnya penularan HIV dengan laporan angka kasus yang cukup substansial. 

Dalam kasus langka, seks oral juga tergolong sebagai faktor risiko penularan infeksi. Namun, seks anal diketahui memiliki risiko tertinggi infeksi HIV di antara metode aktivitas seksual lainnya.

Mitos #3: Saya bisa terjangkit HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA

Fakta: Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV tidak disebarkan melalui sentuhan, air mata, keringat, atau pertukaran saliva. Anda tidak akan tertular HIV saat:

  • Berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
  • Menyentuh barang-barang yang telah disentuh oleh ODHA
  • Meminum dari gelas yang telah digunakan oleh ODHA
  • Memeluk, mencium, atau berjabat tangan dengan ODHA
  • Berbagi peralatan makan dengan ODHA
  • Menggunakan peralatan gym bersama-sama dengan ODHA

HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta air susu ibu (ASI). HIV ditularkan ketika salah satu cairan tersebut (dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka terbuka, atau goresan dari orang yang tidak terinfeksi HIV.

Mitos #4: HIV/AIDS adalah hukuman mati

Fakta: Pada tahun-tahun awal epidemi, angka kematian akibat HIV dan AIDS menjulang tinggi. Tapi sejak perkembangan sains modern, obat retroviral memungkinkan para ODHA untuk memiliki usia bertahan hidup yang lebih panjang, normal, dan tetap bisa produktif.

Obat retroviral hanya akan menekan kadar jumlah HIV dalam darah sehingga terlihat dalam ambang batas normal pada tiap uji tes darah. Foto dari HelloSehat

Mitos #5: Selama minum obat HIV/AIDS, saya tidak akan menularkan virus

Fakta: Obat retroviral, walaupun digunakan rutin, hanya akan menekan kadar jumlah HIV dalam darah sehingga terlihat dalam ambang batas normal pada tiap uji tes darah. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun juga masih terdapat virus HIV dalam jumlah kecil yang bersembunyi dalam darah. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.

Mitos #6: Saya dan pasangan sama-sama ODHA, kami tidak perlu melakukan seks aman

Fakta: Anda dan pasangan masih memiliki risiko rentan penularan terhadap jenis virus HIV yang kebal obat. Dua partner seksual dengan HIV positif bisa memiliki genetik virus yang berbeda dan, jika keduanya terlibat dalam seks tanpa pengaman, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. 

Hal ini akan semakin memperparah kelemahan sistem imun, dan mungkin akan dibutuhkan perubahan terapi dan perubahan obat. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.

Mitos #7: Tanda dan gejala virus HIV dapat terlihat dengan mudah

Fakta: Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda, atau partner Anda, memiliki HIV positif adalah dengan melakukan tes darah.

Mitos #8: Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya

Fakta: Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%.

—Rappler.com

Sumber tulisan ini berasal dari HelloSehat.com, sebuah situs kesehatan yang menyediakan informasi terpercaya yang mudah diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!